Tahun Baru

 Thursday, December 30, 2004

Turut berduka cita dengan banyaknya korban gempa bumi dan tsunami di provinsi NAD, sebagian Sumatera dan sebagian kawasan Asia Selatan. Rasanya sudah sepantasnya acara tahun baru kali ini tidak perlu dirayakan dengan acara hura-hura yang menghabiskan uang secara sia-sia.

Kini bencana alam terjadi di Aceh, Sumatra dan Asia Selatan, bukan tidak mungkin esok terjadi di sekitar kita. Bahkan ada yang meramalkan nantinya akan ada gempa yang terjadi di selatan pulau jawa, dan itu berarti kita semua harus hati-hati, bukan tidak mungkin daerah di sekitar pesisir pantai pulau jawa, utamanya yang berada di daerah selatan akan mengalami kejadian gempa dan tsunami yang dahsyat seperti di kawasan Aceh dan sekitarnya.

Ramalan itu didasarkan bahwa memang setiap hampir 200 tahun sekali di dalam bumi terjadi siklus pergerakan lempang bumi. Kebetulan Indonesia berada di sabuk lempeng benua Eurasia dengan lempeng Australia, jadi mungkin mulai sekarang tidak ada salahnya kita waspada. Semoga ramalan itu benar-benat tidak terjadi... semoga :(

Perlu diacungi jempol keputusan beberapa penyelenggara acara tahun baru, kepala pemerintahan seperti Malaysia, Thailand, dan katanya Pemerintah Indonesia kini menghimbau agar acara tahun baru diganti formatnya menjadi acara penggalangan dana kemanusiaan. Memang sudah seharusnya acara pergantian tahun baru tidak perlu dirayakan secara heboh, hanya manusia sendirilah yang memngada-ada dengan menjadikannya acara pergantian tahun menjadi acara yang heboh. kalo tidak dianggap heboh, pastinya malam tahun baru tidak ada bedanya dengan malam-malam biasanya yang sunyi senyap. Malam tahun baru memang selayaknya tidak digunakan untuk hura-hura... (kalo gue sih [untungnya] gak bisa hura-hura, karena emang gak punya duit buat hura-hura)

Minggu Memilih

 Monday, December 27, 2004

Tahukah anda, bahwa tanggal 27 Desember "seharusnya" menjadi hari yang istimewa bagi bangsa Indonesia? Kenapa, karena 55 tahun yang lalu atau tepatnya tanggal 27 Desember 1949, secara resmi Ratu Juliana dari Belanda secara resmi menerima pengakuan kedaulatan Republik Indonesia yang dipimpin oleh delegasi Indonesia, Moh. Hatta. Pengakuan ini sekaligus secara resmi mengakhiri pertikaian bersenjata antara Republik Indonesia dengan Tentara Belanda semenjak tahun 1945. Sejak tanggal 27 Desember 1949, secara resmi nama Republik Indonesia tercantum dalam peta dunia, setelah sebelumnya lebih dikenal sebagai Hindia Belanda. Jangan heran jika di dunia internasional hari kemerdekaan indonesia disebut tahun 1949 bukan tahun 1945.

Konon pada awalnya setiap tanggal 27 Desember selalu diperingati sebagai hari penting disamping tanggal 17 Agustus. Entah mungkin karena Republik Indonesia bersama Negara-Negara Bagian Indonesia lainnya memutuskan keluar dari Uni Indonesia-Belanda, perlahan tapi pasti tanggal 27 Desember tidak dirayakan secara meriah bahkan kini sudah tidak ada lagi perayaan setiap tanggal 27 Desember. Perayaan kemerdekaan yang masih tetap berlangsung adalah perayaan setiap tanggal 17 Agustus, atau orang-orang lebih suka menyebutnya sebagai acara "Tujuhbelasan".

Ah cukup sudah membicarakan tanggal yang "seharusnya" bersejarah, bagi gue minggu-minggu ini tidak ada yang menarik untuk dianggap sebagai sejarah, semuanya masih sama seperti biasa. Hal yang mungkin tidak biasa adalah di minggu ini gue harus membuat suatu pilihan. Pilihan meneruskan bekerja ditempat yang lama (sekarang) atau pindah pekerjaan ke tempat lain.

Setiap gue tanya orang mana yang baik, meneruskan kerjaan ditempat yang lama atau pindah ke tempat kerja yang baru... semuanya pada akhirnya hanya memberikan jawabannya "Yah terserah kamu yang mau ngejalanin...", "Terserah loe, yang penting loe enjoy kerjanya..."

Hah... udah nanya pendapat, tapi tidak ada satupun jawaban yang dapat meyakinkan gue untuk memilih mana yang seharusnya gue pilih. Sebenernya ada beberapa untung rugi dari masing-masing pilihan itu:

Tetap Bekerja: Untung (+), Kerugian (-)
+ Udah enjoy dengan suasana kerjanya yang waktunya bisa diatur
+ Kalo mau & bisa, boleh bawa kerjaan di rumah
+ Tidak ada tekan menekan dalam melakukan kerjaan (dengan kata lain tidak kerja rodi)
+ Lebih deket dari rumah, sehingga lebih "hemat" waktu dan juga hemat ongkos, gue pikir percuma punya gaji gede kalo akhirnya operasionalnya juga gede
+ Jarang gue liat ada kerjaan yang waktunya bisa sefleksibel tempat gue sekarang, sehingga ada kemungkinan untuk ngambil "side job" :p
+ Gue merasa masih punya utang kerjaan, jadi gue merasa "berdosa" kalo ninggalin kerjaan yang sekarang (ah andai gue gak punya perasaan itu!!!)
+ Bosnya orangnya lumayan asik dan gak terlalu "Bossy"
- Gajinya mungkin "gak terlalu gede", tapi sebenernya ini lebih dari cukup kalo buat gue sendiri, tapi kalo kata orang-orang: "pikirkan masa depan, kalo bisa cari uang yang banyak supaya bisa banyak nyimpen uang buat masa depan" hmmm dunno.... :-?
- Gue gak bisa berkembang, karena pengalamannya ya "gitu-gitu" aja...
- Bosen, Jenuh, dan sebagai macamnya...
- Karir gak jelas (mungkin gak ada karir kali ya... :p)

Ganti Kerjaan: Untung (+), Kerugian (-)
+ Gaji lebih gede (lumayan juga sih bedanya)
+ Nambah pengalaman, ganti suasana...
+ Apalagi yah... gak bisa mikir kelebihan ganti kerjaan???
- Suasana kerja tidak jelas, apakah "asik" / "gak asik"
- Tetep sebagai seorang "kontraktor" (orang yang kerjanya berstatus kontrak)
- Meskipun nambah pengalaman & ganti suasana, tetep aja masih di dunia yang sama! IT!

Akhirnya setelah berhari-hari memikirkan akhirnya gue memilih: Meneruskan pekerjaan yang lama meskipun gajinya tidak lebih gede dan jenuhnya sudah hampir ke ubun-ubun... yah apa mau dikata :) Gue cuma teringat dengan omongan temen dan gue sendiri, kalo kerja itu yang penting bisa di nikmati (enjoy)... sejauh ini meskipun bosaaaaaaannnnn dan merasa stagnan, setidaknya gue menikmati kerjaan gue :) Gue gak tau keputusan gue ini salah atau bener, tapi apapun itu nantinya gue gak boleh menyesalinya! hiks hiks :( *semoga...*

Baru milih kerjaan aja udah puyeng, gimana harus milih langkah-langkah menuju ke masa depan? :-/ Entahlah (kok entahlah sih!).... Dazed & Confused ....

Dongeng Klasik

 Friday, December 24, 2004

Alkisah, kemarin gue sempet nonton acara anak-anak (kartun) di Lativi pagi hari. Hmmm lumayan juga sih... jadi acaranya itu berdurasi 1 jam (atau 30 menit ya?) selama waktu itu diputar 3 cerita dan iklan (so pasti). Gue pengen cerita kisah yang kedua yaitu kisah putri raja yang congkak. Mau tau ceritanya?, jadi begini ceritanya... :p

Pada jaman dahulu kala hiduplah seorang raja yang memiliki putri yang cantik namun memiliki sifat yang cukup menganggu sang raja. Putrinya ini cantik namun sombong, selalu memandang derajat orang lain dibawah derajat dirinya, selain memiliki sifat itu, putri itu juga tidak sungkan menghina orang-orang yang derajatnya dianggap lebih rendah dari dia, tak peduli siapapun, meskipun itu seorang pangeran.

Karena sudah waktunya bagi sang putri untuk menikah, sang raja mengundang seluruh pangeran-pangeran dari negeri di sekitarnya. Akhirnya diadakanlah acara yang besar dimana sang putri bisa memilih pangeran yang akan dijadikan suaminya. Karena sifat buruk yang dimiliki oleh sang putri, setiap pangeran satu persatu dihina olehnya. Ada yang dibilang mukanya seperti singa, ada yang dibilang seperti labu, ada yang dibilang memiliki rambut sapu. Setiap sang putri menghina, tak tahan hati sang raja untuk menegur kelakuan putrinya. Tetapi sang putri tetap tidak peduli, bahkan hinaan kepada setiap pangeran yang hadir di acara itu semakin menjadi-jadi, tak terkecuali hinaan kepada pangeran yang tampan dengan jenggot tipisnya yang dihina sebagai pangeran dengan janggut kambing. Akhirnya habislah kesabaran sang raja, sang raja membuat pernyataan bahwa mulai besok, siapapun tamu lelaki yang bertamu ke istananya akan menjadi suaminya, tak peduli orang itu adalah seorang pengemis yang paling miskin.

Keesokan harinya sang putri mendengar ada seorang lelaki dengan janggut yang lebat memainkan suatu alat musik, ternyata orang itu adalah pengamen (ya iyalah...). Sang putri teringat dengan peryataan ayahnya tadi malam, dia berusaha mengusir pengamen itu dari kamarnya yang berada di tingkat yang tinggi. Usaha sang putri mengusir pengamen itu tidak berhasil, malahan penjaga istana mempersilahkan pengamen itu masuk kedalam istana. Akhirnya sang raja berbicara kepada sang pengamen bahwa dia pernah berjanji pada diri sendiri bahwa siapapun tamu lelaki yang hadir pertama kali hari ini akan dinikahkan oleh sang raja, sang raja menayakan pada sang pengamen apakah mau untuk menikahi putrinya.

Sang pengamen tentu saja kaget bukan kepalang, tapi akhirnya permintaan sang raja itu dipenuhi juga, dia mau menerima putri raja sebagai istrinya. Sang putri yang baru turun dari kamarnya berteriak berusaha menolak keputusan ayahnya, tapi apa hendak dikata, sang raja sudah bertekad untuk menepati janjinya. Akhirnya pengamen itu menjadi suami sang putri.

Putri raja yang diceritakan bernama Helena ini akhirnya mengikuti sang pengamen untuk tinggal ke rumahnya. Selama perjalanan sang putri ini selalu mengeluh karena dia tidak mau untuk terus berjalan kaki mengikuti pengamen, dia ingin naik kuda. Pengamis itu tidak peduli dia terus melanjutkan perjalannya. Tak tahan dengan keluhan yang dilontarkan sang putri, akhirnya pengamen itu memperingatkan sang putri bahwa dia sekarang telah menjadi istrinya sehingga dia tidak boleh banyak mengeluh dengan gaya hidupnya sebagai pengemis.

