Bandung Motor Touring Hari Ke-1

 Wednesday, September 15, 2004


Perhatian: Gambar pada blog berikut ini kemungkinan besar akan terasa lambat untuk dilihat, semuanya terdiri dari 29 gambar (~1,7 MB). Demi menghemat tempat & bandwith, resolusi gambar diperkecil menjadi 320x240 pixel dari ukuran aslinya

Blog ini merupakan bagian ke-1 dari 3 blog selama kegiatan motor touring ke Bandung.
Selain itu, jika tertarik, baca juga Persiapan Motor Touring ini.


Sabtu, 11 September 2004

06.37
Hari ini merupakah Hari-H rencana motor touring ke Bandung. Semalam gue kurang tidur, kayaknya baru jam 3 pagi bisa tidur dengan nyenyak. Bangun pagi akhirnya jadi agak telat, akibatnya rencana gue kumpul di kos-nya si Beny jadi agak telat. Akhirnya baru jam setengah tujuh pagi gue berangkat dari rumah. Sebelum berangkat, gue catet dulu nomor kilometer yang ada di speedo meter motor, disitu tertulis 17.481,7. Indikator bensin masih 1/2-nya jadi gue perkirakan masih cukuplah untuk sampai kos-nya si Beny. Sebelum berangkat gue kirim SMS dulu ke si Beny kalo gue bakalan nyampe telat disana. SMS gue di bales dan dia bilang kalo jam 07.30 harus sudah berangkat dari kos-nya dia. Jam 06.41 akhirnya berangkatlah gue dari rumah menuju kos-nya ke si Beny.

Motor yang dipake gue buat touring ke Bandung

07.17
Isi bensin di dekat pertigaan Jl Parung-Sawangan. Meskipun sudah memacu kecepatan motor sampai kecepatan 60-90 Km/Jam, kayaknya gue bakalan susah nyampe kosnya si Beny tepat waktu sebelum jam 07.30 soalnya jam 07.17 aja baru nyampe di pom Bensin deket pertigaan jalan di daerah Sawangan selepas daerah Parung. Gue isi bensin full dan habis sekitar Rp. 4.700,-. Jalanan macet di kawasan pertigaan jalan Sawangan Raya dengan jalan Tanah Baru menambah lambatnya gue sampai di tempat kosnya si Beny.

07.55
Sampai di Kukusan, gue telpon si Beny untungnya dia lagi di deket situ. Masuk ke Kosnya akhirnya barengan dengan dia, soalnya jauh banget. Denger dari si Beny kalo si Abangkis sebelumnya kena masalah, soalnya pas berangkat dari rumahnya ke kos si Beny ban dalem motornya bocor. Terpaksalah dia tambal ban dulu. Pas sampai kampus dia nyasar ke kosnya si Beny. Berhubung pulsanya habis, terpaksalah dia balik ke Depok untuk beli pulsa dulu, baru deh bisa nelpon balik ke si Beny nanya tempat kosnya ... duh malang nian nasib mu kis belum berangkat udah kena musibah. Oh iya waktu itu gue sempet nyatet speedometer di motor, dan disitu tercatat 17519 jadi jarak dari Bogor (tempat tinggal gue) ke Depok (tempat kosnya Beny) adalah sekitar 38 Km.

08.40
Abangkis baru sampai di kosnya Beny setelah beli pulsa. Cukup lama jug ternyata gue & Beny nungguin nunggu nih bocah. Setelah itu kita bertiga diskusi sebentar rencana jalur yang bakal dilewatin. Rencannya kami dari kosnya si Beny kami bakal lewat Jonggol, via jalur pipa gas, Jl Raya Bogor, vi Jl Radar Auri.

