Gak Sopan!

 Tuesday, March 29, 2005

Sialan gue dapet SMS yang isinya:
Pakl nlp kepak Marso atau mau ngebales sms kami buat bukti, untuk ngerubah nilai kami menjadi C, bapak udah ngerubah nilai kami menjadi C di Email maca***_hi***** (E***.S/065101087 A******h.S/065095)
Ini anak dua masih nekat aja ngotot pengen nilainya berubah, padahal udah jelas-jelas gue gak mau ngerubahin nilainya, malah udah gue kasih penjelasan segala.

Heran apa email gue gak nyampe atau mereka gak ngerti tulisan gue! masak udah di tolak masih aja ngotot... malah berani nyuruh untuk ngerubahin... huh gak sopan!. Akhirnya bener gue telpon juga pak Marso (orang Sekre), bukan untuk ngerubah nilai itu tapi malah menegaskan supaya beliau jangan ubah-ubah nilai yang gue kasih. Untunglah pak Marso bilang ke gue kalo dia gak berani ngerubah-rubah tanpa persetujuan yang mengeluarkan nilai... bagus berarti nilai itu tetep seperti yang gue kasih. Gue kalo di paksa-paksa gini bukannya malah ngasih tapi gue bakal lebih ngotot untuk gak ngerubah... >:(

Gue ngerasa, kalo mereka-mereka ngotot minta ngerubah nilai dan gue mengabulkan berarti secara tidak langsung gue mengakui kebijakan gue selama ini adalah salah. Kalo keputusan sudah dilakukan dengan pertimbangan yang sangat matang dan melihat dari berbagai sudut kelayakan, kayaknya gue gak perlu terlalu menanggapi keinginan orang-orang itu. Kalo mau terus-menerus mengikuti keinginan tanpa alasan yang jelas malah bisa jadi blunder. Dalam jangka panjang, image orang yang gampang merubah keputusan akan jelek, orang akan meremehkan setiap keputusannya, karena orang lain tau orang model gini gampang di pengaruhin - ombang-ambing (IMHO). Jadi kalo gue yakin gue benar buat apa gue harus meluluskan permintaan mereka... alsan apa yang harus ada...? alasan kasian? ya sudahlah buat kalian berdua lebih baik belajar yang rajin, jangan bolos kuliah, jangan dateng pas UTS & UAS aja ketimbang merengek-rengek minta nilainya jadi C.

Soal ngotot-ngotan ini, gue kok jadi coba memahami cara berpikir pemerintah menyangkut 'kengototan' mereka menaikin harga BBM (kok jadi nyambung ya?). Meskipun aksi demonstrasi tak henti-hentinya selalu terjadi di bulan Maret ini, pemerintah tetap pada keputusannya menaikan harga BBM. Dalam hal mempertahankan pendapatnya, gue coba setuju deh bagaimana ngototnya pemerintah... disamping alasan yang sudah di terangkan pemerintah (BBM tidak tepat sasaran, kompensasi untuk rakyat miskin, dll), kalo menurut gue alasan tetap mempertahankan adalah sekaligus untuk menjaga wibawa pemerintah. Kalo 'hanya' karena demo anti kenaikan BBM yang tidak henti-henti-nya pemerintah mau kembali membatalkan, maka pemerintah secara tidak langsung menunjukan kalo keputusan menaikan BBM selama ini adalah keputusan yang salah, alias pemerintah tidak becus. Secara tidak langsung ini bisa menimbulkan bibit-bibit anarkisme... (sok tau banget deh gue... :p)

Terlepas siapa yang benar soal naik/tidaknya harga BBM, gue sih punya harapan kalo kengototan pemerintah untuk tidak menurunkan harga memang ada dasar yang kuat. Mereka harus benar-benar menepati janji memberikan pendidikan dasar gratis, fasilitas kesehatan untuk semua rakyat. Makanya kalo sampe ada cerita pemerintah daerah yang berencana mau naikin tarif RSUD/puskesmas atau biaya SPP gue akan sangat kecewa! Kalo pemerintah pusat yakin dengan keputusannya dan mampu mempertanggung jawabkannya (ini yang paling penting!) kayaknya sih gue & mungkin rakyat umum bisa memakluminya... yang penting ada manfaat!. Mungkin sekarang rasanya pahit, tapi kalo memang akhirnya bisa menyembuhkan masalah ya sebaiknya kita berikan kesempatan...

Preferences Box

 Monday, March 28, 2005

Iseng-iseng pengen nyobain supaya blog ini bisa ganti warna-warna "on the fly". Akhirnya gue coba tambahin box "Preferences" diatas box "About Me". Kalo di klik box "Preferences" maka akan tampil daftar warna, font & layout "main post" & "side bar".

Awalnya cuma pengen ganti warna, akhirnya gue coba manipulasi via javascript. Tapi kalo ganti style berdasarkan ID atau HTML Tag Name, kayaknya agak ribet... penasaran bisa gak sih kalo ngerubah berdasarkan "CSS selector"... voila ternyata bisa... cuma kalo di jelasin bakal terlalu technical banget & ribet. Sialan... W3C udah rilis CSS1 & CSS2 tapi tetep aja ribet untuk soal kompatibilitas. Pengalaman gue kalo pake IE biasanya CSS-nya kadang suka kacau. Contoh, kalo buka blog ini pake IE, Shoutboxnya agak lebar sedikit, itu karena "kebodohan" IE :(. IE menghitung width berdasarkan asumsi margin atau padding = 0 jadi kalo kita set margin, terutama padding maka kacaulah perhitungan width si IE. IE juga kadang suka gak ngerender sesuai perintah CSS, misalnya "display:block;" eh si IE malah tetep nampilin secara "inline" Damn!.

Biar tampilan warnanya lebih "asik" gue tadinya pengen bikin perubahan warna berdasarkan input user yaitu derajat Hue, Saturation & Intensity (HSI). Saking niatnya, gue coba bela-belain baca kembali buku "Digital Image Processing"-nya si Gonzales-Woods buku resmi kuliah Pengolahan Citra. Setelah di baca, kayaknya gue gak nemu rumus yang gue mau. Memang ada rumus HSI & RGB (Red Green Blue) tapi untuk convert nilai HSI ke RGB atau sebaliknya "aja", gak ada rumus ngerubah suatu warna RGB yang dimanipulasi dengan derajat HSI yang menghasilkan kembali nilai RGB. Awalnya mau pake tabel aja... tapi males terlalu banyak. Kalo mau ideal setidaknya butuh array sebanyak 360x3 (karena keliling satu lingkaran = 360 derajat & RGB butuh 3 tempat)... kelamaan & gak praktis!. Coba pengen cari rumus sendiri.. ternyata agak belibet karena grafiknya gabungan dari grafik sinus/cosinus & nilai 0 dan 1 (atau 255)... yah gue terlalu males deh buat ngulik rumus!. Ya udah yang paling gampang ya definisiin entri warna sendiri & pake random value.