Selama perjalanan menuju rumah sang pengamen, sang putri melewati hutan. Sang putri bertanya "Milik siapakah hutan yang indah ini?" sang pengemis mengatakan bawah ini miliki pangeran dari negeri X (gak inget, anggap saja seperti itu), sang putri tak menyangka pangeran yang dihinanya sebagai pangeran berkepala singa itu yang memiliki hutan ini. Kemudian perjalanan dilanjutkan dengan melewati hamparan pemandangan yang luas dan indah, ternyata daerah itu dimiliki oleh pangeran yang juga dihinanya sebelumnya.

Akhirnya sang putri melewati ladang gandum yang luas dan indah, siap untuk dipanen. Sang putri bertanya milik siapakah ladang ini, sang pengamen menjawab bahwa ladang ini miliki pangeran Z (anggap saja namanya itu) yang ternyata sebelumnya dihinanya sebagai pangeran dengan janggut kambing. Setelah berjalan cukup lama akhirnya sampailah mereka di suatu gubuk yang reot untuk beristirahat. Sang putri ngotot tidak mau untuk beristirahat ditempat yang jelek itu, yang ternyata adalah rumah sang pengamen.

Sang pengamen akhirnya dapat memaksa sang putri untuk memaksa sang putri tinggal dirumahnya yang jelek itu. Kemudian sang pangeran menyuruh sang putri untuk membuatkan masakan untuknya. Sang putri menolak, dia bilang "Kenapa kita tidak menyuruh pelayan saja untuk membuatkannya". Sang pengamen tertawa sambil berkata "Aku ini tidak memiliki apa-apa jadi aku tidak perlu pelayan, jadi kamu sendirilah yang harus memasak". Ternyata sang putri tidak tau cara memasak, sang pengamen akhirnya mengajarkan bagaimana caranya menyalakan api, kemudian sang putri disuruh meneruskannya sendiri.

Sang pengamen akan pergi saat itu juga ke kota untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, tapi sebelum itu dia menyuruh sang putri untuk mengerjakan anyaman yang akan dijadikan tempat menyimpan barang untuk dijual. Sang putri bersikeras tidak mau mengerjakan, kemudian sang pengamen memperingatkan bahwa mereka perlu makan, dan untuk makan mereka memerlukan uang, dan untuk mendapatkan uang mereka harus membuat anyaman itu agar nantinya dapat dijual agar uangnya bisa dibelikan makanan. Kemudian sang pengamen mengajarkan cara menganyam, kemudian sang putri disuruh untuk melanjutkan.

Ketika sang pengamen ini pulang dari kota, dia melihat istrinya menangis tersedu-sedu. Makanan yang disuruh dibuatnya tidak dikerjakannya, anyaman yang disuruh dibuatnya juga tidak dibuatnya, bahkan karena tidak bisa membuat anyaman, mukanya terluka terkena sabetan anyaman itu.

Keesokan harinya sang putri disuruh oleh suaminya untuk menjual barang-barang pecah belah ke kota agar mereka bisa membeli barang makanan. Ketika sampai di kota ada pengemis dan pedagan kota yang menawarkan tempat kepada sang putri. Tapi karena sang putri merasa dirinya lebih tinggi, dia menolak bantuan itu dengan tatapan sombong dan merendahkan mereka, karena mereka semua dianggap kotor dan bau. Sang putri melanjutkan perjalanannya, dan akhirnya menggelar dagangannya di dekat jalan yang ramai.

Mulanya tidak ada yang beli, kemudian ada orang yang mulai membeli barangnya sambil memuji kecantikan si putri. Makin lama yang membeli barangnya makin banyak dan si putri ini akhirnya menjadi sombong kembali, sambil berkata dalam dirinya sendiri bahwa semua itu berkat kecantikannya. Dia merasa tidak perlu khawatir lagi dengan nasihat-nasihat suaminya sebelumnya, dan mulai kembali memandang rendah suaminya. Ketika barang yang dijualnya banyak dibeli, tiba-tiba lewatlah kurir kerajaan dengan kuda yang ditungganginya berlari dengan cepat melewati tempat si putri berjualan. Semua barang yang dijualnya hancur tak bersisa akibat terinjak oleh kuda milik kurir raja itu.

Akhirnya sang putri pulang membawa sisa barang yang hancur terinjak kuda. Sang putri dimarahi oleh suaminya mengapa sampai barang dagangannya hancur. Sang pengamen ini kemudian menegur kenapa dia tidak mau menerima tawaran pedagang yang menawarkan bantuan kepadanya, kemudian dia menegur kepada istrinya itu mengapa dia terlalu sombong sehingga menolak bantuan orang?. Kemudian sang pengamen memperingatkan sang putri, seandainya dia tidak sombong, tentu dia tidak akan mengalami kejadian itu. Sang putri tertunduk malu dengan ucapan suaminya itu.

Kemudian sang suami memberitahukan bahwa di istana raja, sedang membutuhkan orang jadi dia bisa bekerja disana. Akhirnya keesokan harinya dia mulai bekerja sebagai pembantu yang kerjanya membersihkan ruangan dan mengangkat barang-barang yang dibutuhkan oleh orang-orang didalam istana. Ternyata tugas itu terlalu berat, bahkan sang putri berkali-kali kena tegur karena pekerjaan yang bermasalah. Karena terlalu capek, sang putri akhirnya pingsan, untunglah pegawai-pegawai di dalam istana itu menolongnya, saat itu sang putri mulai sadar bahwa dia ini bukanlah siapa-siapa. Dia mulai merasa tanpa bantuan itu dia tentu akan lebih kesulitan.

Setelah sampai di rumahnya, sang suami memberitahukan bahwa lain kali dia harus berhati-hati dalam bekerja, terlebih esok hari di istana akan lebih sibuk karena sang pangeran yang ada di istana itu akan menikah esok hari. Sang putri mulai bekerja, kemudian saat ada pelayan yang membawa makanan ke tempat pesta, sang putri mengintip pesta yang sedang berlangsung. Ruangan itu begitu indah, dipenuhi oleh makanan dan minuman yang enak-enak tidak lupa juga para undangan yang mengenakan pakaian yang indah-indah.

Teringat dengan masa lalu saat dia menjadi putri, dia akhirnya merasa malu bahwa dulu dia begitu sombong memandang orang lain, kini dia hanyalah istri seorang pengamen yang miskin, dan juga dia hanyalah seorang pelayan. Ketika dia terlena dengan kenangannya dimasa lalu, dia dikejutkan oleh kehadiran suaminya. Sang putri bertanya kenapa suaminya ada disitu, kemudian dia memberitahu bahwa kehadirannya adalah untuk mengajaknya menikah, dan kemudian sang pengamen itu melepaskan janggut yang lebal itu, dan ternyata yang hadir disitu adalah pangeran tampan yang sebelumnya di hina sebelumnya sebagai pangeran berjenggot kambing.

Tak percaya dengan yang dilihatnya, akhirnya pengamen yang ternyata seorang pangeran itu menceritakan bahwa sejak pertama bertemu dengannya dia sudah merasa jatuh cinta. Berkat kerjasamanya dengan sang raja, dia sengaja menyamar sebagai seorang pengamen untuk menyadarkan kesombongan sang putri. Akhirnya si putri mau menerima sang pangeran untuk menjadi suaminya, dan kemudian bersorak sorailah orang yang ada di ruang pesta keluar menyambut sang pangeran dan sang putri. Akhirnya mereka berdua hidup bahagia selamanya.


Ah dongeng klasik... selalu saja berakhir dengan indah (Happy Ending), karena kebetulan gue belum pernah denger cerita ini (kayaknya sih, atau lupa?) jadi pas endingnya gue sempet menduga setelah sang putri menyadari kebodohannya dengan bersikap sombong, gue kira udah sampe disitu aja... ternyata ada kelanjutannya bahwa ternyata sang pengamen adalah seorang pangeran. Huuuh ceritanya dongeng banget sih (bukannya ini emang dongeng ya?) Gue gak tau siapa ya yang ngarang cerita itu, apakah HC Andersen?

Kalo ngeliat ini kok ceritanya memiliki pola yang hampir mirip-mirip dengan dongeng yang lain yaitu ada pangeran yang tampan dan ada putri yang cantik, keduanya bertemu dengan berbagai masalah yang dihadapi, tapi pada akhirnya mereka hidup bahagia selamanya (ooooh...) ya cerita yang berpola itu sperti cerita model-model Cinderela, Putri Salju (Sleeping Beauty?), atau Putri dan Kodok, dan sebagainya...

Bagi sebagian orang cerita-cerita diatas begitu menyentuh, mungkin juga mereka mendambakan hidupnya berakhir bahagia selamanya seperti kisah pangeran yang tampan dengan putri yang cantik itu. Yah namanya ceriat buat anak kecil, mungkin cerita itu memang bagus. Cuma kalo gue baca-baca sejarah, jaman dulu itu raja dan pangerannya justru banyak juga yang jahat-jahat, pokoknya dijaman-jaman abad pertengahan (Middle Age) itu aneka jenis penyiksaan tersedia deh, intinya banyak juga kisah-kisah jaman dulu yang isinya kekejaman raja-raja ataupun bangsawan-bangsawan. Kontras dengan cerita dongeng yang menceritakan raja yang bijaksana dan lain-lain seperti didalam cerita-cerita itu... Jangan-jangan dongeng itu sengaja diciptakan untuk memberikan imej yang baik bagi keluarga kerajaan dimata rakyatnya.

Terlepas dari prasangka gue... tapi beneran kok cerita-cerita model itu emang menarik, mungkin sampe sakarang ada yang masih mengingat bahkan mungkin mengharapkan kehadiran sang pangeran?. Kalo pernah nonton film Pretty Woman, tokoh yang diperankan Julia Robert (Wow..., umur 37 tahun & masih terlihat cantik!) mengatakan bahwa dia bermimpi bahwa suatu saat akan ada pangeran yang menunggangi kudanya dan membawakan bunga dan memintanya untuk menjadi permaisurinya. Oke itu emang fiktif, tapi bukankah kisah seperti yang gue sebutkan sebelumnya (selalu berakhir bahagia) itu juga tetap laku dijual hingga kini?.

Kisah mirip Cinderella yang sempat populer di indonesia apalagi kalo bukan kisahnya A'Tse dengan Sanchai di dalam filem Meteor Ganjen (Garden ding). Gue perhatiin banyak banget para wanita yang memuja tokoh-tokoh dalam serial itu, terutama cewek-cewek yang memuja ketampanan Ef-She (F4) lebih-lebih si A'Tse (gue gak tau nama aslinya?) Sepertinya itu bisa dijadikan indikator bahwa dijaman saat ini ternyata banyak juga orang yang berharap hidupnya bahagia bak kisah-kisah dongeng :p.

Menghadapi realita hidup yang seringkali jauh dari cita-cita bahkan seringkali bertolak belakang dengan cita-cita atau harapan, masihkah ada orang yang masih berharap hidupnya berakhir bahagia seperti di dongong-dongeng? Untuk wanita, masihkah mengharapkan kehadiran pangeran tampan dengan kudanya dan meminta untuk menjadi permaisurinya?.... Bisakah hidup menjadi sesederhana kisah bahagia para pengeran tampan dan putri yang cantik itu? Andai hidup kita bisa berakhir bahagia seperti dongeng-dongeng klasik itu.... :)

Hari Juang Kartika TNI-AD

 Tuesday, December 21, 2004

Mumpung masih inget, tadi gue sempet liat sekilas peringatan Hari Juang Kartika TNI-AD yang diperingati setiap tanggal 21 Desember 2004. Pada tanggal ini tahun 1945 konon terjadi peperangan yang dikenal dengan palagan ambarawa, dimana pihak pejuang berhasil memukul mundur pasukan sekutu. Kalo gue gak salah baca, diantara 3 angkatan di dalam tubuh TNI, hanya TNI-AD yang tidak memiliki hari jadi. Ada yang pernah menyebutkan kalo tanggal 21 Desember 2004 sebelumnya di kenal sebagai hari infantri, tapi akhirnya sekarang peringatan itu di promosikan jadi hari juang kartika, yah mungkin semacam hari jadi TNI-AD.

