Dongeng Klasik

 Friday, December 24, 2004

Alkisah, kemarin gue sempet nonton acara anak-anak (kartun) di Lativi pagi hari. Hmmm lumayan juga sih... jadi acaranya itu berdurasi 1 jam (atau 30 menit ya?) selama waktu itu diputar 3 cerita dan iklan (so pasti). Gue pengen cerita kisah yang kedua yaitu kisah putri raja yang congkak. Mau tau ceritanya?, jadi begini ceritanya... :p

Pada jaman dahulu kala hiduplah seorang raja yang memiliki putri yang cantik namun memiliki sifat yang cukup menganggu sang raja. Putrinya ini cantik namun sombong, selalu memandang derajat orang lain dibawah derajat dirinya, selain memiliki sifat itu, putri itu juga tidak sungkan menghina orang-orang yang derajatnya dianggap lebih rendah dari dia, tak peduli siapapun, meskipun itu seorang pangeran.

Karena sudah waktunya bagi sang putri untuk menikah, sang raja mengundang seluruh pangeran-pangeran dari negeri di sekitarnya. Akhirnya diadakanlah acara yang besar dimana sang putri bisa memilih pangeran yang akan dijadikan suaminya. Karena sifat buruk yang dimiliki oleh sang putri, setiap pangeran satu persatu dihina olehnya. Ada yang dibilang mukanya seperti singa, ada yang dibilang seperti labu, ada yang dibilang memiliki rambut sapu. Setiap sang putri menghina, tak tahan hati sang raja untuk menegur kelakuan putrinya. Tetapi sang putri tetap tidak peduli, bahkan hinaan kepada setiap pangeran yang hadir di acara itu semakin menjadi-jadi, tak terkecuali hinaan kepada pangeran yang tampan dengan jenggot tipisnya yang dihina sebagai pangeran dengan janggut kambing. Akhirnya habislah kesabaran sang raja, sang raja membuat pernyataan bahwa mulai besok, siapapun tamu lelaki yang bertamu ke istananya akan menjadi suaminya, tak peduli orang itu adalah seorang pengemis yang paling miskin.

Keesokan harinya sang putri mendengar ada seorang lelaki dengan janggut yang lebat memainkan suatu alat musik, ternyata orang itu adalah pengamen (ya iyalah...). Sang putri teringat dengan peryataan ayahnya tadi malam, dia berusaha mengusir pengamen itu dari kamarnya yang berada di tingkat yang tinggi. Usaha sang putri mengusir pengamen itu tidak berhasil, malahan penjaga istana mempersilahkan pengamen itu masuk kedalam istana. Akhirnya sang raja berbicara kepada sang pengamen bahwa dia pernah berjanji pada diri sendiri bahwa siapapun tamu lelaki yang hadir pertama kali hari ini akan dinikahkan oleh sang raja, sang raja menayakan pada sang pengamen apakah mau untuk menikahi putrinya.

Sang pengamen tentu saja kaget bukan kepalang, tapi akhirnya permintaan sang raja itu dipenuhi juga, dia mau menerima putri raja sebagai istrinya. Sang putri yang baru turun dari kamarnya berteriak berusaha menolak keputusan ayahnya, tapi apa hendak dikata, sang raja sudah bertekad untuk menepati janjinya. Akhirnya pengamen itu menjadi suami sang putri.

Putri raja yang diceritakan bernama Helena ini akhirnya mengikuti sang pengamen untuk tinggal ke rumahnya. Selama perjalanan sang putri ini selalu mengeluh karena dia tidak mau untuk terus berjalan kaki mengikuti pengamen, dia ingin naik kuda. Pengamis itu tidak peduli dia terus melanjutkan perjalannya. Tak tahan dengan keluhan yang dilontarkan sang putri, akhirnya pengamen itu memperingatkan sang putri bahwa dia sekarang telah menjadi istrinya sehingga dia tidak boleh banyak mengeluh dengan gaya hidupnya sebagai pengemis.