Intinya... kalo mau ganti warna blog ini..., buka box "Preferences" yang ada di ata box "About Me" terus pilih salah satu warna... Kalo main ke blog ini pake IE 6+ atau Mozilla Firefox 1.0+ seharusnya bisa lihat warna blog ini berubah kalo kita klik salah satu warna :). Oh iya kalo pengen nyoba warna random yang dipilihin komputer, pilih di bagian ujung paling kanan bawah yang warnanya abu-abu deket putih. Harusnya kalo pake browser IE 6+ atau Mozilla Firefox 1.0 & "Javascript Enabled" bisa...

Kalo bagian font... bisa dimanfaatkan untuk ngerubah font size ataupun font family. Pilihan Font Family sengaja di batasi hanya "Georgia" (default), "Trebuchet MS", Verdana dan Arial. Pilihan font size dibuat dari ukuran kecil, normal, besar & lebih besar. Kalo bagian Layout kita bisa merubah posisi posting blog di sebelah kiri dan navigation bar/sidebar (about me, previous post dll) di sebelah kanan menjadi sebaliknya. Pilih salah satu dari dua pilihan yang ditampilkan itu yaitu "Posts_Nav" untuk menentukan tulisan blog berada di sebalah kiri & sidebar di sebelah kanan. Sedang menu "Nav_Posts" untuk ngerubah yang sebaliknya.

Kalo suka dengan pilihannya... gak ada salahnya juga lho seting kita disave, jadi kalo mampir ke blog ini pake setingan yang disimpen itu. Caranya ya apalagi kalo bukan dengan menekan tombol "Save Options" :) Tapi ada syaratnya browser anda harus "Cookie Enable". Harusnya sih setelah menekan "Save Options", kalo kapan-kapan ke sini lagi setingan yang udah disimpen bisa di tampilin... Kalo gak bisa... mungkin karena Cokkies-nya udah di hapus.

*Hehehe ngarti gak sih gue nulis apa?* sorry bahasanya emang terlalu "technical"

25

 Wednesday, March 23, 2005

Hari ini kau genap 25 tahun. Rentang waktu yang tidak sedikit untuk ukuran manusia, tapi tidak terlalu berarti dalam ukuran umur alam semesta. Banyak hal yang kau cita-citakan, juga kau impikan. Ada yang tercapai tidak sedikit yang belum terlaksana ataupun gagal.

Tidak pernah manusia puas dengan kondisinya sampai jiwa terpisah dari raganya. Kau adalah manusia, dan kau selalu berkeluh kesah tentang hidupmu, kau sering merasa bosan... kau sering merasa tak berarti... kau sering merasa kecewa dengan kehidupanmu, dan aku pun tau kau pernah menyesal dilahirkan sebagai anak manusia. Kau tak pernah puas dengan kehidupanmu...

Seburuk apapun hidup ini dalam pandanganmu... jangan kau kecewa atas semua takdir yang telah dan akan kau terima. Jadilah orang yang tetap berbahagia sesuai dengan doa kedua orang tua mu yang diabadikan kedalam namamu. Berusahalah menjadi manusia yang mulia seperti harapan kakekmu yang menambahkan "Muhammad" di depan namamu, dan aku tahu hingga hari ini harapan kakekmu belum juga tercapai. Tapi aku akan tetap mendoakan mu semoga suatu saat kau bisa mengikuti keteladanan manusia mulia itu.

Aku berharap suatu saat kau dapat menjadi manusia yang merdeka. Merdeka dari rasa takut menjadi miskin, merdeka dari rasa takut menjadi hina, merdeka dari rasa takut akan kematian. Aku tidak tahu... bisakah kau menjadi manusia yang merdeka? Ambilah dunia semampu kamu menggenggamnya... tapi jangan sampai kau menjadi berlebihan mencintai dunia, berlebihan mencintai dunia dapat membuatmu lupa siapa dirimu sebenarnya... seperti telah kau saksikan sendiri kisah-kisah manusia yang telah diabadikan oleh sejarah. Aku tahu... saat ini kau belum sanggup menjadi seperti yang ku harap, tapi setidaknya aku pernah berharap...

Semakin banyak kau memiliki sesuatu, semakin besar kecintaanmu pada mereka, maka secara otomatis hidupmu akan semakin tidak merdeka. Percayalah... kau akan tetap dapat menemui senyuman kebahagiaan yang tulus meski kau hidup dalam suramnya dunia, dan percayalah... kesedihan pun dapat datang meski meski kau hidup di balik gemerlap istana yang mewah.

Kadang kau takut menjalani hidup, tapi kau juga kagum dengan keteguhan nenek mu yang selalu bersemangat & berani menjalani kehidupannya meski usia tua telah banyak menggerogoti kekuatannya sebagai manusia. Semoga suatu saat kau dapat menemukan alasan mengapa cita-cita untuk hidup harus terus diperjuangan...

Hiduplah untuk hidup... semoga dengan bertambahnya umur, kau semakin bijak memilih jalan hidup, karena dunia ini penuh dengan lika-liku, jangan sampai kau terpedaya dan dipermainkan olehnya...

Lagu & Cerita Anak Indonesia

 Tuesday, March 22, 2005

Ada yang tau kalo sekarang channel TV orang-orang yang berdomisili di Jabotabek sudah bertambah lagi? Ada CTV (Cahaya TV, Banten), JOC (Jakarta Own Channel), Jak-TV (Group Artha Graha) dan satu lagi Space Toon. Nah untuk yang terakhir gue sebut, rencananya Space Toon ini akan jadi televisi yang mengkhususkan untuk segmen anak-anak, apakah cita-citanya akan berhasil gue gak tau, soalnya TV pendahulunya sudah pada gagal, TPI yang ngakunya Televisi Pendidikan isinya sudah dangdut sama sinetron, utamanya yang berbau alam gaib, Metro TV yang mau jadi CNN Indonesia murni berita tok', sekarang isinya udah ada film, acara musik, kuis dll.

