Hari Juang Kartika TNI-AD
Tuesday, December 21, 2004
Mumpung masih inget, tadi gue sempet liat sekilas peringatan Hari Juang Kartika TNI-AD yang diperingati setiap tanggal 21 Desember 2004. Pada tanggal ini tahun 1945 konon terjadi peperangan yang dikenal dengan palagan ambarawa, dimana pihak pejuang berhasil memukul mundur pasukan sekutu. Kalo gue gak salah baca, diantara 3 angkatan di dalam tubuh TNI, hanya TNI-AD yang tidak memiliki hari jadi. Ada yang pernah menyebutkan kalo tanggal 21 Desember 2004 sebelumnya di kenal sebagai hari infantri, tapi akhirnya sekarang peringatan itu di promosikan jadi hari juang kartika, yah mungkin semacam hari jadi TNI-AD.
Ngomong-ngomong soal hari jadi kesatuan di tubuh TNI, kok "agak-agak" aneh kalo menurut gue, soalnya institusi yang lebih dulu hadir, tapi umurnya kalo berdasarkan tanggal peringatannya malah lebih muda. Contoh ya TNI-AD ini, setiap negara kalo punya tentara hampir pasti matra yang pertama terbentuk pastinya matra darat (Army), kemudian Laut (Navy) dan akhirnya matra udara (Air Force). Tapi kalo di Indonesia, peringatannya agak-agak kebalik, HUT TNI-AL itu sekitar bulan November, sedangkan TNI-AD malah bulan Desember ini. Tapi ternyata tidak hanya itu, antara satuan dengan institusi yang menaunginya juga agak-agak beda, contohnya umur Korps Marinir TNI-AL kalo berdasarkan tanggal peringatan lebih tua beberapa hari dari umur TNI-AL yang menjadi institusi pemilik Korps Marinir, seharusnya kan TNI-AL dulu kalo menurut logika :).
Peringatan hari Juang Kartika TNI-AD kali ini kalo boleh gue bilang sih mengambil tema tentang penangan terorisme, sedangkan pada tahun yang lalu peringatannya mengambil tema tentang peresmian pembentukan pasukan Raider. Untuk peringatan kali ini, demo yang diperagakan adalah penangkapan teroris (penculik) oleh satuan penanggulangan teror (satgultor) Kopassus, detasemen 81. Detasemen 81 sebenernya sudah ada sejak jaman dulu, kesuksesan yang pernah di catat adalah pembebasan sandra dari pesawat garuda yang di bajak di bandara Dong Muang Thailand. Operasi ini lebih dikenal sebagai operasi Woyla, karena kebetulan nama pesawat garuda yang di kuasai teroris bernama Woyla.
Operasi Woyla meski dianggap sukses, namum ada pihak yang beranggapan bahwa operasi pembajakan itu adalah rekayasa. Karena kebetulan yang menjadi teroris di indikasikan adalah salah satu Ekstrimis Islam. Ada yang beranggapan itu rekayasa pihak tentara dan pemerintah untuk menekan keberadaan penganut agama islam, terutama yang menuntut pendirian negara islam. Siapa yang benar? wallahu'alam.
Terlepas dari siapa yang benar siapa yang salah, yang jelas semenjak peristiwa itu keberadaan Kopassus semakin diperhitungkan di dalam negeri sebagai satuan elit, utamanya kesatuan anti terornya (Detasemen 81). Pada era Kopassus dipimpin oleh Prabowo Subianto, Kopassus sempat dimekarkan menjadi 5 grup, dan detasemen 81 sempat berubah nama menjadi Grup 5 Anti Teror. "Tim Mawar" yang berasal Grup 5 ini lah yang dituding sebagai biang penculikan aktifis-aktifis era 1998. Pada tahun 2001 grup 5 dibubarkan dan kembali menggunakan nama Detasemen 81. Satuan ini secara resmi diakui sebagai satuan elit, bersama dengan satuan elit lainnya seperti Jala Mangkara (Marinir TNI-AL) dan Den Bravo 90 (Paskhas TNI-AL) dan baru-baru ini Polri juga membentuk kesatuan elit yang dinamakan Detasemen 88 Polri. Mungkin karena masyarakat sudah terbiasa dengan sebutan angka di belakan nama kesatuan seperti Detasemen 81 maka Polri pun menambahkan angka 88 dibelakang nama kesatuannya.