Selama perjalanan menuju rumah sang pengamen, sang putri melewati hutan. Sang putri bertanya "Milik siapakah hutan yang indah ini?" sang pengemis mengatakan bawah ini miliki pangeran dari negeri X (gak inget, anggap saja seperti itu), sang putri tak menyangka pangeran yang dihinanya sebagai pangeran berkepala singa itu yang memiliki hutan ini. Kemudian perjalanan dilanjutkan dengan melewati hamparan pemandangan yang luas dan indah, ternyata daerah itu dimiliki oleh pangeran yang juga dihinanya sebelumnya.

Akhirnya sang putri melewati ladang gandum yang luas dan indah, siap untuk dipanen. Sang putri bertanya milik siapakah ladang ini, sang pengamen menjawab bahwa ladang ini miliki pangeran Z (anggap saja namanya itu) yang ternyata sebelumnya dihinanya sebagai pangeran dengan janggut kambing. Setelah berjalan cukup lama akhirnya sampailah mereka di suatu gubuk yang reot untuk beristirahat. Sang putri ngotot tidak mau untuk beristirahat ditempat yang jelek itu, yang ternyata adalah rumah sang pengamen.

Sang pengamen akhirnya dapat memaksa sang putri untuk memaksa sang putri tinggal dirumahnya yang jelek itu. Kemudian sang pangeran menyuruh sang putri untuk membuatkan masakan untuknya. Sang putri menolak, dia bilang "Kenapa kita tidak menyuruh pelayan saja untuk membuatkannya". Sang pengamen tertawa sambil berkata "Aku ini tidak memiliki apa-apa jadi aku tidak perlu pelayan, jadi kamu sendirilah yang harus memasak". Ternyata sang putri tidak tau cara memasak, sang pengamen akhirnya mengajarkan bagaimana caranya menyalakan api, kemudian sang putri disuruh meneruskannya sendiri.

Sang pengamen akan pergi saat itu juga ke kota untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, tapi sebelum itu dia menyuruh sang putri untuk mengerjakan anyaman yang akan dijadikan tempat menyimpan barang untuk dijual. Sang putri bersikeras tidak mau mengerjakan, kemudian sang pengamen memperingatkan bahwa mereka perlu makan, dan untuk makan mereka memerlukan uang, dan untuk mendapatkan uang mereka harus membuat anyaman itu agar nantinya dapat dijual agar uangnya bisa dibelikan makanan. Kemudian sang pengamen mengajarkan cara menganyam, kemudian sang putri disuruh untuk melanjutkan.

Ketika sang pengamen ini pulang dari kota, dia melihat istrinya menangis tersedu-sedu. Makanan yang disuruh dibuatnya tidak dikerjakannya, anyaman yang disuruh dibuatnya juga tidak dibuatnya, bahkan karena tidak bisa membuat anyaman, mukanya terluka terkena sabetan anyaman itu.

Keesokan harinya sang putri disuruh oleh suaminya untuk menjual barang-barang pecah belah ke kota agar mereka bisa membeli barang makanan. Ketika sampai di kota ada pengemis dan pedagan kota yang menawarkan tempat kepada sang putri. Tapi karena sang putri merasa dirinya lebih tinggi, dia menolak bantuan itu dengan tatapan sombong dan merendahkan mereka, karena mereka semua dianggap kotor dan bau. Sang putri melanjutkan perjalanannya, dan akhirnya menggelar dagangannya di dekat jalan yang ramai.

Mulanya tidak ada yang beli, kemudian ada orang yang mulai membeli barangnya sambil memuji kecantikan si putri. Makin lama yang membeli barangnya makin banyak dan si putri ini akhirnya menjadi sombong kembali, sambil berkata dalam dirinya sendiri bahwa semua itu berkat kecantikannya. Dia merasa tidak perlu khawatir lagi dengan nasihat-nasihat suaminya sebelumnya, dan mulai kembali memandang rendah suaminya. Ketika barang yang dijualnya banyak dibeli, tiba-tiba lewatlah kurir kerajaan dengan kuda yang ditungganginya berlari dengan cepat melewati tempat si putri berjualan. Semua barang yang dijualnya hancur tak bersisa akibat terinjak oleh kuda milik kurir raja itu.