Karena masih siaran percobaan, Space Toon ini isinya lagu-lagu anak mulu (sekarang udah ada film kartun sih), pokoknya waktu gue masih balita juga udah denger lagu itu. Gue pikir lagu-lagu anak-anak sekarang sebagian besar agak gak berkualitas dan lagu dulu bagus-bagus, ternyata lagu-lagu jaman dulu juga ada yang ngajarin gak bener. Gara-gara di tayangin di Space Toon, gue jadi berkesempatan mendengarkan lagu yang sempat jadi favorit gue waktu kecil, yaitu "Naik Kereta Api", sekedar informasi sejak kecil gue emang suka kereta api :p *duh gak penting banget informasinya*. Liriknya kalo gak salah:
Naik kereta api, tut-tut-tut
Siapa hendak turut?
Ke Bandung-Surabaya...
Bolehlah naik dengan percuma
Ayo kawanku lekas naik...
Keretaku tak berhenti lama
dst... (kalo masih ada...)

Sekilas sih emang gak ada yang salah dengan liriknya, tapi liat dibagian lirik "Bolehlah naik dengan percuma" arti bebasnya "boleh doong naik dengan gratis" karena "percuma" bisa diartikan sebagai gratis seperti kalimat iklan "Dapatkan buku cantik secara cuma-cuma untuk pembelian dua bungkus shampo merek X", disitu cuma-cuma bisa diartikan gratis.

Nah sejak kecil anak Indonesia secara tidak sadar di ajari untuk naik kereta api dengan gratis, pantes pas udah gede-nya masih banyak yang gak mau beli karcis naik kereta, pantes juga kalo PT KAI (dulu PJKA) rugi mulu, banyak yang gak mau beli karcis sih!. Terus terang gue juga gak tau apakah memang ada relevansinya lagu "Naik Kereta Api" dengan perilaku sebagian masyarakat yang gak mau beli karcis. Tapi beruntung lah... PT KAI masih memiliki pelanggan setia yang taat dengan peraturan seperti gue ini... hehehe :p dimana setiap awal bulan dia selalu setia membeli abodemen seharga 60 ribu meski sang pelanggan setia itu tidak pernah merasakan peningkatan pelayanan :( Dari dia mulai masuk kuliah harga abodemen Rp 7.500,- sampe sekarang harganya 60 ribu, dia tidak banyak merasakan peningkatan rasa nyaman kalo naik KA...

-
Apakah literatur anak-anak berpengaruh dengan kejiwaannya saat mereka dewasa, gue nebaknya ada... (nebak soalnya emang gak tau!) Buat sebagian anak Indonesia, cerita si Kancil sudah bukan barang aneh, sampe ada lagunya segala yaitu "Si Kancil Anak Nakal". Kalo gue sekarang mendengar cerita si kancil kok otak gue seperti pengen bilang nih cerita "Indonesia banget!". Si kancil adalah binatang yang cerdik (atau licik?) sudah banyak makhluk yang berhasil di kibulin (bohongi) mulai dari anjing pak tani, sampe pak tani sendiri. Aneka ragam versi cerita kancil tapi gak jauh-jauh dari menceritakan bagaimana cerdik & liciknya si kancil.

Setiap anak Indonesia sepertinya tidak ada yang tidak tahu cerita si kancil. Ketika gue udah mulai bisa mikir, gue berkesimpulan cerita kancil di satu sisi "tidak mendidik" disisi lain mengajarkan "realita". Salah satu cerita si kancil adalah kisah Singa si Raja Hutan yang terkenal punya badan yang bau semua makhluk di hutan gak tahan sama bau-nya, akhirnya cerita itu sampe juga ke Singa, dia panggil satu binatang (misalnya macan) untuk membuktikan kebenaran berita itu, dia tanya "Bener gak badan saya ini bau?". Yang ditanya menjawab "Maaf tapi benar badan tuan memang bau" marahlah si Singa sama yang ditanya itu dan dihukumlah binatang itu.

Kemudian dia tanya lagi makhluk yang lain (misalnya banteng), terus dia tanya "Bener gak badan saya ini bau?" karena sudah liat nasib orang yang ditanya sebelumnya dia bilang aja "Badan tuan tidak bau kok!", merasa bahwa yang ditanya ini bohong akhirnya si Raja hutan itu tetap menghukum binatang yang ditanyanya.

Akhirnya si raja hutan bertanya kepada si Kancil yang terkenal cerdik itu, dia masih bertanya "Apakah badan saya bau?" dengan cerdik sang kancil bersin di hadapan sang raja hutan sambil bilang "Maaf tuan, saya tidak bisa menjawab pertanyaan tuan karena hidung saya sedang pilek". Si raja hutan senang dengan jawaban si Kancil yang jujur dan tidak menyinggung harga dirinya.

Kembali ke kehidupan nyata, orang-orang seperti kancil ini ternyata dapat di temui di Indonesia. Para bawahan sering takut dengan atasan, sehingga agar atasan tidak marah para bawahannya selalu berkata "iya" sehingga pernah populer istilah "Yes Man" atau "ABS - Asal Bapak Senang" itulah sifat sebagian (tidak semua) orang-orang yang bekerja di Indonesia, takut mengkritik perilaku buruk atasan. Mungkin di indonesia memang lebih aman jadi kancil pilek...

Gue gak habis pikir bangsa yang memiliki kekayaan berlimpah ini sebagian besar masih tetap miskin, dan gue beranggapan sedikit banyak karena salah kita sendiri. Bangsa ini seperti tokoh kancil yang lebih baik mencari selamat ketimbang menegakkan apa yang seharusnya. Akibatnya pemimpin bisa berbuat sewenang-wenang mengeruk kekayaan pribadi hanya untuk dirinya, keluarga atau teman-temannya. Dan gue sempat berfikir cerita kancil ini punya andil dalam pembentukan karakter bangsa ini yang cendrung menjadi orang yang cerdik (baca: Licik) ketimbang jadi orang yang lurus (benar).

Jika di Indonesia kita memiliki karakter Kancil di luar negeri (Itali?) ada karakter Rubah, bahkan Machiavelli dalam bukunya Il Principle (Bahasa Inggris = The Prince) mengatakan suatu pemimpin harus bisa bertindak laksana singa yang kuat sekaligus laksana rubah yang cerdik, licik & gesit. Machiavelli menambahkan bahwa biasanya sulit memiliki dua sifat itu, dan jika hanya boleh punya satu sifat saja, dia akan memilih sifat sebagai rubah yang cerdik, licik & gesit.