Ngomong-ngomong soal hari jadi kesatuan di tubuh TNI, kok "agak-agak" aneh kalo menurut gue, soalnya institusi yang lebih dulu hadir, tapi umurnya kalo berdasarkan tanggal peringatannya malah lebih muda. Contoh ya TNI-AD ini, setiap negara kalo punya tentara hampir pasti matra yang pertama terbentuk pastinya matra darat (Army), kemudian Laut (Navy) dan akhirnya matra udara (Air Force). Tapi kalo di Indonesia, peringatannya agak-agak kebalik, HUT TNI-AL itu sekitar bulan November, sedangkan TNI-AD malah bulan Desember ini. Tapi ternyata tidak hanya itu, antara satuan dengan institusi yang menaunginya juga agak-agak beda, contohnya umur Korps Marinir TNI-AL kalo berdasarkan tanggal peringatan lebih tua beberapa hari dari umur TNI-AL yang menjadi institusi pemilik Korps Marinir, seharusnya kan TNI-AL dulu kalo menurut logika :).

Peringatan hari Juang Kartika TNI-AD kali ini kalo boleh gue bilang sih mengambil tema tentang penangan terorisme, sedangkan pada tahun yang lalu peringatannya mengambil tema tentang peresmian pembentukan pasukan Raider. Untuk peringatan kali ini, demo yang diperagakan adalah penangkapan teroris (penculik) oleh satuan penanggulangan teror (satgultor) Kopassus, detasemen 81. Detasemen 81 sebenernya sudah ada sejak jaman dulu, kesuksesan yang pernah di catat adalah pembebasan sandra dari pesawat garuda yang di bajak di bandara Dong Muang Thailand. Operasi ini lebih dikenal sebagai operasi Woyla, karena kebetulan nama pesawat garuda yang di kuasai teroris bernama Woyla.

Operasi Woyla meski dianggap sukses, namum ada pihak yang beranggapan bahwa operasi pembajakan itu adalah rekayasa. Karena kebetulan yang menjadi teroris di indikasikan adalah salah satu Ekstrimis Islam. Ada yang beranggapan itu rekayasa pihak tentara dan pemerintah untuk menekan keberadaan penganut agama islam, terutama yang menuntut pendirian negara islam. Siapa yang benar? wallahu'alam.

Terlepas dari siapa yang benar siapa yang salah, yang jelas semenjak peristiwa itu keberadaan Kopassus semakin diperhitungkan di dalam negeri sebagai satuan elit, utamanya kesatuan anti terornya (Detasemen 81). Pada era Kopassus dipimpin oleh Prabowo Subianto, Kopassus sempat dimekarkan menjadi 5 grup, dan detasemen 81 sempat berubah nama menjadi Grup 5 Anti Teror. "Tim Mawar" yang berasal Grup 5 ini lah yang dituding sebagai biang penculikan aktifis-aktifis era 1998. Pada tahun 2001 grup 5 dibubarkan dan kembali menggunakan nama Detasemen 81. Satuan ini secara resmi diakui sebagai satuan elit, bersama dengan satuan elit lainnya seperti Jala Mangkara (Marinir TNI-AL) dan Den Bravo 90 (Paskhas TNI-AL) dan baru-baru ini Polri juga membentuk kesatuan elit yang dinamakan Detasemen 88 Polri. Mungkin karena masyarakat sudah terbiasa dengan sebutan angka di belakan nama kesatuan seperti Detasemen 81 maka Polri pun menambahkan angka 88 dibelakang nama kesatuannya.

Mengapa Polri menggunakan angka 88, kalo menurut pihak polisi karena angka 8 itu mirip dengan borgol yang biasa di bawa oleh polisi, ditambah lagi katanya angka 8 adalah angka yang bersambung tanpa putus seperti angka lainnya (kecuali 0) jadi itu menandakan perjuangan yang tidak pernah terputus (katanya). Tapi kalo sumber media asing mengatakan bahwa nama 88 adalah 'kecelakaan' karena konon program bantuan penanggulangan teror yang dikucurkan pemerintahan Amerika Serikat ke Kepolisian RI ini memiliki nama singkatan ATA, nah katanya saat di ucapkan oleh pejabat di sana, terdengarnya oleh orang sini sebagai Eighty Eight atau angka 88 itu. Mana yang bener?

Memang ada kesan untuk penanggulangan teror ini agak-agak overlaping antara Detasemen 81 Kopassus dengan Detasemen 88 Polri. Tapi dalam peringatan itu, sang pembawa acara sempat menanyakan pihak mana yang nantinya akan menangani jika terjadi tindak terorisme, tentara yang diwawancara mengatakan kalo penangannya sebaiknya ditangani oleh Detasemen 88 dulu jika diperlukan pihak Detasemen 81 bisa ikut menangani.

Peragaan demo pembebasan teroris ini bercerita tentang pembebasan sandra dari dalam mobil, disamping pada hari juang kartika kali ini juga sekaligus memperkenalkan kendaraan tempur (ranpur) Paksi yang di klaim sebagai produk TNI-AD sendiri. Ranpur ini adalah tipe pengangkut pasukan yang berjumlah 10 orang, jika diluar negeri, kendaaraan ini lebih dikenal sebagai tipe APC (Armoured Personel Carier). Dan dalam kesempatan itu, pihak TNI mengatakan bahwa keberhasilan membuat kendaraan tempur itu adalah sebagai usaha TNI untuk tidak banyak bergantung pada produk asing.

Untuk kemandirian ini, gue setuju banget nih, memang sudah selayaknya suatu negara seperti Indonesia memiliki kemandirian dalam memenuhi kebutuhannya sendiri. Semoga semua peralatan tempur Indonesia nantinya bisa dibuat sendiri oleh putra-putri Indonesia. Asal pemerintah mendukung, pasti suatu saat Indonesia bisa memenuhi segala sesuatu secara mandiri tanpa banyak bergantung dari pihak asing, dan tidak hanya peralatan tempur saja tapi semuanya.

Oh iya kalo diperhatikan pakaian yang digunakan oleh pasukan dari detasemen 81 ini secara sekilas mirip dengan kesatuan anti teror yang terkenal dari Jerman itu yaitu GSG-9 (Grenzschutz Gruppe-9). Kalo mau meniru GSG-9 sebaiknya tiru juga cara satuan ini melengkapi dirinya. GSG-9 melengkapi senjata, dan berbagai peralatan pendukung termasuk kendaraan yang diproduksi oleh negerinya sendiri (Mercedes-Benz). Buat yang suka main CS, mungkin nama GSG-9 seharusnya sudah tidak terlalu asing, karena dia merupkan salah satu karakter tim Counter Teroris (CT) yang ada di permainan CS (Counter Strike).

Akhirnya, gue ucapkan selamat Hari Juang Kartika yang ke-59 semoga profesionalisme-nya semakin ditingkatkan dan tak lupa kesadaran akan HAM di tubuh TNI utamanya TNI-AD akan semakin ditingkatan dari tahun-tahun sebelumnya.

Sumber foto: Kompas - http://www.kompas.co.id/utama/news/0412/21/143108.htm
Hak cipta foto, Kompas Cyber Media. Digunakan tanpa permisi -- mohon maaf sebelumnya buat KCM.

Demi Gaya & Trend...

 Sunday, December 19, 2004

Gak terasa, hari sabtu kemarin tepat setahun gue mengenal dan merasakan dunia blog. Hari Jum'at 18 Desember 2003, untuk pertamakalinya gue bikin account di Blogger, waktu itu blogger masih lebih sederhana dari sekarang. Sebenernya sih mulai rajin ngisi blog baru bulan Mei 2004, sayang juga beberapa pengalaman gue selama bulan Desember-Mei gak tercatat di blog ini...

Hari ini gue pergi pagi-pagi naik angkot. Nah angkot yang gue naikin nih lumayan 'gaul', gimana gak 'gaul' coba? masak angkot di ceperin... Sebenernya apa sih tujuan orang nyeperin mobil? Apa biar keliatan lebih keren atau gaul?. Mungkin si pemilik mobil merasa lebih keliatan gaya kalo naik mobil ceper. Gue gak sengaja naik angkot yang diceperin ini, ternyata... gue gak tahan ama goncangannya. Jalan jelek dikit, goncangannya langsung kerasa man!, bener-bener tuh mobil nyiksa badan gue. Kalo ada angkot yang diceperin, saran gue: jangan dinaikin, gak tahan goncangannya!. Lagian mobil balap bukan pake gaya segala di ceper-ceperin...!

Lain halnya mobil, sekarang motor juga sama ikut-ikutan nyeperin ban. Ada yang motornya dipasang ban dengan diameter yang lebih kecil, ada juga yang dipotong shockbreaker-nya biar lebih ceper dll. Tapi setiap liat motor diceperin lewat depan gajlugan (polisi tidur/tanggul) gue jadi senyum-senyum sendiri, soalnya si pengemudi motor harus turun dulu, biar body mesinnya gak rusak kena gajlugan. Niatnya mau gaya dengan nyeperin, akhirnya malah ngerepotin diri sendiri :).

Selain nyeperin motor, ada juga yang coba memendekkan stang motor, jadi posisi badan pengemudi motor harus agak nunduk kaya para pembalap motogp. Keliatannya sih emang keren dan bergaya, tapi gue jamin deh, untuk perjalanan yang makan waktu atau jarak jauh, pengemudi motor yang stangnya dipendekin pasti bakal lebih cepet pegel/cape ketimbang bawa motor dengan posisi stang yang normal, pasalnya emang motor-motor itu buka motor balap. Tapi heran juga gue, demi gaya orang niat juga merepotkan diri sendiri... hmmm?

Ngikutin trend atau bergaya emang bukan kejahatan, cuma kadang merepotkan dan bisa jadi malah memalukkan kalo tidak pada tempatnya :p. Selain nyeperin band atau memendekan stang, gue juga gak habis pikir, sekarang ini kan lagi ngetrend kaos-kaos cewe yang ketat dengan lengan yang pendek, dan tinggi kaos (bener gak istilahnya?) yang tidak panjang. Jadi umumnya kalo cewek-cewek pake pakaian ini biasanya bisa keliatan udel-nya (pusar?) :p. Nah lucunya (setidaknya menurut gue), meski udah tau kaos-kaos itu emang bakal menampakkan bagian udel, tapi kenapa cewek-cewek yang pake pakaian itu kok masih suka narik-narik kaosnya kebawah. Kalo cewek-cewek pengguna model kaos-kaos ketat itu gak mau udelnya keliatan, ya jangan pake kaos yang ngepres doong, cari kaos yang panjangnya bisa menutupi udelnya. Nah kalo kayak gini sih kesannya mau ikut trend, tapi gak siap dengan 'resiko':) Pada akhirnya niat bergaya atau ngikutin trend malah berubah jadi ngerepotin diri sendiri.

