Takut Jadi Tukang Bakso

 Monday, November 08, 2004

Tulisan ini didapat dari email temen... semoga bermanfaat sebagai bahan renungan kita semua, utamanya dalam menyikapi kehidupan yang fana ini :p

Sebuah pengajian yang amat khusyuk di sebuah masjid kaum terpelajar, malam itu, mendadak terganggu oleh suara dari seorang tukang bakso yang membunyikan piring dengan sendoknya. Pak Ustad sedang menerangkan makna khauf, tapi bunyi ting-ting-ting-ting yang berulang-ulang itu sungguh mengganggu konsentrasi anak-anak muda calon ulil albab yang pikirannya sedang bekerja keras.

"Apakah ia berpikir bahwa kita berkumpul di masjid ini untuk berpesta bakso!" gerutu seseorang.
"Bukan sekali dua kali ini dia mengacau!" tambah lain-nya,
dan disambung yang lain "Ya, ya, betul!"
"Jangan marah, ikhwan," seseorang berusaha meredakan kegelisahan, "ia sekadar mencari makan..."
"Jangan-jangan sengaja ia berbuat begitu! Jangan-jangan ia minan-nashara!" sebuah suara keras keluar.

Tapi sebelum takmir masjid bertindak sesuatu, terdengar suara Pak Ustad juga mengeras:
"Khauf, rasa takut, ada beribu-ribu maknanya. Manusia belum akan mencapai khauf ilallah selama ia masih takut kepada hal-hal kecil dalam hidupnya. Allah itu Mahabesar, maka barangsiapa takut hanya kepada-Nya, yang lain-lain menjadi kecil adanya."

"Tak usah menghitung dulu ketakutan terhadap kekuasaan sebuah rezim atau peluru militerisme politik. Cobalah berhitung dulu dengan tukang bakso.

Beranikah Anda semua, kaum terpelajar yang tinggi derajatnya di mata masyarakat, beranikah Anda menjadi tukang bakso?

Anda tidak takut menjadi sarjana, memperoleh pekerjaan dengan gaji besar, memasuki rumah tangga dengan rumah dan mobil yang bergengsi: tapi tidak takutkah Anda untuk menjadi tukang bakso? Yakni kalau pada suatu saat kelak pada Anda tak ada jalan lain dalam hidup ini kecuali menjadi tukang bakso?

Cobalah wawancarai hati Anda sekarang ini, takutkah atau tidak?
Ingatlah bahwa tak seorang tukang bakso pun pernah takut menjadi tukang bakso. Apakah Anda merasa lebih pemberani dibanding tukang bakso?

Karena pasti para tukang bakso memiliki keberanian juga untuk menjadi sarjana dan orang besar seperti Anda semua."

Suasana menjadi senyap. Suara ting-ting-ting-ting dari jalan di sisi halaman masjid menusuk-nusuk hati para peserta pengajian.

Kita memerlukan baca istighfar lebih dari seribu kali dalam sehari,"
Pak Ustadz melanjutkan, "karena kita masih tergolong orang-orang yang ditawan oleh rasa takut terhadap apa yang kita anggap derajad rendah, takut tak memperoleh pekerjaan di sebuah kantor, takut miskin, takut tak punya jabatan, takut tak bisa menghibur istri dan mertua, dan kelak takut dipecat, takut tak naik pangkat...

masyaallah, sungguh kita masih termasuk golongan orang-orang yang belum sanggup menomorsatukan Allah !"

sumber : Emha Ainun Najib
Wassalam.

Komentar Gue,
Cerita yang membuat gue merenung... menyadarkan kembali betapa dunia ini sering membuat kita lupa kepada siapa seharusnya kita takut... takut kepada hal-hal duniawi seperti takut sakit, takut miskin, takut jadi orang "hina" dan lain sebagainya....
Apakah kita masih tetap berani menjalankan hidup jika ternyata kita harus ditakdirkan menjadi orang yang "kecil", "hina", "rendah", "dhuafa", atau "fakir"?
Masihkah kita berani untuk hidup?.......
Semoga masih...., sebagaimana orang-orang yang telah menjalankannya tetap berani untuk menjalankan hidupnya.

6 Comments:

Anonymous Anonymous said...

linda: Subhannallah ceritanya sangat menyentuh :( boleh di forward gak? :)

Monday, November 08, 2004 5:08:00 PM  

Blogger alvifauzan said...

kayaknya sih boleh deh :) soalnya kan gue juga dapet dari orang lain juga sih :p ya kalo bermanfaat kan gak ada salahnya juga disebarkan ke orang lain... *semoga*

Monday, November 08, 2004 8:51:00 PM  

Blogger Luluk said...

Vi, elu orang Jawa bukan?
Emha tiap acara Kenduri Cinta (tiap bulan) selalu ngasih renungan yg kayak gini, tp sedikit dicampur Bahasa Jawa. Dikit doang kok. Beliau emang kepiawaiannya tuh selalu 'membumi' dalam memberikan hikmah semacam ini, tanpa ada kesan menggurui.
KC paling anyar Jum'at minggu lalu.. :( lewat..

Tuesday, November 09, 2004 1:16:00 AM  

Blogger alvifauzan said...

Wah kalo bener Emha setiap ngasih renungan kayak gini gue jadi tertarik juga nih coba ngikutin acara-acaranya, terutama kalo ada di TV, sayangnya TV-TV sekarang kok gak nampilin yang gini-gini. Pas Sahur hampir semua TV isinya lawakan yang gak banyak hubungan dengan Ramadhan :(. Kalo gak salah Emha itu sempat dapet julukan kyai mbeling kan?

Btw kalo gue liat jam loe ngasih komen diatas, kayaknya pagi2 jam 1 malem, gile jam segitu masih aja manteng di depan komputer... :)
Gak takut telat sahur? jam segitu belum tidur... atau jangan2 loe ngakses dari belahan bumi yang lain (luar negeri?)... :p

Tuesday, November 09, 2004 1:51:00 AM  

Blogger Luluk said...

Haha..!:D Ngaco si Alvi. Luar negeri mana? Rumah gue cuma 15 mnt dari kampus. Semalem ngalong krn lg ada kerjaan aja. Sama ama elu juga kan? ;) Kapan-kapan YM-an kali ya?

Emha, betul, julukannya Kiai Mbeling. Nanti kalo Kenduri Cinta bulan depan, elu ikutan deh. Tapi selesainya kira-kira jam stgh 2 malem. Biasa ngalong kan..? ;)

Tuesday, November 09, 2004 3:28:00 PM  

Anonymous Anonymous said...

geekgirl:
thanks buat artikel ini vi.
reminds me strongly.
cocok buat keadaan gw skrg.
thanks..

Tuesday, November 09, 2004 5:56:00 PM