Kalo lihat kenyataan hidup, gue kadang suka pesimis kalo suatu saat gue bisa jadi orang "baik-baik". Sebagian orang sepertinya sudah biasa menggunakan akalnya untuk memperdaya orang yang lebih bodoh bukan malah membantu memandaikan orang yang bodoh. Sifat ini sepertinya mirip dengan sifat si Kancil. Tak heran gue pernah ngobrol dengan orang yang tingkat pendidikannya biasa saja kerap memandang "sinis" orang-orang yang pandai & berpendidikan tinggi. Di mata mereka orang yang pandai seringkali memanfaatkan kepandaiannya kepada orang lain untuk menunjukan bahwa mereka orang pandai, memperbodoh & menipu orang lain yang bodoh. Padahal seharusnya tidak begitu...

Mungkin kelak gue lebih suka kalo anak-anak Indonesia mendapatkan cerita para ksatria-ksatria yang memegang teguh janji, sumpah & kesetiaan ketimbang cerita si kancil yang secara tidak langsung menggambarkan bahwa yang licik yang akan selamat atau sekedar mengeksploitasi kebodohan makhluk lain untuk keuntungan pribadi... *heran, cerita kancil kan cerita santai tapi kenapa gue jadi serius gini ya?*

Ah entah kenapa, kok rasanya secara spontan gue jadi teringat tulisan tangan temen gue di bukunya yang tertulis:
Orang bodoh kalah oleh orang pandai,
Orang pandai kalah oleh orang yang cerdik,
Orang cerdik kalah oleh orang yang beruntung,
Orang yang beruntung biasanya adalah orang bodoh.
Andai keberuntungan bisa dipelajari & di ciptakan...

Fearless Female

 Monday, March 14, 2005

Entah kenapa, setelah baca-baca & liat daftar link punya orang, gue iseng ngeklik ke salah satu daftar link yang tertulis cosmopolitan. Pas gue buka tertulis "Cosmopolitan Indonesia, Fearless Female Magazine". Sayang koneksi internet lagi lambat, jadi gue males buat browsing isi websitenya. Setelah baca slogannya si Cosmopolitan, gue jadi penasaran apakah hidup wanita selama ini sering ketakutan? sampe-sampe Cosmopolitan membuat slogan "Fearless Female Magazine". Kayaknya kalo soal ketakutan, setiap orang pasti punya perasaan ketakutan termasuk laki-laki, tapi kenapa ya gue belum liat majalah yang masang slogannya "Fearless Male Magazine"?

Kalo gak salah ada juga istilah "Independent Woman" apakah ini komplementer (pelengkap) dari slogan "Fearless Woman" yang kayaknya lagi ngeterend akhir-akhir ini di kalangan wanita yang mengaku modern?

Oh iya ngomong-ngomong soal "Fearles Female", Cosmopolitan menampilkan cover-covernya dengan gambar cewek-cewek dari luar negeri yang cantik & sexy, apa ini gak bikin Indonesian Female yang wajahnya gak terlalu cantik malah bertambah "fear"?. "Fear" karena gak PD dengan kecantikan yang dimilikinya yang dianggap tidak sesuai dengan standar kecantikan yang di-citra-kan oleh majalah ini? Kalo akhirnya setelah baca majalah ini wanita indonesia rame-rame jadi pengen cantik seperti yang di cover-cover majalah itu sampe perlu memutihkan kulit dengan aneka cream, beli perangkat kecantikan yang (mungkin) mahal-mahal atau operasi plastik supaya hidungnya mancung dll, bukankah ini malah menunjukan rasa "fear" wanita indonesia yang takut dibilang tidak cantik kalo gak seperti wanita-wanita cantik & sexy di cover-cover di majalah itu... :)

Mungkin tidak ada salahnya kalo Cosmopolitan sekali-kali menampilkan di cover majalahnya wanita indonesia apa adanya seperti wanita indonesia yang menjadi guru, dosen, atau yang bergerak di sektor informal seperti jadi pedangang kaki lima, pedagang keliling, buruh pabrik, penjual jamu atau jadi pembantu rumah tangga lokal/TKW. Menurut gue mereka itu real true "Fearless Female" lho... tapi ya gue maklum yang baca Cosmopolitan kan "segmented", jangan-jangan kalo di pasang gambar cover seperti yang gue sebutkan, Cosmopolitan malah turun pamor/kelas....

Tapi beneran lho wanita-wanita Indonesia seperti yang gue sebutin itu bener-bener "Fearles Female" lho... rela banting tulang buat anak & keluarganya. Untuk membantu bahkan menopang sendiri ekonomi keluarga. Tak jarang para wanita indonesia berani mengambil resiko pekerjaan yang tidak kecil seperti jadi TKW di luar negeri. Padahal selalu ada resiko kalo jadi TKW. Kalo apes, mereka bisa dapet majikan yang suka nyiksa, gak dibayar gajinya atau bahkan di perkosa majikannya. Demi keluarganya di Indonesia, wanita-wanita Indonesia itu rela melakukannya (meski terpaksa sih) tapi yang gini nih yang menurut gue turut layak di sebut "Fearles Female"... salut buat wanita-wanita itu...

Diplomasi & Kekuatan Angkatan Bersenjata

Membaca buku-buku sejarah sebagai "bacaan santai" gue rasa lebih menyenangkan ketimbang membaca sejarah secara "serius" untuk mendapatkan nilai (yang baik) seperti yang pernah gue (atau kita semua) alami waktu ikut pelajaran sejarah di sekolah dulu. Dulu gue benci pelajaran sejarah dan gue juga benci sama sebagian guru-gurunya. Padahal selalu ada hal yang dapat kita petik dari sejarah pengalaman manusia-manusia terdahulu, dan itu menarik lho.. Kadang dengan membaca sejarah itu bisa membawa kita untuk menyimpulkan sesuatu peristiwa. Kemarin gue baca kembali bukunya Pierre Heijbor terbitan Grasindo-KITLV (Koninklijk Instituut voor Taal,-Land- en Volkenkunde) yang berjudul "Agresi Militer Belanda". Buku ini menceritakan kisah "perjuangan" bangsa Belanda mendapatkan kembali tanah jajahannya di Pending Zamrud sepanjang Khatulistiwa dan perjuangan bangsa Indonesia mempertahankan kemerdekaan yang baru di proklamasikan.