08.49
Persiapan berangkat dari kosnya si Beny. Gue SMS temen gue waktu SMA dulu, niatnya sih iseng-iseng siapa tahu bisa main kalo perlu bahkan nginep di kos-kosan-nya. Ternyata temen gue ini lagi di Bogor, wah hampir kecewa juga, untungnya pas SMS-nya di baca lebih lanjut, temen gue ini ngasih tau kalo temennya Alex yang juga temen gue waktu SMA kelas 3 kosnya barengan dia. Temen gue juga ngasih tau kalo kunci kamarnya di pegang sama si Alex termasuk nomer HP-nya, akhirnya gue SMS si Alex nanyain masalah main & nginep ini. Terus terang keisengan gue nge-SMS temen gue ini akhirnya jadi penyelamat kami, karena dipikir-pikir rencana kami ke Bandung bisa dikatakan kurang matang. Awalnya kami meremehkan soal mencari tempat istirahat, sehingga tidak terpikir bagi kami memesan losmen/motel di Bandung lebih dahulu sebelum berangkat ke Bandung (duh nekat banget ya...) Waktu itu difikiran kami, kalo gak dapet losmen/motel kami bakalan tidur di "Hotel Muslim" alias Mesjid atau Mushola. Beres SMS temen gue, kami siap-siap berangkat, tapi sebelum berangkat foto-foto dulu motor & pengendaranya doong... :) Kebetulan touring kali ini melibatkan 3 jenis motor honda yang berbeda yaitu Supra (beny), Supra X (abangkis), dan Supra XX (gue)


09.03
Beny ambil uang di BCA, biasa persiapan finansial sebelum berangkat. Kalo gue kebetulan sudah mempersiapkan uang, saat itu di dompet gue sudah terselip uang sekitar Rp. 190.000,- dan cadangan beberapa sekitar Rp. 300.000,- tapi gue sih berharap agar pulang ke Bandung tidak menghabiskan lebih besar dari 190.000,- untuk semuanya.

09.12
Beny & Abangkis mengisi bensin hingga full-tank. Karena bensin motor gue masih full, gue gak ikutan ngisi bensin, rencananya nanti aja pas sudah mau abis.

09.40
Mampir di McD untuk sarapan. Kebetulan gue & bangkis belum sarapan. Perjalanan dari kosnya si Beny ke McD memang cukup menghabiskan waktu, karena setelah melewati jalan baru tembusan Jalan Raya Margonda-Jalan Raya Bogor kami menemui kemacetan dimana-mana, mulai dari Cisalak, Radar AURI hingga Cibubur.
Di McD gue pesen Nasi, Dada Ayam, Burger & Soft Drink, Bangkis beli Nasi, 2 Dada Ayam & Soft Drink, sedangkan si Beny berhubung sudah sarapan, dia beli Burger & Jus Jeruk aja.

Sarapan gue & bangkis

Iseng-iseng --demi alasan dokumentasi-- kami memfoto tampangnya si Beny dan Pramuka masa kini yang ternyata tidak lagi masak sendiri melainkan makan MacD bahkan sampai bawa TV mini.... :)



10.25
Selesai sarapan di MacD. Kami bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanan kami melalui jalur Jonggol-Cariu hingga nantinya akan tembus di Kabupaten Cianjur. Setelah keluar dari MacD kami menemui dua persimpangan, kami ambil simpangan ke kiri yang akan mengarah ke Jonggol, sedangkan simpangan kearah kanan adalah untuk kembali ke arah Bogor.
Semenjak keluar dari Cibubur, kemacetan sudah terasa hingga daerah ini. Kemacetan ini banyak disebabkan oleh Bis atau Truk disamping juga kendaraan pribadi dan angkutan kota yang semakin banyak seiring dengan semakin banyaknya perumahan yang dibangun di kawasan timur Cibubur.