Bukannya bermaksud apa-apa, cuma risih aja kalo ada cewek (ataupun cowok) yang udah tau kaos yang dipake'-nya ketat, tapi masih narik-narikin ujung kaos biar nutupin udelnya... gak elegan banget keliatannya :p. Kalo emang udah niat mau pake kaos yang ngetrend itu ya jangan ditarik-tarik kebawah, karena emang tujuan kaos itu kan biar udelnya keliatan... :). Tapi kalo gue boleh ngasih saran, buat tubuh yang memiliki timbunan lemak (selulit) dan yang merasa udelnya 'kurang' indah (bodong?) sebaiknya jangan coba-coba ngikutin trend ini yah..., kan sayang niatnya mau gaya takutnya malah jadi keliatan norak.

Selain kaos ketat, yang juga ngetrend saat ini adalah penggunaan rok mini. Nah dari pengamatan gue, biasanya cewek-cewek yang pake rok mini ini kalo duduk suka narik-narikin bagian bawah bawah roknya ke arah lutut. Kenapa harus ditarik sih? bukannya tujuan rok mini diciptakan untuk menampilkan bagian paha >:p. Kalo emang pahanya gak mau keliatan, saran gue sih ya jangan pake rok mini..., sekalian aja rok panjang yang bakal nutupin paha. Sayang aja udah mau gaya & ngikutin trend, tapi tanggung. Bukankah orang bijak pernah berkata bahwa: "dalam mengerjakan sesuatu jangan tanggung-tanggung". Jadi kalo emang niat pengen keliatan seksi dengan kaos ngepres dan rok mini, ya jangan tanggung-tanggung doong, gak usah pake ritual narik-narikin kaos/rok ke bawah >:) bikin orang yang ngeliatnya jadi gimanaa... gitu... lho... (gimana ya?)

Tapi gue salut juga sih sama orang-orang yang sudah mau berkorban merelakan kenyamanan dirinya demi suatu tujuan (seperti gaya/trend). Bukankah suatu tujuan memang membutuhkan pengorbanan?, seperti yang dikatakan oleh pepatah lama jawa "jer basuki mowo beo" (tulisannya bener gak ya?) artinya...? tau deh... gue juga ngarang kok :p

Males & Music Theme

 Friday, December 17, 2004

Sebenernya banyak banget yang pengen di tulis di blog ini... tapi kok gak bisa nyempetin waktunya... kalaupun ada waktu, begitu di depan komputer jadi males...

Yah karena males nulis-nulis, gue pengen ngasih tau pengalaman gue pake Mozilla Firefox hari ini.... Firefox itu perampok!!! perampok CPU Clock & Memory komputer. Jadi ceritanya gue download, sebernya gue suka dengan cara dia nge-"save" file, jadi gue cari-cari file dan download pake firefox, entah kenapa pas gue download dua file yang kira-kira gedenya sekitar 5 MB, dan gue "view source" suatu site, gue searching di dalamnya, dan entah kenapa tiba-tiba komputer jadi berat banget, persis kayak kemarin waktu download file...

Gue pikir yang sebelumnya itu kebetulan, ternyata sekarang kejadian lagi.... huuuugggh sebel, gue jadi harus restart komputer nih akibat CPU & Memory yang (kayaknya) "dimakan" sama Firefox... tapi meskipun gitu... ya Firefox-nya masih tetep dipake juga sih :p

Gara-gara Firefox bikin kacau, gak jadi deh gue cari lagu yang ada di film "Forrest Gump" (Andai tokoh ini benar-benar nyata...). Niatnya sih pengen cari musik Rock n Roll gaya tahun 60-70-an yang keren-keren di film itu (sial!, musik rock (n roll) sekarang kok gak berkualitas kayak dulu sih!). Oh iya, setelah cari-cari akhirnya jadi tau kalo yang buat theme-nya (kalo gak salah) adalah Alan Silvestri. Karyanya dalam theme Forrest Gump (bagi gue) cukup menarik, semenarik karya-karya John Williams dalam music theme film "Star Wars", "Indiana Jones", "Jurassic Park", dll, John Barry dengan theme film "Born Free", James Bond Series (Goldfinger,Thunderball, From Russia with Love, On Her Majesty's Secret Service, dll). Karyanya Henry Mancini juga enak seperti "Pink Panther" (disini jadi lagunya Dono Kasino Indro :p), "A Summer Place" (di sini, musiknya di jiplak sama iklan susu, kalo gak salah susu lactamil, yang katanya paling masuk akal!), "Peter Gunn" dan "Breakfast at Tiffany's" (kapan yah di glodok ada yang jual DVD-nya? katanya filmnya bagus nih...), dll.

Kalo mau liat daftar komposer theme untuk film-film, cek ke site http://www.mfiles.co.uk/composers-film.htm ternyata ada banyak daftar komposer :)
Ternyata, meski jaman sekarang bukan jaman kejayaan musik orkestra, keberadaanya tetap terpisahkan dari music theme-theme film...

Oh iya suka musik-musik jaman jebot gak? terutama musik tahun 1964, gile gue dapet link yang isinya Top 100 musik tahun 1964, coba buka alamat Waggener Class of 64 & 65, Top 100 Hits from 1964. Tapi diem-diem aja yah... :) entar kalo kebanyakan yang download, servernya bisa down... kan kasian... hehehehe

Wanita...

 Thursday, December 16, 2004

Dari milis nih..., 'lumayan menggelitik'... :p

Wanita...
Jika dikatakan cantik maka dikira menggoda..,
Jika dibilang jelek maka disangka menghina..,
Jika dikatakan ia perhiasan terindah didunia ia bangga,
Jika, apapun "perhiasan yg berharga" itu layak ditutupi dan disembunyikan ia setuju...(supaya terjaga)
Tapi bila disuruh menutup "perhiasannya/kecantikannya" maka dia enggan...,
dan bila dilecehkan ia menyalahkan sepenuhnya pria...!

Wanita adalah wanita...,
Jika dikatakan siapa yg paling dibanggakan olehnya, kebanyakan bilang "ibunya",
Tapi kenapa ya..lebih bangga jadi wanita karier..(padahal ibunya "ibu rumah tangga")

Wanita ....
Bila diluruskan supaya bener memerah mukanya, (marah, sambil bilang "sok bener lo!")
Bila diingetin tetep memerah mukanya, (marah juga rupanya, sambil bilang "sok tau lo!")
Bila dimanja dan disanjung..?? eh, tetep memerah mukanya (kali ini tersipu malu, sambil bilang "ah, masa?")

Wanita adalah wanita...,
Inginnya dibilang emansipasi...,
Tapi kegerahan dibilang "macho",
Maunya disamakan dg pria..,
Tapi menolak benerin genteng rumah! (sambil bilang, "masa disamakan sama cowok!?")

Wanita...,
Bila dibilang lemah dia protes...
Jika pacarnya tidak mau antar pulang dia bilang keterlaluan,
Maunya diperlakukan sama dg pria..,
Tapi kesel nggak dikasih tempat duduk di bis kota oleh pria disampingnya (dan bilang "egois amat ni cowok?")
Bila dikatakan kuat itu maunya..,
Tapi bila sedikit bersedih ia cepet menangis...,

Tapi....
Wanita adalah wanita...
dan wanita bukan perempuan atau cewek semata...,
tapi bagaimanapun juga aku suka wanita! (swear..) "Man's said"

Priiiit... Ini Baru Hari Apes

 Monday, December 13, 2004

Hari Minggu 12 Desember, temen sekelas gue waktu SMA nikah. Setelah janjian dengan temen yang dulu sekelas, akhirnya janjian ngumpul sebelum jam 11 di suatu tempat deket terminal Bis Baranang Siang. Ternyata ada temen gue yang sengaja bela-belain dateng, padahal hari itu dia mau cabut ke luar daerah untuk urusan gawean. Dia minta kalo bisa sebelum jam 12 dia mau balik lagi buat ngejar bis yang bakal nganter dia ke bandara. Karena kebetulan gue bawa motor, temen gue udah ancer-ancer minta dianterin balik dari kawinan temen gue ke tempat pangkalan bis bandara.

Akhirnya setelah ngumpul rada telat, gue sampe di kawinan temen jam 11.30. Niatnya temen gue ini emang mau salaman duluan terus langsung cabut, ternyata acara kawinannya belum mulai, belum ada tamu yang salaman. Karena ngerasa gak bakal keburu, temen gue ini minta dianterin ke pangkalan bis bandara yang dideket terminal Bis Baranang Siang, sama ngambil tas yang dititipin di tempat temen gue. Kebetulan jarak pangkalan bis dengan tempat kawinan paling sekitar 5 Km doang. Ya udah dengan motor temen gue ini gue bonceng dengan kecepatan tinggi, dan nyaris nyerempet motor orang hehehe... waktu itu pas jam 12 siang, kalo kata temen gue jam segitu adalah jadwal bis-nya berangkat, makanya temen gue ngotot pengen naik bis itu, soalnya pesawatnya berangkat jam 2-an lebih. Akhirnya setelah ngambil barang-barang dan tas yang dititipin temen gue, gue bonceng dia dia ke pangkalan... dan ternyata... fiuuuuuuhhhh pas banget tuh gue ngebonceng temen gue. Pas nyampe pangkalan bis, pas buanget bisnya mau berangkat... yah mission complete & gue balik lagi ke tempat kawinan temen gue...

Nah pas balik ini nih gue mendapat tambahan "pengalaman", walaupun sebenernya ini "pengalaman" yang rada memalukan :). Jadi ceritanya habis balik dari kawinan temen gue sama temen gue yang bawa vespa balik bareng-bareng. Nah pas sampe di pertigaan tajur deket dengan Mal Ekalokasari inilah kejadian terjadi. Jadi ceritanya sebelum pertigaan ada lampu lalu-lintas, kebetulan warnanya lagi menunjukan warna merah. Sebenarnya gue rada ragu juga untuk berhenti soalnya kalo dari jalan yang dilewatin gue ini harusnya lurus, jadi ada kemungkinan untuk jalan terus meskipun warna lampu merah. Seperti kebiasaan pada umumnya biasanya emang kalo belok ke kiri atau jalan lurus di pertigaan boleh langsung terus.

Masalahnya gue ragu-ragu untuk terus karena didepan ada polisi dan gue gak liat ada tulisan "Lurus Jalan Terus" yang biasa di pasang di bawah Lampu Lalu-Lintas. Gue dengan tenangnya berhenti. Gue punya pikiran, iya kalo lurus jalan terus, kalo enggak wah bisa gawat kena tilang, lebih-lebih meskipun lurus, dari arah yang berlawanan mobil-mobil suka belok ke arah pertigaan itu, nah jadi tambah ragu-ragu deh gue untuk maju terus.

Eh... taunya gue di semprit sama polisi, ada dua orang polisi yang satu berkumis dengan badan yang agak gemuk pendek, satu lagi pake kacamata agak kurus, kumisan juga. Sebelumnya gue disuruh minggir ke deket pos polisi yang letaknya beberapa meter dari lampu merah ini. Polisi yang gemuk ngasih hormat sambil nanya bisa mengeluarkan SIM dan STNK, gue dengan tenangnya keluarin semua SIM dan STNK. Gue pikir semuanya gak masalah, SIM dan STNK gue punya, gue juga pake helm, jadi gue pikir sekedar razia aja, toh gue juga ngerasa gak salah-salah amat berhenti saat lampu merah.