Setelah membaca berbagai buku seperti buku "Agresi Militer Belanda", buku sejarah perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia dan sumber bacaan lainnya gue kok jadi berkesimpulan bahwa "Diplomasi Tanpa Kekuatan Angkatan Bersenjata adalah Omong Kosong". Mungkin akan ada orang yang tidak setuju dengan kesimpulan gue, tapi gue berkeyakinan suatu diplomasi akan tetap berarti ketika pihak yang bertikai saling menghormati satu sama lainnya. Suatu pihak akan menghormati pihak yang lainnya ketika pihak yang lainnya memiliki "wibawa". Kewibawaan bisa muncul dengan berbagai cara, salah satunya adalah kemampuan mempertahankan "hak-hak"-nya, yang jika memang diperlukan dengan kekuatan angkatan bersenjatanya.

Setelah Jepang menyerah segelintir orang Indonesia mengambil resiko besar yang akan menjadikan mereka pahlawan atau penghianat. Diantara keduanya adalah Soekarno dan Hatta cs. yang memilih memproklamasikan kemerdekaan setelah Jepang menyerah kepada sekutu. Setelah selesai Perang Dunia II, Belanda ingin kembali menguasai Hindia Belanda yang mereka kuasai. Keinginan itu bertentangan dengan sebagian besar keinginan bangsa Indonesia. Akhirnya kontak bersenjata tidak dapat dielakan antara Belanda dengan Indonesia. Ketika Belanda keteteran menghadapi serangan sporadis gerilyawan Indonesia, Belanda memutuskan untuk mau menerima kegiatan diplomasi dengan Republik Indonesia, kegiatan diplomasi yang pertama menghasilkan perjanjian Linggar Jati.

Setelah perjanjian Linggar Jati dianggap tidak menguntungkan ditambah rasa percaya diri Belanda dengan kemampuan angkatan bersenjata-nya akhirnya Belanda melancarkan peperangan kembali dengan pihak Republik. Ketika Belanda mulai kesulitan mengatasi perlawanan gerilyawan akhirnya Belanda mau berdiplomasi kembali dengan pihak Republik dengan menerima hasil perundingan yang dilakukan di kapal USS Renville. Hasil diplomasi lebih dikenal sebagai Perjanjian Renville. Hasil perjanjian ini menimbulkan konflik internal bagi keduabelah pihak. Di Indonesia keputusan ini menimbulkan pertentangan antara politisi dengan tentara. Akibat peristiwa ini jatuhlah Kabinet Amir Syarifudin, dan diganti oleh Kabinet Hatta. Kabinet Hatta berkomitmen untuk menerima keputusan perjanjian Renville, ironisnya Amir Syarifudin cs yang sebelumnya menerima hasil perjanjian Renville, karena tersingkir dari pemerintahan malah berbalik menentang isi perjanjian Renville.

Setelah perjanjian Renville kedua belah pihak menghadapi masalah yang sama-sama berat. Pihak Republik harus melawan pemberontakan Front Demokrasi Rakyat FDR/PKI di Madiun tahun 1948 oleh Muso bersama Amir Syarifuddin yang kini bergabung dengan Muso setelah tersingkir dari pemerintahan. Kekuatan bersenjata FDR/PKI di dukung oleh tentara yang sebagian sakit hati akibat program Re-Ra (Restrukturisasi & Rasionalisasi). Program Re-Ra ini merampingkan jumlah tentara, menyatukan komando Laskar-Laskar kedalam satu komando yaitu TNI, serta penurunan pangkat tentara-tentara agar proporsional, bahkan Jendral Soedirman yang merupakan pimpinan angkatan perang juga harus diturunkan pangkatnya menjadi Letnan Jendral (meski setelah wafatnya pangkatnya dinaikan secara anumerta menjadi Jendral penuh). Di pihak Belanda terjadi pertentangan diantara politisi-politisinya, dan di Indonesia tentara Belanda menghadapi kendala kekurangan logistik, belum lagi serangan gerilyawan yang masih berlangsung.

Beruntung Republik Indonesia berhasil memadamkan pemberontakan FDR/PKI dalam waktu relatif singkat, karena jika tidak pihak Republik harus menghadapi dua musuh sekaligus. Karena pertikaian politik di dalam negerinya, pihak Belanda terlalu lambat memanfaatkan peluang emas untuk merebut kembali tanah Indonesia. Ketika Belanda akhirnya memutuskan keluar dari ikatan perjanjian Renville, pihak Republik masih kelelahan akibat konflik bersenjata yang tidak perlu dengan FDR/PKI. Implikasi dari keluarnya Belanda dari perjanjian Renville, Belanda memutuskan untuk merebut ibukota RI, Yogyakarta tahun 1948. Belanda berhasil menangkap politisi-politisi Indonesia seperti Soekarno, Hatta, dkk. Bangsa Indonesia menyebut aksi penyerbuan Belanda ke Ibukota RI ini sebagai Agresi Militer Belanda ke-2. Belanda menyebutnya sebagai aksi Polisional.

Ketika Belanda berhasil menangkap pemimpin Republik, Belanda tidak mau berdiplomasi dengan Indonesia. Belanda tidak mau lagi menghormati eksistensi Republik Indonesia, karena dengan ditangkapnya pemimpin Republik Indonesia, perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia melawan Belanda dianggap sudah selesai. Mungkin pikiran Belanda, "Buat apa gue harus berdiplomasi dengan orang-orang yang lemah?". Meski pemimpinnya ditahan, Tentara Nasional Indonesia tetap solid dan mampu menunjukan eksistensinya dengan melakukan Serangan Umum 1 Maret yang dipimpin oleh Soeharto (kini mantan Presiden RI). Akibatnya dunia Internasional semakin sadar bahwa Republik Indonesia belum tamat, dan Negar-negara buatan (boneka) Belanda semakin menaruh simpati dengan kepemimpinan Republik Indonesia. Serangan Umum 1 Maret itu mengakibatkan tekanan dari banyak negara di Dunia kepada Belanda untuk mau melakukan perundingan dengan Indonesia. Terutama Amerika Serikat yang menjadi sekutu utama Belanda turut menekan, karena AS melihat kemampuan Republik Indonesia dengan TNI yang berhasil menumpas PKI setelah selama ini pihak Belanda menuduh pemerintah Republik berfaham komunis.