Selepas melewati kawasan perumahan perjalanan terasa lebih lancar terlebih setelah melewati taman buah Mekar Sari praktis jalanan lebih sepi sehingga kami bisa memacu motor kami hingga kecepatannya dapat mencapai antara 60-90 Km/Jam. Kebanyakan kendaraan yang berlalu-lalang didaerah ini adalah Bis dan Truk. Sepertinya memang diperlukan nyali yang lebih jika melalui jalur ini karena Bis dan Truk-nya juga berjalan dengan cepat meskipun tidak separah di Jalur Pantura. Beberapa kali gue harus melewati Bis di depan gue, sedangkan dari arah berlawanan tampak Truk yang akan menuju ke arah gue. Untungnya kami selamat, karena serem juga jalan diantara kendaraan besar itu kalo sampai kurang konsentrasi bisa fatal akibatnya.

Selepas kawasan Jonggol, jalan terasa semakin lengang. Kelengangan jalan semakin terasa setelah melewati kecamatan Cariu, disini kami memacu motor hingga kecepatan yang cukup tinggi. Selepas kawasan Cariu, jalanan menanjak, menurun dan berkelok semakin banyak ditemui, karena di kawasan ini adalah kawasan bukit-bukit ataupun gunung-gunung. Rumah penduduk semakin jarang ditemui. Gue sempet ngeri juga kalo ngebayangin ada apa-apa di daerah ini lebih-lebih kalo terjadinya di malam hari. Kawasan ini memang benar-benar jarang sekali dihuni oleh penduduk, gak heran kalau malem-malem pengendara lebih memilih lewat jalur Puncak-Cianjur untuk ke Bandung ketimbang lewat jalan raya Jonggol-Cariu ini.

11.19
Setelah kebut-kebutan di jalan ini, kami menyaksikan pemandangan pegunungan dengan bukit-bukit yang indah dan tak ketinggalan pula terbentang sawah-sawah disamping jalan yang kami lewati. Ada sawah yang kering kerontang ada juga sawah yang masih hijau. Pemandangan dikawasan itu benar-benar menambah semangat gue dalam memacu kendaraan kami dengan cepat & lama, sehingga tak terasa sudah cukup lama dan jauhnya kami berkendaraan semenjak perhentian kami yang terakhir di MacD Cibubur. Akhirnya atas inisiatif Abangkis kami berhenti sebentar untuk mengambil gambar, lokasinya kami kurang pasti, yang jelas jaraknya relatif cukup jauh dari Cariu. Tempat perhentian kami ini berada diantara dua bukit, sayangnya bukit itu tidak terlihat dengan jelas. Kami berhenti di jalan yang kami duga adalah jalan ke perumahan yang belum jadi/dibangun.


11.30
Setelah berfoto, kami melanjutkan perjalanan kami. Tak puas dengan kesempatan mengambil gambar, akhirnya setelah sekitar 5-7 Km berkendara dari tempat pemberhentian terakhir, kami melewati jalan yang relatif agak datar namun banyak ditemui kelokan yang cukup tajam. Iseng-iseng gue ambil beberapa gambar sawah yang mulai terlihat gersang dan bukit yang mengelilinginya.



11.57
Kami berhenti sejenak untuk mengambil pemandangan bukit yang menurut gue cukup menarik. Di daerah ini memang jalanan banyak ditemui kelokan dan tanjakan ataupun turunan yang cukup curam. Namun untunglah kami masih bisa melanjutkan perjalanan ini dengan aman. Saat itu kami merencanakan istirahat, tapi tampaknya tanggung akhirnya kami berhenti sejenak untuk mengambil gambar bukit itu.


12.15
Perjalanan kami yang selama ini lancar agak sedikit terhambah, ternyata didepan kami telah terjadi kecelakaan. Kami berhenti sebentar untuk melihat kecelakaan truk pembawa makanan coklat. Tempat kejadian memang cukup rawan karena berada di dekat dengan tikungan dan tanjakan yang gue perkirakan memiliki sudut sekitar 30 derajat.