Mengapa Polri menggunakan angka 88, kalo menurut pihak polisi karena angka 8 itu mirip dengan borgol yang biasa di bawa oleh polisi, ditambah lagi katanya angka 8 adalah angka yang bersambung tanpa putus seperti angka lainnya (kecuali 0) jadi itu menandakan perjuangan yang tidak pernah terputus (katanya). Tapi kalo sumber media asing mengatakan bahwa nama 88 adalah 'kecelakaan' karena konon program bantuan penanggulangan teror yang dikucurkan pemerintahan Amerika Serikat ke Kepolisian RI ini memiliki nama singkatan ATA, nah katanya saat di ucapkan oleh pejabat di sana, terdengarnya oleh orang sini sebagai Eighty Eight atau angka 88 itu. Mana yang bener?
Memang ada kesan untuk penanggulangan teror ini agak-agak overlaping antara Detasemen 81 Kopassus dengan Detasemen 88 Polri. Tapi dalam peringatan itu, sang pembawa acara sempat menanyakan pihak mana yang nantinya akan menangani jika terjadi tindak terorisme, tentara yang diwawancara mengatakan kalo penangannya sebaiknya ditangani oleh Detasemen 88 dulu jika diperlukan pihak Detasemen 81 bisa ikut menangani.
Peragaan demo pembebasan teroris ini bercerita tentang pembebasan sandra dari dalam mobil, disamping pada hari juang kartika kali ini juga sekaligus memperkenalkan kendaraan tempur (ranpur) Paksi yang di klaim sebagai produk TNI-AD sendiri. Ranpur ini adalah tipe pengangkut pasukan yang berjumlah 10 orang, jika diluar negeri, kendaaraan ini lebih dikenal sebagai tipe APC (Armoured Personel Carier). Dan dalam kesempatan itu, pihak TNI mengatakan bahwa keberhasilan membuat kendaraan tempur itu adalah sebagai usaha TNI untuk tidak banyak bergantung pada produk asing.
Untuk kemandirian ini, gue setuju banget nih, memang sudah selayaknya suatu negara seperti Indonesia memiliki kemandirian dalam memenuhi kebutuhannya sendiri. Semoga semua peralatan tempur Indonesia nantinya bisa dibuat sendiri oleh putra-putri Indonesia. Asal pemerintah mendukung, pasti suatu saat Indonesia bisa memenuhi segala sesuatu secara mandiri tanpa banyak bergantung dari pihak asing, dan tidak hanya peralatan tempur saja tapi semuanya.
Oh iya kalo diperhatikan pakaian yang digunakan oleh pasukan dari detasemen 81 ini secara sekilas mirip dengan kesatuan anti teror yang terkenal dari Jerman itu yaitu GSG-9 (Grenzschutz Gruppe-9). Kalo mau meniru GSG-9 sebaiknya tiru juga cara satuan ini melengkapi dirinya. GSG-9 melengkapi senjata, dan berbagai peralatan pendukung termasuk kendaraan yang diproduksi oleh negerinya sendiri (Mercedes-Benz). Buat yang suka main CS, mungkin nama GSG-9 seharusnya sudah tidak terlalu asing, karena dia merupkan salah satu karakter tim Counter Teroris (CT) yang ada di permainan CS (Counter Strike).
Akhirnya, gue ucapkan selamat Hari Juang Kartika yang ke-59 semoga profesionalisme-nya semakin ditingkatkan dan tak lupa kesadaran akan HAM di tubuh TNI utamanya TNI-AD akan semakin ditingkatan dari tahun-tahun sebelumnya.