Pihak Indonesia mengajukan pembebasan pemimpin mereka yang di tawan seperti Soekarno & Hatta sebelum melakukan perundingan, dan Belanda terpaksa mengikuti keinginan Republik Indonesia. Karena kekuatan bersenjata yang dilancarkan Tentara & Rakyat Indonesia ditambah tekanan Internasional cukup kuat, bahkan mengancam perekonomian Belanda yang baru pulih setelah Perang Dunia II. Akhirnya Belanda terpaksa mau melakukan kegiatan diplomasi dengan Indonesia. Padalah ketika kekuatan angkatan perang Indonesia dianggap lemah oleh Belanda, Belanda sama sekali tidak mau melakukan diplomasi dengan Republik Indonesia. Dengan kekuatan angkatan bersenjata, maka diplomasi dapat dilakukan.

Republik Indonesia akhirnya secara resmi mendapatkan pengakuan kemerdekaan oleh Belanda melalui Konferensi Meja Bundar pada tanggal 27 Desember 1949 (padahal mejanya oval lho... kenapa namanya bukan Konferensi Meja Oval?). Dari peristiwa itu gue berkesimpulan bahwa unjuk kekuatan angkatan bersenjata RI telah mampu memaksa Belanda untuk mau Berdiplomasi dengan Republik Indonesia.

Contoh yang lain adalah, perebutan Irian Barat (Papua) tahun 60-an. Setelah kegiatan diplomasi buntu, Operasi Trikora dilancarkan RI untuk mendesak penyerahan Irian Barat dari Belanda. Kesuksesan operasi ini memaksa Belanda untuk untuk mau maju ke meja perundingan. Tanpa kekuatan bersenjata tentu akan lebih sulit bagi Indonesia untuk dapat berunding dengan Belanda.


Di dunia ini tidak sedikit kegiatan diplomasi yang tidak kunjung menghasilkan perdamaian, dan gue berkesimpulan semua itu akibat salah satu negara tidak memiliki kekuatan bersenjata yang mengimbangi kekuatan bersenjata lawan. Contohnhya adalah negara Israel. Ketika kekuatan bersenjata Mesir mampu mengalahkan Israel di kawasan Sinai, Israel terpaksa mau berdiplomasi dengan Mesir, mungkin juga karena Israel khawatir jika tidak tidak diadakan perdamaian dengan Mesir maka Mesir akan semakin kuat dan bisa-bisa Israel habis di bantai Mesir dan Negara Arab lainnya. Setidaknya gue sampe hari ini gak dengar konflik antara Mesir dan Israel secara serius.

Tapi konflik Israel dengan yang lainnya ada yang hingga kini tidak juga terselesaikan yaitu konflik Israel dengan Palestina. Tidak sedikit perjanjian perdamaian yang telah dilakukan antara Isreal dengan Palestina, tapi hingga kini perang masih terus berlanjut di kawasan Israel-Palestina. Mengapa Israel begitu mudahnya untuk berperang dengan Palestina?, mungkin karena pihak Palestina dianggap tidak memiliki kekuatan bersenjata yang dapat mengancam eksistensi Israel sehingga hasil diplomasi selama ini seperti tidak banyak guna alias "Omong Kosong". Gimana Palestina mau dipandang, tentara Israel punya Tank Merkava yang canggih ditambah persenjataan yang lengkap, sedangkan Palestinya cuma punya batu atau ketapel untuk senjatanya. Katanya, konstitusi Israel hingga kini tidak memiliki aturan yang jelas soal batas wilayah Israel. Bahkan Pemimpin Israel wanita yang bernama Golda Meir pernah mengatakan bahwa "Wilayah Israel adalah sepanjang tentara Israel mampu mendudukinya".

Pihak Palestina hingga kini memang tidak memiliki kemampuan bersenjata seperti Israel sehingga wajar jika Israel tidak menganggap perlu untuk berlama-lama damai dengan Palestina. Dulu pernah gue baca, orang Palesina geram pada dunia arab yang dianggap tidak peduli dengan mereka, mereka bahkan pernah menyatakan "Berikan saja kami senjata, dan biarkan kami sendiri yang menghadapi Israel". Nyatanya hingga hari ini Palestina tidak memiliki persenjataan yang memadai sehingga sepertinya jalan damai akan sulit diterima bagi Israel. Jika Palestina memiliki kemampuan bersenjata yang mampu mengimbangi Israel, mungkin Israel akan berfikir berkali-kali untuk melanggar kesepakatan perdamaian dengan Palestina.

Amerika selalu berkoar-koar soal perlunya demokrasi di negara lain-lain, tak jarang mengecam negara yang dianggap Amerika tidak melaksanakan demokrasi, seperti Myanmar (dulu Burma). Tapi Amerika tidak berani mengecam tindakan tidak demokratis pemerintah Republik Rakyat Cina (RRC), kenapa? mungkin disamping RRC adalah pasar yang potensial, RRC juga dianggap memiliki kekuatan bersenjata yang memadai. Bahkan RRC dipercaya memiliki senjata nuklir yang membuat Amerika untuk berfikir berkali-kali ingin mengkritik RRC pada isu-isu sensitif yang dapat menimbulkan perang dengan RRC. Bagitupula dengan negara India dan Pakistan yang dipercaya memiliki senjata Nuklir. Mungkin sudah saatnya Indonesia memiliki senjata Nuklir, bukan untuk menyerang negara lain, tapi semata-mata untuk mempertahankan kedaulatan negara ini! Ketika negara Indonesia dianggap mampu mempertahankan hak-haknya maka pihak asing akan berkali-kali berfikir untuk mengambil hak-hak yang berada di tangan Indonesia.

Dari peristiwa-peristiwa itu gue semakin yakin bahwa diplomasi dan perdamaian tidak akan berarti tanpa kekuatan angkatan bersenjata. Orang yang kuat tidak mau gampang untuk berunding dengan orang yang lemah. Apa yang bisa di lakukan oleh orang lemah ketika hak-haknya di serobot oleh orang yang kuat? Mau protes? protes sama siapa kalo orang-orang yang lainnya lebih menghormati dan takut sama orang yang kuat?. Mungkin benar istilah "Jika ingin perdamaian maka harus bersiap untuk berperang"... Orang lain harus dipaksa untuk mau berdiplomasi dan berdamai dengan kita, jika tidak mau paksa dengan angkatan bersenjatnya alias perang.... IMHO lho.... :)

~pengamat-amatir :p

Konfrontasi Baru Indonesia-Malaysia?