Selepas daerah tanjakan ini, kami agak sedikit khawatir, karena cadangan bensin motor yang dikendarai oleh Abangkis mulai menunjukan garis batas merah. lebih-lebih kami agak ragu dalam 10 Km kedepan akan ditemui Pom Bensin, mengingat sepinya daerah tersebut. Dan memang benar dugaan kami, pom bensin belum ditemukan juga. Jalan yang kami lewati menanjak cukup curam dan berkelak-kelok, kami mengkhawatirkan kalau sampai-sampai bensin motornya bangkis akan keburu habis. Untunglah setelah melewati puncak bukit-bukit dan gunung, jalanan menurun mulai lebih banyak kami temui, dari sini kami dapat melihat kanan dan kiri jalan yang kami lewati sawah-sawah dan rumah penduduk yang berada di bawah bukit, benar-benar pemandangan yang menyenangkan, indah sekaligus menyeramkan.

12.30
Berhenti sejenak mengisi bensin. Setelah cukup lama khawatir karena tak segera menemukan pom bensin, akhirnya kami bisa juga berhenti mengisi bensin di daerah yang kami perkirakan bernama Cikalong Kulon. Rencananya kami ingin sekalian makan siang dan Sholat Dzuhur, sayangnya di pom bensin itu tidak tersedia makanan akhirnya kami disana hanya mengisi bensin saja. Rencananya Beny dan gue gak bakalan mengisi bensin, karena bensi di motor kami masih terlihat penuh. Tapi dipikir-pikir tidak ada salahnya juga mengisi bensin, akhirnya Beny mengisikan motornya dengan bensin seharga Rp 2.000,- sedangkan motor gue di isikan bensin seharga Rp 1.500,-.

Selepas daerah ini jalanan relatif datar dan lurus, disinilah kami memacu motor kami dengan kecepatan yang cukup tinggi sekitar 70-100 Km/jam. Tak terasa kami telah sampai di pertigaan dimana belokan ke kanan akan mengarah ke Cianjur sedangkan belokan ke kiri akan mengarah ke Ciranjang. Sebelumnya kami sempat diberitahu bahwa sebaiknya kami mengambil lajur kiri yaitu ke arah Ciranjang karena lebih dekat ketimbang harus berputar terlebih dahulu melewati kota Cianjur. Selepas mengambil belokan ke kiri, kami masih memacu motor dengan kecepatan tinggi.

12.45
Terjadi kejadian yang tidak pernah kami harapkan dan kami duga. Abangkis mengalami musibah, saat tikungan tajam sebelum jembatan dan tanjakan mendadak rem motornya Abangkis terkunci (ini istilahnya abangkis) sehingga motor agak sulit dikendalikan, kebetulan motor yang dibawanya juga cukup kencang sekitar 60 Km/jam. Saat itu Gue berada di posisi paling depan sedang Beny tengah dan bangkis paling belakang. Selepas melewati tikungan tajam dan jembatan yang ada di dekatnya, gue mendengar suara benda jatuh. Gue pikir itu suaranya motornya si Beny ternyata adalah motornya Abangkis yang terpersok jatuh ke got dekat dengan tikungan tajam itu. Kejadian itu cukup membuat kami syok. Besar kemungkinan perjalanan kami ke Bandung ini bakal kami batalkan jika keadaan teman kami Abangkis ataupun motornya tidak memungkinkan.

Meskipun terkena musibah, rupanya Allah SWT masih melindungi rekan kami ini. Abangkis tidak terluka parah, mungkin "hanya" terkena cedra di bagian pundaknya, beruntung dia menggunakan jaket yang tebal sehingga kulitnya tidak sampai tergores. Tidak ada anggota badan Abangkis yang patah atau cedra berat. Meskipun begitu kami sedikit khawatir dengan kondisi motor yang digunakannya. Ternyata meskipun mengalami kesialan, jatuhnya motor Abangkis di tikungan tajam ini "hanya" membuat body dekat lampu depan tergores cukup parah dan pijakan kaki melengkung sehingga menutupi tempat pergantian gigi motor. Intinya masih besar harapan motornya masih dapat untuk digunakan.