Sumber foto: Kompas - http://www.kompas.co.id/utama/news/0412/21/143108.htm
Hak cipta foto, Kompas Cyber Media. Digunakan tanpa permisi -- mohon maaf sebelumnya buat KCM.
Ngomong-ngomong soal hari jadi kesatuan di tubuh TNI, kok "agak-agak" aneh kalo menurut gue, soalnya institusi yang lebih dulu hadir, tapi umurnya kalo berdasarkan tanggal peringatannya malah lebih muda. Contoh ya TNI-AD ini, setiap negara kalo punya tentara hampir pasti matra yang pertama terbentuk pastinya matra darat (Army), kemudian Laut (Navy) dan akhirnya matra udara (Air Force). Tapi kalo di Indonesia, peringatannya agak-agak kebalik, HUT TNI-AL itu sekitar bulan November, sedangkan TNI-AD malah bulan Desember ini. Tapi ternyata tidak hanya itu, antara satuan dengan institusi yang menaunginya juga agak-agak beda, contohnya umur Korps Marinir TNI-AL kalo berdasarkan tanggal peringatan lebih tua beberapa hari dari umur TNI-AL yang menjadi institusi pemilik Korps Marinir, seharusnya kan TNI-AL dulu kalo menurut logika :).
Peringatan hari Juang Kartika TNI-AD kali ini kalo boleh gue bilang sih mengambil tema tentang penangan terorisme, sedangkan pada tahun yang lalu peringatannya mengambil tema tentang peresmian pembentukan pasukan Raider. Untuk peringatan kali ini, demo yang diperagakan adalah penangkapan teroris (penculik) oleh satuan penanggulangan teror (satgultor) Kopassus, detasemen 81. Detasemen 81 sebenernya sudah ada sejak jaman dulu, kesuksesan yang pernah di catat adalah pembebasan sandra dari pesawat garuda yang di bajak di bandara Dong Muang Thailand. Operasi ini lebih dikenal sebagai operasi Woyla, karena kebetulan nama pesawat garuda yang di kuasai teroris bernama Woyla.
Operasi Woyla meski dianggap sukses, namum ada pihak yang beranggapan bahwa operasi pembajakan itu adalah rekayasa. Karena kebetulan yang menjadi teroris di indikasikan adalah salah satu Ekstrimis Islam. Ada yang beranggapan itu rekayasa pihak tentara dan pemerintah untuk menekan keberadaan penganut agama islam, terutama yang menuntut pendirian negara islam. Siapa yang benar? wallahu'alam.
Terlepas dari siapa yang benar siapa yang salah, yang jelas semenjak peristiwa itu keberadaan Kopassus semakin diperhitungkan di dalam negeri sebagai satuan elit, utamanya kesatuan anti terornya (Detasemen 81). Pada era Kopassus dipimpin oleh Prabowo Subianto, Kopassus sempat dimekarkan menjadi 5 grup, dan detasemen 81 sempat berubah nama menjadi Grup 5 Anti Teror. "Tim Mawar" yang berasal Grup 5 ini lah yang dituding sebagai biang penculikan aktifis-aktifis era 1998. Pada tahun 2001 grup 5 dibubarkan dan kembali menggunakan nama Detasemen 81. Satuan ini secara resmi diakui sebagai satuan elit, bersama dengan satuan elit lainnya seperti Jala Mangkara (Marinir TNI-AL) dan Den Bravo 90 (Paskhas TNI-AL) dan baru-baru ini Polri juga membentuk kesatuan elit yang dinamakan Detasemen 88 Polri. Mungkin karena masyarakat sudah terbiasa dengan sebutan angka di belakan nama kesatuan seperti Detasemen 81 maka Polri pun menambahkan angka 88 dibelakang nama kesatuannya.