 Thursday, March 10, 2005

Dalam seminggu terakhir ini selain berita demo kenaikan BBM, ada demo yang tidak kalah heboh, yaitu soal klaim Kerajaan Malaysia terhadap wilayah Ambalat. Karena peristiwa ini bangsa ini seperti kembali menemukan rasa nasionalisme-nya. Berbondong-bondong warga negara Indonesia yang bersemangat itu turut berpartisipasi dalam gerakan anti Malaysia, bahkan di kota Makassar sudah terbentuk "Front Ganyang Malaysia".

Setelah kemenangan Malaysia atas sengketa dengan Indonesia atas pulau Sipadan & Linggitan, Malaysia semakin percaya diri untuk memperluas wilayahnya. Kalo kata berita yang beredar di berbagai media, Malaysia mempergunakan pengukuran garis batas sebagai negara kepulauan, padahal jika melihat wilayahnya, maka Malaysia adalah negara pantai, yang otomatis jarak wilayah terjauh dari garis pantai tidak sepanjang garis negara kepulauan seperti Indonesia.

Bagaimanapun jika melihat berita di media dalam negeri, sepertinya memang Malaysia cukup nekat & percaya diri memasukan perairan Ambalat kedalam wilayahnya. Wajar bila akhirnya pihak Indonesia keberatan dengan klaim wilayah Malaysia, lebih-lebih wilayah ini memiliki kandungan sumber migas yang cukup potensial. Katanya (dari berita lhoo) kalau kandungan migas di wilayah ambalat ini di uangkan bisa mencapai nilai 4 ribu trilyun rupiah, dan katanya bisa memberikan cadangan migas bagi kebutuhan migas dalam negeri Indonesia sampai sekitar 30 tahun... wow kalo sudah begitu sih wajar sekali kedua negara ngotot mempertahankan wilayah Ambalat ini. Tanpa sumber daya yang berlimpah saja jika sudah menyangkut klaim wilayah bisa sampai urusan serius apalagi ada sumber daya alam yang berlimpah.

Langkah TNI utamanya TNI-AL sudah cukup bijak dengan mengintensifkan patroli di wilayah Ambalat ini, karena bagaimanapun wilayah ini harus di jaga agar tidak timbul hal-hal yang diinginkan. Kalo menurut gue, untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk hubungan Indonesia-Malaysia, TNI sudah harus lebih (dan kayaknya sih udah) menyiagakan pasukannya di sekitar perbatasan Kalimantan Timur-Malaysia. Kalau perlu pasukan dari unsur TNI-AD seperti Kostrad, Kopassus dan Kodam-Kodam terdekat (Kodam VI & Kodam VII?) perlu meningkatkan latihan. Dari unsur TNI-AL seperti Komando Armada Laut Timur & Barat perlu menyiagakan kapal tempur, dan dari unsur Korps Marinir perlu melakukan latihan pendaratan amfibi di sekitar pulau-pulau di wilayah Ambalat kalo bisa seperti latihan perang bersama di kepulauan Natuna yang pernah dilakukan Indonesia pada era presiden Soeharto. Dan tentu saja dari TNI-AU perlu menyiagakan pesawat tempurnya di bandara-bandara udara yang dekat dengan wilayah Malaysia. Mungkin juga perlu dilakukan latihan terjun payung untuk pasukan Lintas Udara (Airborne) Kostrad, Kopassus ataupun Paskhas.

Menurut jendral asal Prussia di era Napoleon I (abad 19), Karl von Clausewitz (gue pengen cari bukunya): "Perang tidak lain adalah kelanjutan dari politik dengan tambahan berbagai kepentingan" (War is nothing but a continuation of politics with the admixture of other means). Ketika nantinya keputusan politik antara Indonesia dengan Malaysia tidak tercapai kesepakatan maka bukan tidak mungkin perang adalah jalan terakhir untuk menyelesaikan masalah ini, karena bagaimanapun perang erat kaitannya dengan masalah politik.

Sebagai warga negara Indonesia, gue cukup bangga juga dengan semangat orang-orang Indonesia yang ramai mendaftarkan diri menjadi relawan/milisi jika nantinya perang pecah antara Indonesia-Malaysia. Setidaknya hal itu menunjukan bahwa bangsa ini masih memiliki rasa nasionalisme (atau patriotisme?) meskipun selama ini hubungan antara Pemeritah dan Rakyatnya lebih sering terlihat tidak mesra. Terlebih di awal bulan Maret ini keputusan pemerintah menaikan harga BBM menimbulkan rasa tidak suka rakyat kepada pemerintah. Bahkan sepertinya ada kecendrungan demo anti kenaikan BBM harus 'bersaing ketat' dengan demo anti pemerintah Malaysia. Semangat anti Malaysia ini mungkin juga akibat dari penumpukan rasa kecewa bangsa ini terhadap masalah pengusiran TKI Ilegal yang tidak manusiawi, pencurian kayu-kayu ilegal oleh orang-orang Malaysia... jadi mungkin udah numpuk kali ya... kekecewaan bangsa ini sama Malaysia...

Apakah mungkin kasus sengketa Ambalat ini di rekayasa untuk mengalihkan demo-demo anti kenaikan BBM yang marak akhir-akhir ini? bisa ya, bisa tidak... atau ini sekedar akal-akalan media masa untuk meningkatkan rating ataupun oplah mereka?. Beberapa media dalam negeri memang terlihat cukup bersemangat menampilkan berita sengketa Ambalat ini. Bahkan ada salah satu stasiun televisi swasta nasional milik SP begitu bersemangat sekali menampilkan masalah sengketa ini, kadang kalo menurut gue terkesan "terlalu mendramatisir". Beberapa tayangan di bumbui dengan musik "Maju tak Gentar" karya C. Simanjuntak, seolah-olah negeri ini benar-benar akan berperang :p. Tidak ada yang salah sih dengan semangatnya pemberitaan ini, hanya perlu diperhatikan bahwa berita sebaiknya di sampaikan secara obyektif dan berimbang. Tidak perlu terlalu mendramatisir lah, ya... sebisa mungkin proporsional... (kayak gue tau aja arti dari proporsional... biarin... biar bahasanya keliatan keren :p hehehe)

Sebenar apapun posisi Indonesia atas kepemilikan wilayah Ambalat, hendaknya dalam masalah sengketa ini pemerintah harus lebih bijak, sebisa mungkin menggunakan jalan diplomasi, tapi sepertinya tidak perlu membawa masalah ini ke Mahkamah Internasional seperti kasus Sipadang Linggitan. Karena untuk masalah sengketa ini, (katanya sih) posisi Indonesia lebih kuat. Sebisa mungkin pemerintah menghindari konflik bersenjata dengan Malaysia karena jika sampai terjadi perang, besar kecilnya bisa berdampak buruk bagi rakyat Indonesia langsung ataupun tidak langsung.

