Ganti Partai

 Friday, December 03, 2004

Baca detik hari ini sama kompas hari ini, berita yang ditulis adalah soal berpindahnya Budiman Sudjatmiko bersama 51 aktifis ke partai PDIP. Soal alasan kepindahannya gue gak terlalu ambil peduli.

Bisa dibilang gue berprasangka buruk dengan kepindahan dia ini. Berjuta alasan dengan bahasa yang manis bisa dibuat dengan mudah, tapi niat sesungguhnya siapa yang tahu. Budiman CS yang dulu gue tau sih seorang aktifis yang kayaknya sih rada-rada radikal, pernah ditangkap oleh rezim orde baru pasca kerusuhan di kantor PDI tahun 1996. Dia dipenjarakan karena dituduh jadi dalang kerusuhannya. Setelah orde baru tumbang, mulai bermunculan berbagai aktifis-aktifis radikal yang sering turun ke jalan-jalan pada tahun 1998-1999. Bersama partai rakyat demokrat (PRD) seringkali terlibat langsung dijalan-jalan mendemo pemerintahan transisi. Dalam opini gue, kegiatan PRD dan berbagai aktifis jalanannya terus terang aja kurang bikin respek orang. Entah PRD atau aktifis lainnya kalo demo bikin was-was warga yang dideketnya, kalo gue boleh bilang sih cara demo atau mengkritik mereka ke pemeritah rada-rada "kurang santun".

Sebenernya memang partai ini tidak memiliki basis masa yang kuat. Terbukti pada saat pemilu 1999 partai ini tidak memperoleh suara yang berarti, dan akhirnya harus tersingkir untuk pemilu 2004 karena jumlah perolehan suaranya tidak mencapai syarat suatu partai bisa bertahan. Dalam pandangan gue, sepertinya Budiman CS mulai sadar, cara-cara turun kejalanan selama ini tidak efektif. Meskipun mau memaksakan mendirikan partai... siapa sih orang di pelosok yang kenal dengan Budiman Sudjatmiko CS? Padahal jumlah penduduk dipelosoklah yang lebih banyak menentukan kemenangan suatu partai --yang notabene tidak terlalu peduli dengan platform PRD yang ditawarkan. Contoh nyata PDIP menang pemilu 1999 dan Golkar pemilu 2004, sebagian suaranya berasal dari pelosok-pelosok.

Setelah 2 kali pemilu dengan peserta banyak partai, sepertinya sebagian para avonturir politik mulai sadar, tidak mudah mendirikan partai. Gue harus akui langkah-langkah yang dilakukan Budiman CS termasuk strategis, dia tau kalo nama besar partai PDIP bisa menjamin kelangsungan mereka dalam kancah politik, karena mereka mulai menyadari cara-cara seperti dulu (turun kejalanan) tidak efektif bagi kepentingan mereka sendiri.

Entah kenapa ya, gue kok rasanya gak bisa langsung percaya dengan alasan-alasan Budiman CS masuk ke PDIP adalah untuk pemurnian partai, boleh jadi memang benar tapi apa emang bener-bener itu alasannya? Sorry nih jadi berprasangka buruk sama seseorang. Bukan apa-apa reputasi para politisi dimana-mana itu cukup buruk, kata-kata mereka cendrung tidak bisa dipercaya. Dulu pernah baca di koran, ada survey yang menyebutkan kalo profesi orang yang omongan orang-orangnya bisa dipercaya adalah Guru dan Dokter, sedang profesi yang omongan-omongannya tidak bisa dipercaya salah satunya adalah para politisi.

Entah gue agak heran, kenapa baru sekarang Budiman CS memutuskan untuk masuk kesalah satu partai besar, kenapa tidak dari dulu-dulu sebelum pemilu 2004 dimulai. Sampe sekarang gue gak habis pikir dengan aktifis-aktifis yang sering turun kejalan, kemana sekarang mereka? kalo memang idealisme yang mereka perjuangkan itu masih relevan kenapa sekarang tidak ada lagi demo-demo seperti dulu? apakah yang "membayar" mereka beraksi sudah tidak ada lagi?.

Sebelum pemilu 2004, gue pernah denger berita tentang para aktifis-aktifis mahasiswa yang saat itu berbondong-bondong masuk kedalam partai. Tapi diantara yang masuk, gue agak geli aja dengan salah seorang aktifis. Kalo gak salah namanya Lutfi (spell?), dia adalah aktifis FORKOT. Di suatu acara semacam diskusi yang diselenggarakan salah satu stasiun televisi swasta, dia disindir dengan sepak terjangnya dia sebelumnya. Seperti kita ketahui, FORKOT adalah organisasi yang paling keras menyuarakan perlunya segera pemerintah membubarkan GOLKAR, saat itu FORKOT dipimpin oleh Lutfi. Entah kenapa pada pemilu 2004, kok bisa-bisanya si Lutfi ini mau jadi caleg-nya GOLKAR. Saat ditanyakan ini, alasan diplomatisnya dia adalah "ingin merubah GOLKAR dari dalam". What!!!! kok bisa sih segampang itu sih seorang penentang yang menentang habis-habisan keberadaan GOLKAR bisa berubah 180 derajat menjadi suporternya (bukan suporter lagi, orang udah jadi caleg segala!). Nah dari cerita itu, makanya gue ngeliat kepindahan Budiman CS jangan-jangan mirip juga dengan kepindahan Lutfi ke Golkar ini, walau mungkin tidak seekstrim Lutfi dari penentang menjadi suporter.

Teringat gue dengan ucapan (dari Rasulullah SAW?) yang menurut gue bagus, bunyinya kira-kira:
"Jangan kamu membenci seseorang secara berlebihan, bisa jadi suatu saat dia jadi kawanmu. Dan jangan kamu mencintai seseorang secara berlebihan, bisa jadi suatu saat dia jadi musuhmu"

3 Comments:

Blogger imponk said...

orang memang biasanya gampang berubah. dulu bela-belain ini, eeeee... sekarnag ada yang lebih enak ikut kesana.

Saturday, December 04, 2004 1:51:00 AM  

Anonymous Anonymous said...

dani : hehehe dulu budiman masih muda jadi dia nbelum perlu duit .. sekarang dah mulai berumur saatnya memikirkan keuangan ... join partai yang mapan hehehe

Wednesday, December 15, 2004 4:16:00 PM  

Blogger SEKJEN PENA 98 said...

* Di sini ada cerita
Tentang cinta
Tentang air mata
Tentang tetesan darah

Disini ada cerita
Tentang kesetiaan
Juga pengkhianatan

Disini ada cerita
Tentang mimpi yang indah
Tentang negeri penuh bunga
Cinta dan gelak tawa

Disini ada cerita
Tentang sebuah negeri tanpa senjata
Tanpa tentara
Tanpa penjara
Tanpa darah dan air mata

Disini ada cerita tentang kami yang tersisa
Yang bertahan walau terluka
Yang tak lari walau sendiri
Yang terus melawan ditengah ketakutan!

Kami ada disini
www.pena-98.com
www.adiannapitupulu.blogspot.com

Saturday, December 08, 2007 4:21:00 PM