Akhirnya sang putri pulang membawa sisa barang yang hancur terinjak kuda. Sang putri dimarahi oleh suaminya mengapa sampai barang dagangannya hancur. Sang pengamen ini kemudian menegur kenapa dia tidak mau menerima tawaran pedagang yang menawarkan bantuan kepadanya, kemudian dia menegur kepada istrinya itu mengapa dia terlalu sombong sehingga menolak bantuan orang?. Kemudian sang pengamen memperingatkan sang putri, seandainya dia tidak sombong, tentu dia tidak akan mengalami kejadian itu. Sang putri tertunduk malu dengan ucapan suaminya itu.

Kemudian sang suami memberitahukan bahwa di istana raja, sedang membutuhkan orang jadi dia bisa bekerja disana. Akhirnya keesokan harinya dia mulai bekerja sebagai pembantu yang kerjanya membersihkan ruangan dan mengangkat barang-barang yang dibutuhkan oleh orang-orang didalam istana. Ternyata tugas itu terlalu berat, bahkan sang putri berkali-kali kena tegur karena pekerjaan yang bermasalah. Karena terlalu capek, sang putri akhirnya pingsan, untunglah pegawai-pegawai di dalam istana itu menolongnya, saat itu sang putri mulai sadar bahwa dia ini bukanlah siapa-siapa. Dia mulai merasa tanpa bantuan itu dia tentu akan lebih kesulitan.

Setelah sampai di rumahnya, sang suami memberitahukan bahwa lain kali dia harus berhati-hati dalam bekerja, terlebih esok hari di istana akan lebih sibuk karena sang pangeran yang ada di istana itu akan menikah esok hari. Sang putri mulai bekerja, kemudian saat ada pelayan yang membawa makanan ke tempat pesta, sang putri mengintip pesta yang sedang berlangsung. Ruangan itu begitu indah, dipenuhi oleh makanan dan minuman yang enak-enak tidak lupa juga para undangan yang mengenakan pakaian yang indah-indah.

Teringat dengan masa lalu saat dia menjadi putri, dia akhirnya merasa malu bahwa dulu dia begitu sombong memandang orang lain, kini dia hanyalah istri seorang pengamen yang miskin, dan juga dia hanyalah seorang pelayan. Ketika dia terlena dengan kenangannya dimasa lalu, dia dikejutkan oleh kehadiran suaminya. Sang putri bertanya kenapa suaminya ada disitu, kemudian dia memberitahu bahwa kehadirannya adalah untuk mengajaknya menikah, dan kemudian sang pengamen itu melepaskan janggut yang lebal itu, dan ternyata yang hadir disitu adalah pangeran tampan yang sebelumnya di hina sebelumnya sebagai pangeran berjenggot kambing.

Tak percaya dengan yang dilihatnya, akhirnya pengamen yang ternyata seorang pangeran itu menceritakan bahwa sejak pertama bertemu dengannya dia sudah merasa jatuh cinta. Berkat kerjasamanya dengan sang raja, dia sengaja menyamar sebagai seorang pengamen untuk menyadarkan kesombongan sang putri. Akhirnya si putri mau menerima sang pangeran untuk menjadi suaminya, dan kemudian bersorak sorailah orang yang ada di ruang pesta keluar menyambut sang pangeran dan sang putri. Akhirnya mereka berdua hidup bahagia selamanya.


Ah dongeng klasik... selalu saja berakhir dengan indah (Happy Ending), karena kebetulan gue belum pernah denger cerita ini (kayaknya sih, atau lupa?) jadi pas endingnya gue sempet menduga setelah sang putri menyadari kebodohannya dengan bersikap sombong, gue kira udah sampe disitu aja... ternyata ada kelanjutannya bahwa ternyata sang pengamen adalah seorang pangeran. Huuuh ceritanya dongeng banget sih (bukannya ini emang dongeng ya?) Gue gak tau siapa ya yang ngarang cerita itu, apakah HC Andersen?