Abangkis & Beny sedang memeriksa seberapa parah kerusakan motor.


Goresan cukup parah menghantam bodi depan, diatas lampu depan motor.


Pijakan kaki kiri yang melengkung sehingga menutup gerak pergantian gigi.


Segala perkakas standar motor dikeluarkan guna memperbaiki posisi pijakan motor.


Terpaksa, perbaikan dilakukan dengan menggunakan batu yang di pukul ke arah pijakan kaki


Tikungan tempat kecelakaan. Perhatikan batu disisi jalan, suatu kesengajaan berada disitu?


Lingkaran biru: Lokasi kecelakaan. (1): Truk terguling (2): Kecelakaan motor Abangkis
Peta © Gunther W. Holtorf digunakan tanpa izin (maaf ya :( )

Motor segera dipindahkan dari tikungan agar lebih aman bagi kami untuk mengecek dan memperbaiki pijakan kaki. Mulanya Beny mengeluarkan peralatan standar, ternyata tidak ditemukan alat yang dicari. Akhirnya gue keluarin peralatan standar dari motor gue, ternyata mur dari alat yang kan dipakai tidak ketemu. Beruntunglah dengan tidak ditemukannya mur, karena Beny tidak jadi membuka body motor yang bakalan memakan waktu cukup lama. Akhirnya diputuskan untuk menggetok pijakan kaki dengan batu besar yang banyak berserakan di sekitar kejadian. Beny memegang batu ke dekat pijakan kaki, dan gue seharusnya menggetok batu yang dipegang Beny dengan batu besar lagi supaya posisi pijakan kaki jadi normal. Berhubung Abangkis gue suruh motret gak mau (hehehe tega-teganya gue... orang lagi susah, gue malah malah asyik motret/ngerekam), akhirnya malah dia yang ngegetok batu itu (lihat gambar diatas). Sory guys bukan gue gak mau bantuin... ini demi kepentingan dokumentasi dan rekonstruksi kejadian di masa depan :)

Setelah pijakan kaki motor berhasil dibereskan, Beny mencoba motor Abangkis untuk mengetes apakah motor masih layak untuk digunakan. Selama motor di coba oleh Beny, gue mewawancarai Abangkis, dan sepertinya dia merasa harus kapok dalam 6 bulan kedepan (kenapa harus kapok kis?). Dia khawatir nih kalo suatu saat nanti nyokapnya bakalan gak ngijinin dia bepergian jarak jauh setelah kejadian ini. Tapi bagusnya dia tidak terlalu kecewa, dia menganggap ini sebagai pengalaman dan sebagai pelajaran (gue setuju kis!). Makanya saran gue untuk Abangkis, berhati-hati itu perlu, resiko memang selalu pasti ada, tapi jangan pernah sampai kapok atau trauma dooong kalo berpergian jarak jauh karena inilah hidup... selalu penuh dengan resiko, tantangan dan kemungkinan yang terburuk (duh ngomong apa nih gue sok nasehatin gini...).

Karena kami bertiga berhenti di tikungan kami agak serem juga takut-takut kalo ada kendaraan lain yang sampai tidak sengaja menabrak kami, untungnya hal itu tidak terjadi. Malahan kami sempat 2 kali ditanyai oleh para pengguna mobil apakah jalur ini akan mengarah ke Ciranjang, kami juga sebenarnya tidak bisa memastikan, cuma berdasarkan patokan papan jalan yang kami lihat sebelumnya, kami bilang "iya bener bu/pak jalan ini memang ke arah Ciranjang". Beny sampai nyeletuk bercanda... "Orang lagi susah malah ditanyain jalan... lama-lama kita bikin posko penunjuk jalan juga deh...".