Mengapa Polri menggunakan angka 88, kalo menurut pihak polisi karena angka 8 itu mirip dengan borgol yang biasa di bawa oleh polisi, ditambah lagi katanya angka 8 adalah angka yang bersambung tanpa putus seperti angka lainnya (kecuali 0) jadi itu menandakan perjuangan yang tidak pernah terputus (katanya). Tapi kalo sumber media asing mengatakan bahwa nama 88 adalah 'kecelakaan' karena konon program bantuan penanggulangan teror yang dikucurkan pemerintahan Amerika Serikat ke Kepolisian RI ini memiliki nama singkatan ATA, nah katanya saat di ucapkan oleh pejabat di sana, terdengarnya oleh orang sini sebagai Eighty Eight atau angka 88 itu. Mana yang bener?
Memang ada kesan untuk penanggulangan teror ini agak-agak overlaping antara Detasemen 81 Kopassus dengan Detasemen 88 Polri. Tapi dalam peringatan itu, sang pembawa acara sempat menanyakan pihak mana yang nantinya akan menangani jika terjadi tindak terorisme, tentara yang diwawancara mengatakan kalo penangannya sebaiknya ditangani oleh Detasemen 88 dulu jika diperlukan pihak Detasemen 81 bisa ikut menangani.
Peragaan demo pembebasan teroris ini bercerita tentang pembebasan sandra dari dalam mobil, disamping pada hari juang kartika kali ini juga sekaligus memperkenalkan kendaraan tempur (ranpur) Paksi yang di klaim sebagai produk TNI-AD sendiri. Ranpur ini adalah tipe pengangkut pasukan yang berjumlah 10 orang, jika diluar negeri, kendaaraan ini lebih dikenal sebagai tipe APC (Armoured Personel Carier). Dan dalam kesempatan itu, pihak TNI mengatakan bahwa keberhasilan membuat kendaraan tempur itu adalah sebagai usaha TNI untuk tidak banyak bergantung pada produk asing.
Untuk kemandirian ini, gue setuju banget nih, memang sudah selayaknya suatu negara seperti Indonesia memiliki kemandirian dalam memenuhi kebutuhannya sendiri. Semoga semua peralatan tempur Indonesia nantinya bisa dibuat sendiri oleh putra-putri Indonesia. Asal pemerintah mendukung, pasti suatu saat Indonesia bisa memenuhi segala sesuatu secara mandiri tanpa banyak bergantung dari pihak asing, dan tidak hanya peralatan tempur saja tapi semuanya.
Oh iya kalo diperhatikan pakaian yang digunakan oleh pasukan dari detasemen 81 ini secara sekilas mirip dengan kesatuan anti teror yang terkenal dari Jerman itu yaitu GSG-9 (Grenzschutz Gruppe-9). Kalo mau meniru GSG-9 sebaiknya tiru juga cara satuan ini melengkapi dirinya. GSG-9 melengkapi senjata, dan berbagai peralatan pendukung termasuk kendaraan yang diproduksi oleh negerinya sendiri (Mercedes-Benz). Buat yang suka main CS, mungkin nama GSG-9 seharusnya sudah tidak terlalu asing, karena dia merupkan salah satu karakter tim Counter Teroris (CT) yang ada di permainan CS (Counter Strike).
Akhirnya, gue ucapkan selamat Hari Juang Kartika yang ke-59 semoga profesionalisme-nya semakin ditingkatkan dan tak lupa kesadaran akan HAM di tubuh TNI utamanya TNI-AD akan semakin ditingkatan dari tahun-tahun sebelumnya.
Sumber foto: Kompas - http://www.kompas.co.id/utama/news/0412/21/143108.htm
Hak cipta foto, Kompas Cyber Media. Digunakan tanpa permisi -- mohon maaf sebelumnya buat KCM.
15 desember 1945 sudirman memukul mundur sekutu dari semarang dengan taktik infantri. jadi hari infantri 15 des bro