Polisi itu bilang kalo gue habis melanggar lalu lintas. Gue bingung, "Apa yang saya langgar pak?". "Kamu berhenti di lampu merah, harusnya maju terus" jawab si polisi yang gemuk ini. "Pak saya berhenti soalnya gak ada tulisan Lurus Jalan Terus, dari pada kenapa-kenapa, saya berhenti aja pak" jawab gue dengan rada cuek. "Wah gak boleh, itu ada tulisannya lurus jalan terus" sambil nunjuk ke arah lampu merah. Dalam hati gue... perasaan dari tadi gue lewat gue gak liat ada tulisan lurus jalan terus, yah mungkin barangkali gue gak liat kali ya... tapi gue tanya temen gue, katanya dia juga gak liat. Wah jadi gimana doong siapa yang salah gue & temen gue atau polisinya yang mengada-ngada?. Udah gitu polisinya, ngasih contoh, "Nah yang kayak gini nih gak boleh", sambil nyemprit satu motor yang juga berhenti kayak gue...
Dalam hati gue... wah ini sih sengaja cari mangsa, motor ini disuruh berhenti sama kayak gue dan temen gue ini, kalo gitu emang pertigaan ini seperti jebakan nih...

Akhirnya gue disuruh masuk ke dalam pos, temen gue yang bawa motor juga disuruh masuk. "Masalah" gue ditangani oleh polisi yang gemuk, sedang temen gue sama polisi yang agak kurus. Sambil nunggu polisi yang nanganin gue siap, gue nengok ke pengemudi motor yang baru kena sergap kayak gue, gue senyum2 aja, mereka juga senyum2 sepertinya udah tau kalo "permainan" akan segera dimulai.

Akhirnya gue dikasih tau, kalo gue dibilang ngelanggar. Terus terang gue udah gak terlalu peduli salah gue apa, gue sih ngerasanya bener habis semuanya lengkap-lengkap aja kecuali soal berhenti itu, gue juga ragu kalo gue bener-bener salah. Cuma berhubung gue udah capek habis dari kawinan temen, gue males berdebat dengan polisi. Lebih-lebih kalo hari itu udah rada-rada tengah bulan, sudah pasti polisi lebih ganas cara "mangsa". Ya udah lah gue ikutin aja tujuan permain ini, apalagi kalo bukan "uang damai". Akhirnya gue coba ladenin aja maunya si polisi, tapi tetep gue ngomong sopan juga sama polisi ini.

SIM sama STNK gue dicek, terus dia bilang kalo gue harus kepengadilan. Gue iseng tanya "Pak pengadilannya ini yang dimana ya pak?" tanya gue sambil mikir-mikir dimana tempatnya. "Di sana di jalang pengadilan" jawab si polisi. "Oh yang deket hotel salak deketnya istana bogor itu ya pak?" tanya gue. "Nah... betul" jawab si polisi. Dalam hati gue, wah untung bukan yang di Cibinong, tapi dipikir-pikir repot juga kalo besok gue musti ke pengadilan, soalnya kan besok gue harus gawe...

Akhirnya gue jadi ikut juga dengan permainannya, terus gue bilang "Waduh pak, kalo besok saya takutnya gak bisa nih pak, apa gak bisa pak kalo diselesaikan hari ini aja?, Soalnya saya besok harus masuk kerja" jawab gue. "Oh jadi kamu udah kerja?" tanya si polisi. Gue baru nyadar, kalo gue bilang iya, bisa-bisa dia minta duitnya gede nih, langsung aja dengan gaya sok tenang gue jawab "Sebenernya sih saya belum kerja bener pak, yah baru coba-coba magang, maklum lah pak mahasiswa tingkat akhir nih" dengan gaya sok meyakinkan, padahal udah gak mahasiswa lagi (tapi tampang kayaknya sih emang masih mendukung kok --- hehehe buka ke ge-er-an lho). Polisinya kayaknya percaya juga dengan omongan gue ini. Gue juga baru inget, emang SIM gue tertulis pekerjaan Mahasiswa, jadi emang pas banget kalo gue ngaku mahasiswa :), padalah kalo pekerjaan udah ganti tapi masih ngaku Mahasiswa, bisa-bisa gawat gue dikerjaain polisi.

"Jadi gimana nih, sidang ya?" tanya si polisi sok-sok berwibawa. "Pak sebenernya sih kalo saya bisa nitip sidang ke bapak, saya minta tolong bapak aja deh" jawab gue dengan gaya sesopan mungkin. Trik ini gue dapat dari temen gue, soalnya meskipun semua polisi itu rata-rata suka "uang damai" tapi tidak semua mau harga dirinya jatuh, jadi kalo bilang "Saya bayar bapak deh" atau yang parah "Saya sogok bapak" ada beberapa polisi yang gak bakalan mau di perlakukan begitu, heeey mereka juga manusia kan? butuh rasa hormat juga (walaupun sebenernya kelakuannya udah tidak layak untuk dihormati :p).

"Gimana nih pak, saya nitip biaya sidang ke bapak aja yah? berapa pak biayanya" tanya gue pasrah sambil ngeluarin dompet. Gue udah siap lah kehilangan 15.000-20.000. Kebetulan di dompet gue isinya cuma uang lembaran 10 ribua-an sama 5 ribuan. Gue tes dulu ngeluarin satu lembar 10 ribu kebetulan lembaran uang 5 ribunya ikut keselip juga, jadi keliatannya gue mau ngasih 15 ribu. Entah nih polisi lagi baik atau gimana dia bilang "Udah satu lembar aja cukup", gue bingung 1 lembar 5 ribuan atau yang 10 ribuan. Cuma..., kayaknya gak mungkin kalo ngasih 5 ribuan, jadi gue kasih aja 1 lembar 10 ribu.

Setelah dikasih uang 10 ribu, polisinya bilang "Yah kalo orang niatnya baik, pasti kita juga baik. Kamu kan udah ngomong baik-baik, niatnya juga baik, ya kita juga bakal bantu. Yah kapan-kapan kalo kamu bawa motor harus lebih hati-hati ya" jawab si polisi dengan nada yang cukup ramah ke gue. Gue bingung sendiri, kok bisa ya nomongan polisi jadi rada sopan gitu, tapi emang kalo gak salah, selama gue ngomong sama polisi ini, gue sama sekali gak ada niat untuk ngomong gak sopan atau memandang rendah si polisi, yah kalaupun gue udah tau bakalan bayar di tempat sejak awal gue niatin mau ngasih (niat ngasih kok ke polisi ya... gak salah tuh? :p). Mungkin karena emang udah males debat-debat, gue ngomongnya jadi agak-agak sopan kali ya :)

Masalah gue udah beres, eh ternyata temen gue masih belum beres juga. Sampe orang yang ditilang setelah gue udah beres urusan, temen gue ini masih belum beres juga. Ternyata temen gue ini ogah bayar tilang, kebetulan kakak iparnya emang sama-sama polisi, pantes aja temen gue gak mau bayar tilang. Tapi si polisi ini ngotot minta "di bayar". Gue masih belum beranjak dari pos polisi tempat gue di tilang, sambil ngeliatin temen gue di iterogasi sama polisi yang kurus dan berkaca mata.

Karena gak enak atau gimana, polisi yang kumisan itu ngomong ke gue "Kamukan udah beres urusan ngapain lagi kamu masih disini?". Gue kan gak enak sama temen gue ini, masak berangkat bareng tapi kok gak balik sama-sama lebih-lebih temen gue ini lagi kena masalah juga. Terus si polisi yang kurus dan berkacamata item itu bilang ke gue "Kalo gak kamu coba bantu deh nih masalah temen kamu ini" sambil ngeliatin ke gue. Akhirnya gue masuk lagi ke pos polisi, terus gue tanya ke polisi itu "Memang apalagi pak yang belum beres?" tanya gue. "Temen kamu ini gak bawa SIM sama STNK, gimana gak berat tuh pelanggarannya" jawab si polisi sok berwibawa. Dalam hati gue, wah ini sih emang berat... gue pikir-pikir emang temen gue salah banget kalo gak sampe bawa dua barang itu.

Temen gue masih ngotot gak mau bayar, sampe temen gue bilang "Pak kalo bapak gak percaya, saya titipin aja motornya di sini deh". Polisinya bales "Eh ngapain saya pegang motor kamu, emang saya tempat penitipan motor, lagian saya bawa mobil. Kalo motor kamu ilang emangnya siapa yang mau tanggung jawab" jawab polisi sok berwibawa. Aduh gue puyeng juga nih, habis temen gue emang salah sih, kalo gue kan emang masalahnya juga gak berat dan sebenernya masih bisa diperdebatkan, gue bener-bener salah atau emang gue salah beneran.

Temen gue ini tetep ngotot gak mau bayar, karena emang kakak iparnya polisi juga, ditambah di motornya ada emblem Polisi jadi sebenernya si polisi juga rada-rada segen kalo sampe mau nerima penitipan motor, kalo sampe kakak iparnya dateng kan bisa heboh sesama polisi saling gontok-gontokan. Makanya polisi itu ngotot gak mau dia dititipin motor temen gue ini.

Mungkin karena udah mentok, temen gue udah susah gak mau bayar akhirnya dia ngomong ke gue "Gimana nih temen kamu ini, coba kamu bantu deh masalahnya". Dalam hati gue bilang aja pak suruh bayarin denda temen saya. Polisi ini udah gitu bilang "Gimana gak berat coba pelanggaran temen kamu ini, udah gak bawa SIM gak bawa STNK, paling gak kalo sidang ini bisa lebih dari 100 ribu nih". Dalam hati gue nyengir aja...

Tapi dipikir-pikir kalo gini caranya bisa kelamaan gue di dalam pos polisi, lebih-lebih polisi sama temen gue sama-sama ngototnya. Ya udah deh gue niat bayarin aja deh duit yang di mau si polisi ini. Setelah sebelumnya sukses bayar 10 rebu, kali ini dengan PD-nya gue keluarin aja duit 10 ribu. Temen gue coba ngelarang "Gak usah vi-gak usah", eh polisinya jawab "Duit segitu mah gak ada artinya atuh... pelanggaran temen kamu ini berat banget". Dalam hati gue, sialan loeee duit 10 ribu dibilang gak ada artinya. Akhirnya gue tambahin 5 ribu jadi 15.000, eh dia malah komentar "Duit segitu mah masih kurang doong kalo di liat pelanggarannya". Kesel gue, gue keluarin lagi duit 10 ribuan, jadi total 20 ribu. Pas di sodorin baru deh si polisinya gak komentar macem-macem, nah berarti dia udah ok dengan "uang damainya" :) Kebetulan duit yang 5.000 sebelumnya belum gue masukin ke dompet, karena si polisi udah nerima 2 lembar 10 ribu, ya gue masukin aja duit 5.000 ke dompet gue. Belum juga gue masukin duit 5.000 ke dompet, eh polisinya bilang... "Udah sekalian aja 5.000-nya di kesiniin" gue bengong aja, tapi ya gue kasih juga sih... dalam hati gue... masih doyan juga duit 5.000... wah gue jadi bayar 25.000 dong! eh kalo sama bayaran sebelumnya mah jadi 35.000, wah paling gak duit segitu bisa buat beli satu majalah tuh...

Setelah urusan beres, lebih-lebih setelah si polisi minta duit 5.000 yang mau gue masukin ke dompet, gue jadi semakin yakin kalo polisi-polisi itu emang tujuannya mintain "uang damai" dari kelalaian pengemudi. Terus terang kalo di bilang gue salah, gue akui sih gue emang rada salah, tapi (ceritanya gue membela diri dooong) kalo memang polisi itu bijaksana dan mau menegakkan aturan, harusnya sih sebelum gue berhenti, polisi itu harusnya mencegah, paling gak dia ngasih aba-aba lewat tangannya atau kalo bisa berdiri sebelum lampu merah, biar orang-orang kayak gue gak banyak yang kejebak kayak gue. Atau jangan-jangan sebaliknya, kerancuan itu sengaja dimanfaatkan supaya semakin banyak orang yang kena tangkep sama polisi-polisi itu.