Akhirnya setelah semua perbaikan motor selesai, kami mulai melanjutkan perjalanan kami. Mulanya kami agak ragu juga jangan-jangan jalan yang kami lewati bakal membawa kami tersasar masuk ke pedalaman dusun. Untunglah papan jalan tersedia sehingga akhirnya sampai juga kami di perempatan di daerah Ciranjang. Kami harus mengambil belokan ke kiri jika ingin ke Bandung, jalur kanan jika kita ingin ke arah Cianjur, dan jalur lurus jika ingin pergi ke daerah entah-berantah mungkin ke arah selatan Ciranjang. Kami berhenti sejenak di Ciranjang untuk makan siang dan sholat dzuhur. Berhubung tanggung, kami putuskan untuk meneruskan perjalanan langsung ke Bandung dan disanalah kami nanti akan makan siang sekaligus men-jama sholat dzuhur.

Jalur dari Ciranjang hingga Padalarang bisa dikatakan cukup ramai dan agak sedikit panas dan "agak membosankan". Satu persatu daerah kami lewati mulai dari Cipeundeuy, Jembatan (Ex) Tol Padalarang-Citarum, Rajamandala, Cipatat, Cibogo, dan Padalarang. Selepas jembatan yang melintas sungai Citarum jalannya kendaraan mulai merayap karena masuk ke kota/pasar ditambah lagi jalanan yang menanjak dan menikung dengan tajam. Kata Abangkis dan Beny gue beberapa kali melakukan beberapa manuver menyalip motor yang membahayakan, di pikir-pikir emang iya sih. Beberapa kali gue nyalip truk/bis di tikungan dan tanjakan dimana titik lihat kendaraan dari arah berlawanan tidak terlihat (blind spot, kalo kata si Beny) untunglah gue selamat, serem juga sih kalo dipikir-pikir di hantam kendaraan dari tikungan di depan kita.

14.18
Gue berhenti sejenak di gunung dekat pabrik kapur menunggu Beny & Abangkis yang tertinggal jauh dibelakang.

Akhirnya lewat juga deh tanjakan dan tikungan yang dipenuhi oleh kendaraan yang merayap, terutama bis dan truk. Untunglah kami menggunakan motor, sehingga banyak waktu dihemat dari kemacetan ini. Sering sekali kami melewati atau menyalip kendaraan sehingga tidak terlalu lama kami terjebak kemacetan utamanya di kawasan Padalarang. Menjelang pintu masuk tol Padalarang-Cileunyi, kemacetan tidak dapat dihindari, bahkan motor pun sepertinya harus rela kena macet, dimana biasanya motor dengan lincah dapat melenggang melintasi kemacetan kali ini terpaksa harus tunduk pada kemacetan. Selepas melewati pintu tol, kami meneruskan perjalanan kami menuju dan melalui kota Cimahi, disini kemacetan juga cukup terasa mengganggu. Terlebih saat itu hari terlihat gelap dan mulai menampakan tanda-tanda akan turun hujan.

14.40
Tiba di kota Cimahi, jalanan masih macet namun lebih lengang dibanding sebelumnya. Mendung yang terlihat sebelumnya ternyata tidak berubah menjadi hujan, kami bersyukur perjalanan dapat kami lanjutkan. Kami sempat salah jalan karena tidak melewati jembatan, diaman jembatan tersebut sebenarnya berguna untuk mengatasi kemacetan pasar dan persilangan kereta api. Kami malah mengambil lajur biasa bukan jembatan, tak heran akhirnya kami menemui kemacetan pasar, ditambah lagi saat itu ada kereta api yang lewat, sehingga cukup lama pula kami bermacet-macet.