Kalo ngeliat ini kok ceritanya memiliki pola yang hampir mirip-mirip dengan dongeng yang lain yaitu ada pangeran yang tampan dan ada putri yang cantik, keduanya bertemu dengan berbagai masalah yang dihadapi, tapi pada akhirnya mereka hidup bahagia selamanya (ooooh...) ya cerita yang berpola itu sperti cerita model-model Cinderela, Putri Salju (Sleeping Beauty?), atau Putri dan Kodok, dan sebagainya...

Bagi sebagian orang cerita-cerita diatas begitu menyentuh, mungkin juga mereka mendambakan hidupnya berakhir bahagia selamanya seperti kisah pangeran yang tampan dengan putri yang cantik itu. Yah namanya ceriat buat anak kecil, mungkin cerita itu memang bagus. Cuma kalo gue baca-baca sejarah, jaman dulu itu raja dan pangerannya justru banyak juga yang jahat-jahat, pokoknya dijaman-jaman abad pertengahan (Middle Age) itu aneka jenis penyiksaan tersedia deh, intinya banyak juga kisah-kisah jaman dulu yang isinya kekejaman raja-raja ataupun bangsawan-bangsawan. Kontras dengan cerita dongeng yang menceritakan raja yang bijaksana dan lain-lain seperti didalam cerita-cerita itu... Jangan-jangan dongeng itu sengaja diciptakan untuk memberikan imej yang baik bagi keluarga kerajaan dimata rakyatnya.

Terlepas dari prasangka gue... tapi beneran kok cerita-cerita model itu emang menarik, mungkin sampe sakarang ada yang masih mengingat bahkan mungkin mengharapkan kehadiran sang pangeran?. Kalo pernah nonton film Pretty Woman, tokoh yang diperankan Julia Robert (Wow..., umur 37 tahun & masih terlihat cantik!) mengatakan bahwa dia bermimpi bahwa suatu saat akan ada pangeran yang menunggangi kudanya dan membawakan bunga dan memintanya untuk menjadi permaisurinya. Oke itu emang fiktif, tapi bukankah kisah seperti yang gue sebutkan sebelumnya (selalu berakhir bahagia) itu juga tetap laku dijual hingga kini?.

Kisah mirip Cinderella yang sempat populer di indonesia apalagi kalo bukan kisahnya A'Tse dengan Sanchai di dalam filem Meteor Ganjen (Garden ding). Gue perhatiin banyak banget para wanita yang memuja tokoh-tokoh dalam serial itu, terutama cewek-cewek yang memuja ketampanan Ef-She (F4) lebih-lebih si A'Tse (gue gak tau nama aslinya?) Sepertinya itu bisa dijadikan indikator bahwa dijaman saat ini ternyata banyak juga orang yang berharap hidupnya bahagia bak kisah-kisah dongeng :p.

Menghadapi realita hidup yang seringkali jauh dari cita-cita bahkan seringkali bertolak belakang dengan cita-cita atau harapan, masihkah ada orang yang masih berharap hidupnya berakhir bahagia seperti di dongong-dongeng? Untuk wanita, masihkah mengharapkan kehadiran pangeran tampan dengan kudanya dan meminta untuk menjadi permaisurinya?.... Bisakah hidup menjadi sesederhana kisah bahagia para pengeran tampan dan putri yang cantik itu? Andai hidup kita bisa berakhir bahagia seperti dongeng-dongeng klasik itu.... :)

1 Comments:

Blogger Bunga Maulida said...

Favorit banget ini jaman dulu.. Nyarinya susah skrg 😭 boleh tau judulnya ga ya??

Tuesday, November 26, 2019 6:28:00 AM