Setelah agak jauh, temen gue ini coba bayar ke gue uang yang di pake buat bayar "uang damai" polisi. Tapi karena gue juga merasa agak-agak bersalah, secara tidak langsung membuat temen gue kena semprit akbat ikut-ikutan gue berhenti di lampu merah, ya gue tolak deh uang dari temen gue (maklum lagi merasa bersalah). Terus temen gue ini cerita kalo sebenernya tempat kakak iparnya itu gak jauh-jauh banget dari pos itu, yah apa mau dikata emang dasar lagi apes.

Bagi gue terus terang agak dilema, kalo mau terus lampu lalu lintasnya masih warna merah, tapi kalo jalan terus takutnya juga gak boleh, soalnya gue gak liat ada tulisan "Lurus Jalan Terus", gimana doong?. Aduh gue musti tobat nih... soalnya secara tidak langsung gue sudah mendukung praktik kolusi nih (astagfirullah, ya Allah ampunilah hambamu ini). Asal aturannya jelas, semua aparat gak ada yang namanya main menawarkan uang damai dan tidak mengada-ngada mencari masalah seseorang, gue ikhlas kalo gue salah, gue harus ke pengadilan. Tapi kalo untuk kasus yang ini terus terang gue gak ikhlas, salah gue ini (kayaknya) gak murni 100% salah gue (biasa ngeles...).

Semoga jangan adalagi kejadian kayak gini. dulu-dulu kalo lewat pertigaan itu biasanya aman-aman aja... hmmmmm mungkin emang inilah yang dinamakan hari apes... :) tapi ya sudahlah itung-itung nambah pengalaman hidup, kalo gak gini kan jadi gak tau gimana rasanya berurusan dengan polisi lalu lintas :) Ampunilah ya Allah hambamu ini yang sudah mendukung praktek "kolusi" semoga tidak pernah lagi ketemu situasi seperti ini. Amien... Mudah-mudahan gak pernah lagi deh gue punya urusan model ginian sama polisi...

What a 'beautiful' day...

Kurang Beruntung

 Friday, December 10, 2004

Hari ini gue berangkat rada-rada siang, cuma karena terlalu siang jadi agak-agak mepet sampe di stasiun. Waktu sampe stasiun udah jam 10.30-an lah... udah gitu kereta ekonominya belum ada yang mangkal (dagangan kali mangkal) waktu itu udah jam 10.43, gue khawatir kalo kereta ekonominya gak dateng-dateng dari jakarta, alamat bisa telat sholat jum'at di kampus nih. Sebelumnya pernah gue nekat nungguin, dan ternyata nungguin kereta kalo udah siang hari itu tingkat kepercayaannya sangat minim alias gak bisa di arepin kalo kereta akan tiba tepat waktu! Bisa gawat lah kalo sampe kereta bener-bener telat dateng.... sial tuh PT KAI udah hampir 60 tahun Indonesia merdeka, masa' untuk bikin jadwal tepat waktu aja gak bisa sih!!! payah deh.

Kebetulan saat itu ada kereta Pakuan AC yang siap-siap akan berangkat pukul 11.46. Karena takut kereta ekonomi telat dateng dan takut gak bisa keburu sholat Jum'at ya udah deh gue beli karcis-nya, kebetulan kereta Pakuan AC ini berhenti di Stasiun Depok Baru, Pondok Cina dan UI ya udah gue bisa naik nih... itung-itung nyobain naik kereta Pakuan AC ke kampus... Karena siang harga tiket gak sampe 10 ribu seperti pagi, harga tiket siang 8 ribu rupiah. Padahalan gue dah punya abodemen ekonomi, tapi karena mau naik kereta pakuan, yah sebagai warga negara yang baik... beli lah tiket...

Naik kereta pakuan sebenernya tingkat kenyamanannya tidak berbanding lurus dengan harganya. Harga karcis KRL ekonomi Bogor-UI sekitar 2000, nah dengan harga yang mencapai 8000, kalo menurut hitungan matematis seharusnya tingkat kepuasannya harus 4 kali lipat dari menumpang KRL ekonomi. Kenyataannya? gak gitu-gitu amat tuh... mungkin karena mahal & siang kali ya jadi penumpangnnya sepi dan itu memang lebih nyaman dari KRL. Oh iya KRL Pakuan kan ber-AC jadi mungkin sedikit lebih nyaman. Tapi semakin lama, kok gue semakin sadar ternyata AC-nya payah. Gile yang namanya AC itu memiliki konotasi dengan kesejukan dan dingin, eh kalo AC KRL Pakuan, kok AC-nya memiliki persamaan dengan AC Bis Mayasari & Steadysafe... alias ANGIN DOANG!!! Kecewa gue naik kereta yang katanya ada AC-nya kok gak dingin, tapi cuma angin doang.

Ada cerita yang bikin gue sebel waktu pas naik Pakuan, yaitu soal Kondekturnya!. Jadi setelah beli gw kan baca tulisan yang ada di baliknya, salah satunya adalah peraturan bahwa kalo kedapatan tidak memiliki karcis maka dendanya mencapai 20x harga karcis dan itu berarti kalo gak punya karcis harusnya bayar 160.000!!! wow jumlah yang sangat buanyak sekali.

Nah kebetulan waktu pas gue naik, ada seorang bapak2 dengan rekannya (atau anaknya ya) nah mungkin karena ketidak tahuan atau kesengajaan, si bapak ini punyanya karcis KRL Ekonomi, tapi naiknya KRL Pakuan. Duduknya si bapak ini gak terlalu jauh dari gue. Waktu pas kondekturnya dateng, sudah pasti si bapak ini bakal kena masalah kan? dan ternyata bener si bapak itu dikasih tau kalo ini karcis ekonomi, gak boleh naik kereta ini, dan kalo masih mau naik dia harus mau di denda. Dengan tampang yang kayaknya sih emang gak tau si bapak-bapak ini bengong aja. Si Kondektur ngasih alternatif ke si bapak itu, dia suruh bayar "cukup" Rp. 5.500 karena berdua jadi harus bayar Rp. 11.000.

Denger si kondektur ngomong dendanya sebesar Rp. 5.500 terus terang gue agak tersinggung nih, bukan apa-apa gue kan baca di baliknya kalo gak punya karcis harusnya denda 20x lipat yaitu Rp 16.000. Kuat dugaan gue, kalo duit Rp 5.500 ini pasti masuk ke kantongnya sendiri dan gak mungkin masuk ke kantong PT KAI.
Setelah didesak-desak, si bapak itu ngaku, kalo dia gak ada duit sebanyak itu, dia coba-coba nawar.... dan akhirnya si kondektor beneran nurunin harganya jadi Rp. 5.000, jadi berdua Rp 10.000,- Sial banget tuh kondektur. Akhirnya pas kereta sampe di Stasiun Pondok Cina, gue turun dengan perasaan agak-agak gak ikhlas setelah naik KRL Pakuan itu...

Karena sampe di Pondok Cina sekitar jam 11-an jadi gue pikir masih ada waktu nih untuk beli sesuatu. Kebetulan gue emang niat pengen beli Spidol, jadi gue sempetin mampir ke Gramedia di deket Pondok Cina. Gue sengaja cari-cari merek yang murah. Akhirnya ketemu tuh spidol dengan merek yang sama masak harganya berbeda. Jadi spidol ini ada yang dijual satuan ada juga yang dijual per dua spidol. Nah gue liat yang warnanya biru dua-duanya harganya 10.000, yang warnanya biru dan hitam 11.000, penasaran kan? gue pikir warna ngaruh ke harga, akhirnya gue cek yang warna hita-hitam harganya 11.000 juga. Setelah cari-cari lagi akhirnya ketemu dua spidol warna biru dua-duanya yang harganya 9.000. Karena penasaran gue tanya ke penjaganya, dia juga bingung kok sama warna sama merek beda harga.

Akhirnya setelah tanya-tanya katanya sih harganya yang bener 10.000. Harga yang 9.000 itu lagi promosi katanya. Terus gue penasaran lagi cari-cari spidol dengan warna dan merek yang sama tapi yang satuan. Kalo sebelumnya per dua spidol, ternyata harganya 4.500 persatuannya untuk warna biru. Terus gue nanya lagi mbak ini bener 4.500 kok malah lebih murah beli ketengan ketimbang beli dua spidol? Si penjaganya juga bingung. "Wah saya juga gak tau, waktu itu sih ada promosi harganya jadi pada turun tapi sekarang sih naik lagi". Terus penjaga itu nunjukin, ada spidol (masih merek yang sama) yang harganya 5.500 tapi ada juga yang harganya 5.000 dan juga 4.500. Terus gue tanya balik "Kalo yang 4.500 ini beneran gak harganya segitu?". "Kalo yang itu kayaknya emang masih tetep harganya 4.500" jawab dia.

Pas bayar di kasir ternyata harganya 4.600, wah gue kesel, masak dari tanya-tanya sampe bayar di kasir harganya bisa beda-beda terus. Karena gue udah kesel sebelumnya, gue gak peduli lagi kalo sebenernya si kasir gak tau apa-apa. Kasirnya gue tegur "Mbak itu kok harganya bukan 4.500 sih!" terus dia baru ngecek ke harganya dan terus dia jawab "Wah gak tau ya, sekarang harganya udah naik". Beres gue bayar, gue bilangin aja ke kasirnya dengan nada sebel "Mbak saya sih gak peduli dengan jumlah uangnya, cuma kalo jualan bikin label harganya yang bener dooong, masak harga tertulis sama yang harus dibayar bisa beda sih!, bilangin deh ke manajemennya yang bener doong kalo bikin harga!"

"Manajernya disitu mas, kalo mau lapor kesana aja" sambil nunjuk ke arah tempat gue beli spidol. Dalam hati, gue udah kesono, orang-orangnya aja gak tau, ngapain juga gua buang-buang waktu, entar disangkanya gue ngeributin duit 200 perak lagi. Gue bales aja si kasir dengan senyum sinis gue... sebel banget deh gue hari itu. Pas gue jalan lewat stasiun, eh taunya kereta ekonominya baru dateng... huuh dasar apes, taunya kali ini kereta ekonomi dari bogor udah nyampe di stasiun, makin sebel aja gue kalo inget sebelumnya gue naik kereta pakuan. Pas dah sampe di kampus gue baru nyadar, ternyata gue salah beli spidol. Harusnya beli spidol yang buat white board eh taunya spidol yang gue beli spidol permanen, ah sial banget sih gue...

Pas agak siangan, gue dapet email dari temen, isinya daftar ringtone U2 yang bisa didapet lewat SMS. Sebenernya gue dari dulu gak tertarik model2 ginian, tapi dipikir-pikir pulsa hp gue masih banyak, gue iseng aja untuk pertamakalinya nyobain. perkiraan gue paling-paling cuma berapa ribu. Gue catet kalo gak salah pulsa gue masih 90 ribu lebih. Pas gue kirim SMS eh pulsa gue dipotong 10.200. Wah kesel gue, inimah bukan tarif premium lagi, tapi tarif rampok, udah gitu gue gak dapet ringtone yang gue pilih, tapi pulsa gue udah kepotong. Aaagh makin kesel deh gue seharian itu!!!