15.00
Berhasil juga kami memasuki Bandung Kota. Disini kami agak kesulitan menelusuri jalan raya yang mayoritas adalah jalan dengan satu jalur, sehingga jika salah jalan terpaksalah kami harus memutar cukup jauh. Entah sudah berapa kali bertanya kepada orang-orang bagaimana menuju ke kos-kosan temen gue ini. Tujuan kami adalah bagaimana menemukan jalan Dago, selepas melewati Aquaduct (ini istilah seorang yang gue tanya, sebenarnya Aquaduct adalah sebutan buat jembatan air, pada kenyataannya adalah jembatan rel kereta api) gue bingung gimana caranya buat nungguin Abangkis yang masih dibelakang, akhirnya gue ambil belokan ke kiri, dan disinilah kami nyasar, tapi kami jadi tahu kalo di jalan itu terdapat counter roti Kartika Sari. Setelah melewati jalan, kami menemui bangunan putih, sepertinya bekas istana yang dibangun oleh Belanda. Disana kami bertanya ke orang-orang bagaimana caranya menuju jalan Dago. Akhirnya dengan bertanya dari satu orang ke orang yang lain kami berhasil juga melalui Jalan Dago, beberapa supir kami tanyakan bagaimana jalur ke arah Cipaganti tempat temen gue kos. Sebelum sampai jalan yang dicari, kami istirahat sebentar untuk membeli minuman penyegar tubuh dan meminumnya. Setelah melewati stadion olahraga Ganesha, sekitar 1-2 Km kami mendekati jalan Cipaganti.

15.30
Sampai di kawasan Pom Bensin di Jalan Cipaganti, dan akhirnya kami berhasil sampai di jalan Jurang tempat temen gue kos. Gue telpon temen gue Alex untuk nunjukin tempat kosnya, ternyata cuma beberapa meter dari Pom Bensin. Beruntunglah kami bisa istirahat barang sejenak di kosnya temen gue Alex & Sigit (temen SMA gue). Tercatat kilometer di motor menunjukan angka 17681 berarti jarak dari Depok (Kos Beny) ke Bandung (Jl. Jurang) adalah 162 Km via Jonggol atau sekitar 200 Km jika dari Bogor.

16.00
Istirahat sejenak, menjama sholat, dan mandi agar badan kami lebih segar. Seperti sudah diduga airnya begitu dingin, ciri khas air kawasan pegunungan. Kebetulan kos temen gue tidak memiliki lahan parkir, akhirnya terpaksalah kami kembali ke rencana semula yaitu mencari losmen/motel. Kebetulan di depan kos temen gue ini ada Losmen, Beny dan Abangkis tanya ke sana, sial bagi kami ternyata tempatnya sudah penuh full booking, padahal harga kamar disana relatif terjangkau yaitu Rp. 75.000,- semalam. Berarti kami terpaksa nanti malam mencari tempat penginapan lain. Saat itu temen gue Alex meragukan bahwa kami bakal mendapatkan tempat menginap mengingat saat ini sedang weekend ditambah hari senin juga libur berarti memang libur panjang.

17.00
Si Alex ada urusan sampe jam 19.00. Terpaksalah kami istirahat di kos-kosannya si Alex, mengingat kami buta dengan jalan-jalan di Bandung. Beruntung Alex sedang tidak banyak kerjaan, sehingga malamnya dan besoknya dia bersedia mengantarkan kami jalan-jalan di daerah Bandung.