Menurut filosof perang & jendral dari Cina sekitar tahun 2300 SM, Sun Tzu dalam bukunya "Seni Berperang" (Art of War): Perang sangat penting karena menyangkut hidup dan matinya suatu negara, perang berpengaruh terhadap kekayaan negara. Karena itu jika nantinya jalan diplomasi Indonesia sudah buntu, maka perlu pemikiran yang sangat cermat sebelum pemerintah Indonesia memutuskan untuk berperang.

Sebagai pengatur negara ini hendaknya pemerintah tidak terlalu terpengaruh untuk berperang hanya karena semangat "Ganyang Malaysia" yang di gembar-gemborkan sebagian rakyatnya (Sebenarnya "Ganyang Malaysia" merupakan istilah Presiden Soekarno yang bereaksi atas pembentukan negara Malaysia tahun 60-an). Tapi pemerintah juga jangan sampai mematahkan/mematikan semangat warganya yang sudah ramai-ramai mendaftarkan diri menjadi relawan/milisi. Jika nantinyanya terjadi perang Indonesia-Malaysia, mungkin rakyat seperti inilah yang akan turut meringankan beban pemerintah dalam berperang.

Dari 5 faktor pertimbangan untuk melakukan perang (menurut Sun Tzu), pertimbangan pertama yaitu "Alasan Moral" sepertinya sudah ada di tangan negara Indonesia ini. Tinggal ke 4 faktor yang harus ditelaah oleh pemerintah apakah sudah di persiapkan/belum? yaitu faktor "Alam", "Situasi", "Kepemimpinan" dan "Disiplin"

Semoga pemerintah bisa bertindak bijaksana dalam menyikapi perselisihan wilayah Indonesia-Malaysia dan pemerintah juga tetap tidak melupakan prioritas menjaga keutuhan wilayah negeri ini. karena jika masalah ini tidak diperhatikan, bukan tidak mungkin suatu saat negara lain akan memanfaatkan kelemahan pemerintah Indonesia ini sehingga akan nantinya dapat menimbulkan kerugian bagi bangsa Indonesa...

Apakah anda sudah siap "Mengganyang Malaysia"? :)

Malang tak dapat di tolak

 Thursday, March 03, 2005

Copet sekarang makin gila dan nekat, anak Fasilkom UI angkatan 2001 yang baru di wisuda kemarin menjadi korbannya, beritanya ada di koran kompas tanggal 28 Februari. Turut berduka cita buat Harianto yang menjadi korban copet nekat dan gila sehingga harus meninggalkan alam fana ini selama-lamanya. Semoga keluarga yang ditinggalkannya tetap tabah menerima cobaan yang berat ini.

Sejujurnya gue kurang tau siapa Haryanto, tapi katanya dia itu anak yang pandai lulus 3,5 tahun dengan IPK 3,8. Ekonomi orang tuanya biasa-biasa saja bahkan ibunya harus berjualan kue untuk menghidupi ekonomi keluarga. Sungguh nasib orang memang tidak ada yang tahu, padahal katanya Haryanto ini adalah andalan keluarganya, kebetulan dalam satu keluarga dia termasuk yang terpandai.

Mendengar kisah Haryanto, gue jadi teringat dengan cerita dari 30 kisah teladan karya H Abdurahman Arroisy (spell?). Buku ini sering gue baca jaman-jaman SD dulu. Ada salah satu cerita tentang seorang petani yang sederhana, dia bertekad menyekolahkan anaknya hingga ke jenjang pendidikan yang tinggi. Anaknya itu di sekolahkan di Kedokteran. Untuk membiayai pendidikan anaknya, sang orang tua yang petani itu harus merelakan sebagian tanahnya di jual untuk memenuhi biaya kuliah anaknya.

Karena petani itu masih memiliki anak-anak yang lain, sang petani berharap agar kelak ketika sang anak sulung itu lulus dari kuliah kedokteran, dia dapat membantu biaya hidup adik-adiknya. Setelah bertahun-tahun kuliah, akhirnya selesai juga pendidikan anak itu, namun rencana sang petani itu tidak dapat terwujud karena suatu saat setelah di wisuda anak yang telah menjadi dokter itu mendadak sakit keras. Biaya untuk mengobatinya tidak sedikit, karena berfikir jika kelak anaknya sembuh maka sang anak petani dapat segera membantu orang tuanya, maka petani itu merelakan tanah yang tersisa di jual semuanya agar anaknya sembuh.

Setelah berbulan bulan di rawat akhirnya anak itu sembuh juga, dan sang petani sangat berharap agar anak yang telah menjadi dokter itu dapat segera membantu meringankan beban hidupnya membiayai adik-adiknya, mengingat sang petani sudah tidak memiliki harta lagi setelah semuanya di berikan untuk pendidikan dan penyembuan sakit anaknya. Namun malang tak dapat di tolak, untung tak dapat diraih, pada saat perjalanan pulang menuju rumah sang petani, si anak ini mendapatkan kecelakaan yang menyebabkan anak yang sangat diharapkannya itu meninggal dunia saat itu juga. Tentunya rasa kecewa dan sedih bercampur menjadi satu di dalam benak sang petani itu.

Hikmah apa yang terkandung dalam cerita itu, gue juga gak tau secara pasti, mungkin cerita itu ingin menunjukan bahwa: manusia boleh memiliki kehendak, namun Allah jua lah yang akhirnya menentukan. Gue sempat berandai-andai... kalau saja sang petani ini tahu bahwa kelak anaknya tidak bisa memenuhi cita-citanya yaitu meringankan bebannya dalam menghidupi anak-anaknya, tentunya sang petani ini tidak akan 'ngoyo' menghabiskan semua hartanya untuk anaknya itu (yang jadi dokter)... masalahnya memang manusia tidak akan pernah tau bagaimana nasib masa depannya... Termasuk dukun yang sering ditanya tentang nasib masa depan orang... Kalo dukun tau masa depan kenapa gak dia manfaatkan aja pengetahuannya buat dirinya sendiri... seperti mengetahui nomor judi (togel?) & masang nomor yang bakal keluar itu, biar dia gak perlu jadi dukun lagi...
External Link: http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0502/28/utama/1584850.htm