Untungnya apesnya gak terus-terusan. Pas habis maghrib, sesuai janjinya mbak Tary, dia ngajak kami bertiga untuk makan Mpek-mpek yang di Margonda, dan yang penting di traktir alias gratis :D. Entah ini hari keberuntungan atau hari sial gue, gue juga gak tau. Tapi kalo dibilang hari ini hari yang banyak mengeluarkan duit, kayaknya emang iya.... soalnya habis itu gue masih sempat beli dua majalah Commando & Edisi Khusus Angkasa: Airborne, dua-duanya bahas soal militer :). Dua majalah itu harganya 45.000 setelah dapet diskon 1000 perak dari si penjual... Kalo boros begini terus, bisa-bisa gue gak bisa punya tabungan nih....

What a 'lucky' day!...

Impor KRL Bekas dari Jepang

 Monday, December 06, 2004

Baca berita foto di Kompas Cyber Media, 6 Desember 2004. Hari Senin 6 Desember 2004 adalah pengiriman kereta api bekas dari Jepang tahap kedua, setelah sebelumnya kereta dengan jenis yang sama telah beroperasi sebagai kereta Bojong Gede Ekspress yang melayani rute Bojong Gede - Jakarta Kota.

Rencana kebijakan impor kereta api listrik (KRL) bekas dari Jepang oleh PT Kerta Api Indonesia (PT KAI), sempat diberitakan oleh media koran beberapa bulan yang lalu. Sebagai satu-satunya operator kereta api di Indonesia, kebijakan PT KAI mengimpor kereta bekas dari jepang ini sempat disayangkan oleh beberapa kalangan.

Sebagai perusahaan yang berstatus sebagai persero, mencari keuntungan sebanyak-banyaknya tentulah tujuan utamanya, salah satunya adalah menekan biaya pengeluaran. Dalam hal ini PT KAI, sengaja mengambil keputusan lebih memilih impor KRL bekas dari Jepang untuk dengan tujuan utamanya adalah menekan beban biaya pengeluaran untuk pengadaan kereta api yang dirasakan semakin mendesak, seiring dengan bertambah banyaknya jumlah pengguna jasa kereta api.



Memang tidak ada yang salah dengan kebijakan mengimpor KRL bekas dari luar negeri (Jepang). Keputusan ini murni didasari semata-mata untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya bagi pihak PT KAI. Namun disisi yang lain sebagai satu-satunya opertor kereta api di indonesia, beberapa kalangan mengharapkan PT KAI perlu memikirkan kepentingan yang lebih luas ketimbang mencari keuntungan sendiri.

Beberapa kalangan yang menyesalkan kebijakan mengimpor ini beralasan bahwa Indonesia telah memiliki industri kereta api (PT INKA), sehingga sudah selayaknya kelangsungan hidup industri ini perlu didukung. Pabrik PT INKA selama ini yang memproduksi berbagai hal yang berkaitan dengan kereta api seperti Gerbong Penumpang, Gerbong Barang, Lokomotif yang bekerjasama dengan GE Lokomotif, dan juga memproduksi KRL yang lisensinya didapat dari Holec, Belgia. Selama ini, hampir semua produksi yang dihasilkan PT INKA dibeli oleh PT KAI.

Keputusan PT KAI yang lebih memilih mengimpor kereta bekas dari Jepang ketimbang membeli dari dalam negeri (PT INKA) mudah-mudahan telah dipertimbangkan secara masak-masak, karena jika tidak beberapa dampak negatif bisa saja timbul dari kebijakan PT KAI ini.

Membeli dari luar negeri tentunya akan menghabiskan cadangan devisa negara, disamping itu pembelian ini umumnya dilakukan dengan melalui utang (terus terang gue gak tau ini beli cash atau utang), jika pembelian dilakukan dengan utang, maka beban negara ini akan semakin berat karena bukan tidak mungkin beban utang luar negeri bangsa ini dapat semakin menghambat pertumbuhan ekonomi negara. Uang yang seharusnya dapat digunakan untuk hal-hal produktif akan terserap untuk pembayaran hutang-hutang plus bunga-bunga utang yang jumlahnya pasti tidak sedikit.

Hal lain yang disayangkan adalah karena status KRL yang dibeli adalah barang bekas. Dinegara asalnya sendiri, KRL ini sudah tidak dioperasikan. Dikhawatirkan, kereta ini tidak layak beroperasi karena kendala usia kereta ini. Kondisi KRL bekas belum tentu 100% langsung siap beroperasi, dibutuhkan beberapa perbaikan atau modifikasi yang pastinya juga akan menambah biaya pengeluaran bagi PT KAI sendiri.

PT KAI merasa dengan jumlah uang yang mereka belanjakan akan mendapatkan 2 kali lebih banyak rangkaian KRL ketimbang membelinya dari industri kereta dalam negeri (PT INKA). Keputusan yang sulit memang, lebih-lebih semenjak statusnya berubah menjadi persero, PT KAI (dulu PJKA) dituntut agar dapat menghasilkan keuntungan. Subsidi-subsidi pemerintah selama ini terhadap BUMN terbukti cukup membebani keuangan negara, karena kebanyakan dari BUMN ini (termasuk PT KAI) merugi. Untuk mengurangi beban negara, maka banyak dari subsidi-subsidi ini yang mulai dicabut, maka kebijakan PT KAI dalam mengimpor KRL bekas tidak dapat disalahkan begitu saja.

Hendaknya pemerintah juga perlu memikirkan nasib sarana-sarana transportasi termasuk industri pendukung yang terlibat didalamnya, dalam hal ini tentu saja PT KAI dan PT INKA. PT INKA jika tidak dapat menjual produk-produknya karena tidak ada yang membelinya --termasuk PT KAI--, maka bisa dipastikan jika kondisi ini tetap berlanjut dapat mengakibatkan bangkrutnya PT INKA yang pada akhirnya akan menambah jumlah pengangguran di negara ini. Keputusan mengurangi subsidi pada BUMN termasuk PT KAI memang harus dilakukan untuk mengurangi beban negara, tapi pemerintah tidak boleh benar-benar mencabut subsidi bagi PT KAI. Sebaliknya dalam tataran tertentu pemerintah harus menaruh perhatian lebih serius dalam pengembangan sarana transportasi masal ini.

Dulu pas kuliah Analisa Proyek, pernah denger bahwa dalam melakukan analisa proyek tidak selamanya tujuan utamanya adalah mencari untung secara langsung, tapi meskipun tidak mendapatkan untung secara langsung jika membawa dampak positif bagi aspek sosial ekonomi masyarakat, tentunya hal itu perlu dipertimbangkan juga. Saat itu sang dosen memberikan contoh, proyek membangun jembatan secara ekonomi tidak menguntungkan, karena tidak ada keuntungan secara langsung yang akan didapatkan, malah bisa jadi beban tambahan karena ada akan ada biaya perawatan agar jembatan tetap berfungsi. Namun meskipun tidak secara langsung mendapatkan untung, namun dengan keberadaan jembatan akan mendorong pertumbuhan sosial ekonomi masyarakat. Masyarakat dapat menjual dan mendapatkan barang-barang dengan lebih mudah, lebih cepat, hubungan antar satu daerah dengan daerah menjadi lebih baik dengan adanya jembatan dan lain-lain.

Jika dikaitkan dengan contoh diatas, maka tidak ada salahnya pemerintah sebaiknya mempertimbangkan terlibat lebih lanjut dalam pengadaan sarana transportasi massal. Meskipun akan membebani ekonomi negara, mungkin tidak ada salahnya pemerintah memberikan bantuan subsidi bagi PT KAI agar mau membeli produk PT INKA. Sehingga PT KAI mampu melayani masyarakat dengan pengadaan kereta-kereta yang baru sesuai dengan kebutuhannya, tapi disisi lain PT INKA juga dapat terus tetap bertahan dalam bisnisnya karena adanya pesanan dari PT KAI.

Kasus impor KRL bekas PT KAI ini sebenernya agak mirip-mirip dengan kasus outsourcing di AS. Kebanyakan industri IT di Amerika melakukan outsourcing kenegara-negara yang biayanya lebih murah seperti India atau Cina, tapi ternyata disisi lain dengan adanya outsourcing menimbulkan dampak yang tidak kalah buruknya, yaitu pengangguran yang semakin meningkat di Amerika karena pekerjaan mereka selama ini telah di ambil alih oleh pekerja dari negara lain. Kalo melihat ini, susah juga ya ngatur agar untung secara mikro tapi sekaligus tidak rugi secara makro.

~bukanekonom--hanyapenikmatsaranakeretaapijabotabek

Hak cipta foto, Kompas Cyber Media. Digunakan tanpa permisi -- mohon maaf sebelumnya buat KCM.

Ganti Partai

 Friday, December 03, 2004

Baca detik hari ini sama kompas hari ini, berita yang ditulis adalah soal berpindahnya Budiman Sudjatmiko bersama 51 aktifis ke partai PDIP. Soal alasan kepindahannya gue gak terlalu ambil peduli.

Bisa dibilang gue berprasangka buruk dengan kepindahan dia ini. Berjuta alasan dengan bahasa yang manis bisa dibuat dengan mudah, tapi niat sesungguhnya siapa yang tahu. Budiman CS yang dulu gue tau sih seorang aktifis yang kayaknya sih rada-rada radikal, pernah ditangkap oleh rezim orde baru pasca kerusuhan di kantor PDI tahun 1996. Dia dipenjarakan karena dituduh jadi dalang kerusuhannya. Setelah orde baru tumbang, mulai bermunculan berbagai aktifis-aktifis radikal yang sering turun ke jalan-jalan pada tahun 1998-1999. Bersama partai rakyat demokrat (PRD) seringkali terlibat langsung dijalan-jalan mendemo pemerintahan transisi. Dalam opini gue, kegiatan PRD dan berbagai aktifis jalanannya terus terang aja kurang bikin respek orang. Entah PRD atau aktifis lainnya kalo demo bikin was-was warga yang dideketnya, kalo gue boleh bilang sih cara demo atau mengkritik mereka ke pemeritah rada-rada "kurang santun".

Sebenernya memang partai ini tidak memiliki basis masa yang kuat. Terbukti pada saat pemilu 1999 partai ini tidak memperoleh suara yang berarti, dan akhirnya harus tersingkir untuk pemilu 2004 karena jumlah perolehan suaranya tidak mencapai syarat suatu partai bisa bertahan. Dalam pandangan gue, sepertinya Budiman CS mulai sadar, cara-cara turun kejalanan selama ini tidak efektif. Meskipun mau memaksakan mendirikan partai... siapa sih orang di pelosok yang kenal dengan Budiman Sudjatmiko CS? Padahal jumlah penduduk dipelosoklah yang lebih banyak menentukan kemenangan suatu partai --yang notabene tidak terlalu peduli dengan platform PRD yang ditawarkan. Contoh nyata PDIP menang pemilu 1999 dan Golkar pemilu 2004, sebagian suaranya berasal dari pelosok-pelosok.

Setelah 2 kali pemilu dengan peserta banyak partai, sepertinya sebagian para avonturir politik mulai sadar, tidak mudah mendirikan partai. Gue harus akui langkah-langkah yang dilakukan Budiman CS termasuk strategis, dia tau kalo nama besar partai PDIP bisa menjamin kelangsungan mereka dalam kancah politik, karena mereka mulai menyadari cara-cara seperti dulu (turun kejalanan) tidak efektif bagi kepentingan mereka sendiri.

Entah kenapa ya, gue kok rasanya gak bisa langsung percaya dengan alasan-alasan Budiman CS masuk ke PDIP adalah untuk pemurnian partai, boleh jadi memang benar tapi apa emang bener-bener itu alasannya? Sorry nih jadi berprasangka buruk sama seseorang. Bukan apa-apa reputasi para politisi dimana-mana itu cukup buruk, kata-kata mereka cendrung tidak bisa dipercaya. Dulu pernah baca di koran, ada survey yang menyebutkan kalo profesi orang yang omongan orang-orangnya bisa dipercaya adalah Guru dan Dokter, sedang profesi yang omongan-omongannya tidak bisa dipercaya salah satunya adalah para politisi.