19.00
Alex sudah kembali dari urusannya, kami mencoba mencari motel/losmen di kota Bandung. Sebelum mencari, kami mencoba memastikan apakah losmen di depan kami bisa dititipi motor, tak apalah jika kami harus membayar. Ternyata bagian keamanan/satpam tidak bisa menyanggupi keinginan kami ini. Terpaksalah kami mencari motel/losmen di tmpat lain. Abangkis yang memiliki kenalan disana juga ternyata tak bisa di singgahi selain jaraknya relatif jauh, tempatnya dia pun sedang disinggahi temanya seperti kami-kamu ini. Satu persatu kami datangi, bahkan sempat kami menanyakan ke hotel sekelas melati (mungkin dibawah kelas melati) semalam bertarif Rp 300.000,- itupun karena ada orang yang membatalkan pesanan harganya tidak sesuai dengan buget kami terpaksa kami mencari tempat lain. Singkat kata hampir setiap kami mendatangi losmen selalu penuh, kami bahkan direkomendasikan oleh beberapa pegawai losmen untuk mencari di kawasan Ledeng ke arah Lembang. Kami meneruskan pencarian ke sana, tapi yang kami temui adalah hotel-hotel, terpaksa kami putuskan bahwa malam ini kami menginap di kos-kosannya Alex dan menyimpan motor kami di jalanan depan kos-nya. Waktu itu gue baru berfikir, betapa bodohnya kami ke bandung berpergian tanpa melakukan pemesanan tempat terlebih dahulu, lebih-lebih saat itu sedang libur panjang. Pelajaran bagi kami adalah, jika ingin tidur nyaman sebaiknya pesan tempat/kamar terlebih dahulu sebelum berangkat utamanya saat akhir pekan. Beruntunglah temen gue Alex kos-kosannya bisa di buat menginap, ditambah kebetulan temen gue Sigit lagi pergi ke Bogor, sehingga kamarnya bisa kami gunakan menginap.

20.07
Meneruskan perjalanan ke arah Lembang. Karena setelah melewati kawasan ini kami tidak bisa menemukan losmen/motel, kebanyakan adalah hotel akhirnya kami putuskan untuk jalan-jalan saja menuju kawasan Lembang. Sebelumnya kami mengisi bensin motor terlebih dahulu. Gue isi bensin hingga full-tank habis Rp 4.500,-

21.31
Istirahat dan membeli makanan di kawasan Lembang, jika tidak salah warungnya bernama Ampera tempatnya cukup luas, lokasinya berada tepat beberapa toko dengan tikungan ke kanan Lembang. Makanan yang disajikan bervariasi umumnya adalah khas Sunda. Kami memesan Nasi (pasti lah), Ayam goreng, Sate Ayam & Sate Daging. Kalo tidak salah harga sate Ayam dan Kambing sama yaitu Rp 12.000,-


Cukup lama juga kami mengobrol, mulai dari yang serius, masalah pekerjaan, tanah, dll. Tak terasa satu persatu tamu sudah meninggalkan rumaha makan, kami masih saja asyik ngobrol. Sampai akhirnya waktu sudah menunjukan sekitar pukul 23.00, akhirnya kami siap-siap keluar dari rumah makan itu.

23.15
Gue suruh si Alex yang bawa motor gue, karena dia juga penasaran pengen nyoba bawa motor berkopling. Pada awalnya lancar, tiba-tiba didepan ada razia oleh polisi, Beny & Abangkis kena stop, kebetulan gue dibagian paling belakang nah pas melewati razia itu sepertinya polisi sudah terlalu banyak merzia pengendara motor, sehingga akhirnya lolos lah gue & alex dari jeratan razia polisi. Kalo gue yang bawa mungkin gak masalah soalnya lengkap, nah masalahnya yang bawa si Alex dimana SIM-nya udah mati... kalo kena lumayan bisa kena 20 rebu. Tapi untunglah gak kena.

24.00
Sampai di kosnya Alex. Mata sudah lelah dan berat, akhirnya setelah membereskan segalanya kami bersiap-siap untuk tidur. Motor dengan terpaksa kami letakan di pinggir jalan. Serem juga sih takut-takut di gondol maling. Tapi beruntunglah di deket kos itu banyak orang yang sedang main gaple, paling tidak bisa berharaplah sampai jam 3 motor kami ada yang menjaga... dan akhirnya kami tidur dengan lelap

Bersambung ke Bandung Motor Touring Hari Ke-2

1 Comments:

Anonymous Anonymous said...

klo menurut gw, batu yg diletakkan di tikungan itu disengaja dengan anggapan supaya tidak ada yg melaju kencang pas tikungan tsb. mending ditaruh di pinggir, daripada di tengah jalan.... kan lebih bahaya

Sunday, November 28, 2010 3:06:00 PM