Entah gue agak heran, kenapa baru sekarang Budiman CS memutuskan untuk masuk kesalah satu partai besar, kenapa tidak dari dulu-dulu sebelum pemilu 2004 dimulai. Sampe sekarang gue gak habis pikir dengan aktifis-aktifis yang sering turun kejalan, kemana sekarang mereka? kalo memang idealisme yang mereka perjuangkan itu masih relevan kenapa sekarang tidak ada lagi demo-demo seperti dulu? apakah yang "membayar" mereka beraksi sudah tidak ada lagi?.

Sebelum pemilu 2004, gue pernah denger berita tentang para aktifis-aktifis mahasiswa yang saat itu berbondong-bondong masuk kedalam partai. Tapi diantara yang masuk, gue agak geli aja dengan salah seorang aktifis. Kalo gak salah namanya Lutfi (spell?), dia adalah aktifis FORKOT. Di suatu acara semacam diskusi yang diselenggarakan salah satu stasiun televisi swasta, dia disindir dengan sepak terjangnya dia sebelumnya. Seperti kita ketahui, FORKOT adalah organisasi yang paling keras menyuarakan perlunya segera pemerintah membubarkan GOLKAR, saat itu FORKOT dipimpin oleh Lutfi. Entah kenapa pada pemilu 2004, kok bisa-bisanya si Lutfi ini mau jadi caleg-nya GOLKAR. Saat ditanyakan ini, alasan diplomatisnya dia adalah "ingin merubah GOLKAR dari dalam". What!!!! kok bisa sih segampang itu sih seorang penentang yang menentang habis-habisan keberadaan GOLKAR bisa berubah 180 derajat menjadi suporternya (bukan suporter lagi, orang udah jadi caleg segala!). Nah dari cerita itu, makanya gue ngeliat kepindahan Budiman CS jangan-jangan mirip juga dengan kepindahan Lutfi ke Golkar ini, walau mungkin tidak seekstrim Lutfi dari penentang menjadi suporter.

Teringat gue dengan ucapan (dari Rasulullah SAW?) yang menurut gue bagus, bunyinya kira-kira:
"Jangan kamu membenci seseorang secara berlebihan, bisa jadi suatu saat dia jadi kawanmu. Dan jangan kamu mencintai seseorang secara berlebihan, bisa jadi suatu saat dia jadi musuhmu"

TV Tuner & Radio FM

 Thursday, December 02, 2004

Berhubung si Rhama beli PS2 sama TV Tuner external baru, berarti TV Tuner yang lama gak dipake lagi. Nah gue kemarin minta dia bawa tuh TV Tuner mau gue cobain di komputer gue, dari pada nganggur kan gue pinjem aja.

Sampe rumah, dengan hati-hati gue masukin TV Tuner ke slot PCI yang tersedia. Terus terang dari dulu sampe sekarang gue paling males deh kalo udah bongkar pasang komponen CPU, suka ribet, kadang komputer suka jadi error, pokoknya bikin males buuuuanget deh! Tapi karena tekad sudah dibulatkan untuk nyobain TV Tuner, makanya biar dah, ribet dikit yang penting bisa nonton TV dan denger radio FM dari komputer.

Langkah pertama yang pasti deketin CPU-nya (ya iya lah, masak dijauhin sih?), pegang CPU-nya, kalo ada tutup casing CPU dibuka dulu... tapi karena CPU gue gak pernah ditutup casingnya jadi ya langsung aja deh bisa melihat isi daleman CPU tanpa perlu bersusah payah mengeluarkan energi tambahan seperti terawang batin (loe kira dunia lain atau uka-uka?!) atau sinar-X pokoknya langsung keliatan deh jeroan CPU. Oh iya kelupaan, sebelum buka CPU, cabut semua colokan-colokan yang ke CPU seperti colokan listri, keyboard, mouse, speaker, monitor dll.

Nah kalo semua itu udah dicopot, angkat CPU ke tempat yang terjangkau dan nyaman bagi kita untuk ngebongkar-bongkar. Nah karena CPU gue gak pernah gue tutup, jadi gue ada kerjaan tambahan, bersihin debu dan jaring-jaring yang numpuk kaya sarang vampir. Beres bersihin tuh debu & jaring-jaring halus, gue siapin TV Tuner yang gue pinjem, sambil masukin TV Tuner ke slot PCI, gue juga ubah urutan beberapa card seperti Sound Card, Modem Internal dll. Akhirnya setelah semua dimasukan ke slot PCI, tiba saatnya merasakan kenikmatan menonton TV dan mendengarkan radio FM melalu komputer.

Teken tombol Power, BIOS menginformasikan ada perubahan seting, setelah itu tampilan startup Window XP tetap berjalan normal, nah yang repot pas giliran gue pilih username gue, langsung deh komputer-nya langsung restart sendiri. Udah gitu muncul pesan yang menginformasikan BIOS gue error. Pokoknya gue teringat dengan berbagai masalah yang mucul kalo bongkar-bongkar hardware, dan ternyata masalah itu jadi kenyataan.

Berkali-kali komputer gak mau hidup, BIOS Error, Hardisk discan terus, gue ngerinya kalo ada Badsector aja tapi untunglah gak papa. Ada kali hampir satu jam gue ngoprek-ngoprek. Pokoknya kayak eksperimen aja, satu komponen card dicabut, hidup apa enggak, kalo idup baru ditambahin card yang lain. Dan intinya kegiatan ini nyebelin buaaangetttt.... untungnya BIOS erorr itu bukan karena error beneran, tapi gara-gara masangnya rada gak pas. Gue juga bingung perasaan udah bener deh. Yah pokoknya setelah hampir satu jam baru deh tuh TV Tuner bisa dipake di komputer gue.

Beres instal TV Tuner Card, giliran instal driver. Setelah driver terinstal sepertinya sudah mulai bisa digunakan. Pertama gue klik icon Radio FM. Gue berharap bisa denger radio, ternyata kok gak bunyi-bunyi. Gue telpon si Rhama, taunya gue musti colokin lagi output dari TV Tuner ke input Sound Card Gue.... Grrrr pantes dari tadi ditungguin kok suaranya gak muncul-muncul.

Radio OK, sekarang TV, gak tau kenapa kok gak berhasil-berhasil sih.... cukup lama juga gue oprek, dan ternyata gak bisa juga... ya udah gue males deh nerusin, jadi sampe sekarang masih belum bisa deh nonton TV dari komputer :(
Daripada BT, ya udah gue dengerin radio FM. Akhirnya baru sekarang lagi gue make radio. Terakhir kali make radio sekitar 2 tahun yang lalu waktu dikamar gue masih ada tape setelah udah gak ada ditempat gue... ya udah gak pernah denger lagi deh duh dah lama juga ternyata gue gak dengerin radio... :)

Kebetulan stasiun radio yang gue dengerin ini lagi muter salah satu lagu yang kebetulan gue punya MP3-nya. Dan setelah didengarkan dengan seksama ternyata... kualitas suara radio FM itu rendah :( Jadi gue ngebandingin lagu yang lagi diputer di radio dengan MP3 yang gue puter. MP3 ini memiliki tingkat kompresi (Bitrate) 128 KBps. Sekedar informasi semakin tinggi nilai Bitrate, berarti semakin tinggi kualitas suaranya, tapi itu juga berarti semakin makan tempat di hardisk.

Kualitas CD selalu jadi patokan dalam menentukan kualitas suara, karena memang kualitas CD itu tidak dikompresi sehingga kualitas suaranya tetep paling top, sedangkan file-file audio (MP3, WMA, AAC) itu memang dikompresi, tapi ternyata meskipun sudah dikompresi, ternyata kualitas MP3 dengan bitrate 128 KBps masih jauh lebih unggul dari suara radio FM. Gue memperkirakan kalo kualitas radio FM yang gue denger ini setara dengan MP3 dengan bitrate sekitar 56KBps - 96KBps (rada jauh banget kualitasnya).

Ya sudahlah ya memang begitu sepertinya, gak bisa ngarepin bakal dapet suara yang bagus kalo denger dari radio. Padahal jaman-jaman SMA dulu, gue suka banget denger radio, saking cekaknya dana rasanya gak worthed kalo tiap ada lagu baru yang enak didenger terus beli kasetnya, padahal kalo didenger yang enak cuma satu-dua lagu. Akhirnya gue akalin dengan beli kaset kosong, pas jam-jam tertentu gue tau kalo radio ini nyiarin lagunya full dari awal sampe akhir, nah kaset kosong itu gue gunain buat ngerekam lagu-lagu dari siaran radio.... bener-bener cara kuno :)
Semenjak gue punya komputer ya udah deh selamat tinggal kaset... gak pernah beli dan gak pernah disentuh-sentuh lagi :D.

Katanya radio FM sekarang frekuensinya pada berubah, makanya pas gue setel kok difrekuensi tertentu gak muncul nama radio yang dulu biasa gue denger. Duluuuuuuuuuu (saking lamanya gak denger-denger lagi) gue suka denger radi Kisi FM 91.8, ini nih radionya anak muda yang beken di Bogor, kalo habis maghrib isinya lagu-lagu indonesia yang full gak dipotong-potong sama suara penyiar. Yang gue inget kalo setiap senin malem suka ada acara curhat, hari selasa bahas artis-artis beken jaman dulu kayak The Beatles, Eric Clapton, Bon Jovi, dll. Moto dari Kisi FM yang gue inget dulu sih "Young, Free, and Single".

Selain itu adalagi stasiun radio yang gue suka jaman-jaman SMP adalah dengerin radio SK (Suara Kejayaan). Gila nih radio isinya lawakan-lawakan, walau kadang rada-rada garing juga sih. Dulu gue masih sempet ngerasain lawakannya Patrio sebelum beken di TPI, mereka udah siaran di stasiun radio ini. Beberapa pelawak yang terkenal sekarang, banyak yang sebelumnya pernah kerja di radio SK ini seperti Ulfa, Taufik Savalas, Eko Patrio, dll. Entah tahun berapa gue denger radionya bangkrut, dan frekuensinya diambil alih sama MTV On SKY.

Oh iya kalo di radio Lesmana FM (Radio Bogor) itu ada yang gue inget acaranya setiap malam jum'at jam 9 keatas isinya cerita-cerita horor, gile gue sampe kadang-kadang takut juga buat dengerin acaranya. Temen gue pernah cerita ada salah satu stasiun radio (bukan Lesmana FM) yang juga nayangin cerita-cerita horor dari para pendengarnya yang akhirnya tidak menyiarkan lagi acara ini, soalnya pas waktu acara berlangsung ternyata *katanyasih* ada keganjilan-keganjilan gitu... jadi penyiarnya juga ketakutan akhirnya gak ada lagi acara model cerita pengalaman serem di malem jum'at.

Gue penasaran, kok bisa ya radio masih bertahan padahal TV udah banyak... Oh iya... mungkin gara-gara di TV kebanyakan sinetron kali ya... makanya radio tetep hidup hehehe. Tapi gue banding-bandingin emang radio lebih enak jadi teman belajar ketimbang nonton TV *beneran nih belajar?* Ya pokoknya kalo kita lagi kerja juga lebih enak sambil dengerin radio, soalnya kalo bareng nonton TV pasti bukannya belajar atau kerja tapi malah nonton... :D

Ah radio... televisi sudah bertambah, tapi kau masih saja bisa bertahan...