Jari sang Raja

 Sunday, October 02, 2005

Kemarin sempet baca sekilas suatu buku motivasi, di buku banyak menceritakan kisah-kisah salah satunya adalah kisah tentang seorang raja yang hidup pada jaman dahulu. Alkisah sang raja memiliki hobi berburu, suatu saat sedang berburu ternyata hewan buruannya hampir mencelakakan sang raja, tidak sampai meninggal, tapi salah satu jari tangan sang raja putus. Sang raja tidak puas dengan kejadian ini, dia tanya ke penasihat utamanya. Sang penasihat juga bingung mau diapakan lagi jari tangan yang sudah putus itu, akhirnya dia hanya bisa bilang ke sang raja supaya bersyukur. Mendengar jawaban sang penasehat, marahlah sang raja yang baru putus jarinya itu di suruh bersyukur. Penasihat itu diberhentikan dari jabatannya, dan penasihat itu juga di masukkan ke penjara sebagai hukuman.

Meski ada jarinya yang sudah putus, sang raja tidak takut atau trauma untuk menjalankan hobinya, berburu. Bersama dengan penasihat raja yang baru, sang raja beserta beberapa anggota kerajaan pergi berburu ke suatu hutan. Ternyata sang raja dan penasihat-penasihat terdekatnya terpisah dari kelompok berburu kerajaan. Mereka tersesat sampai akhirnya mereka ditangkap oleh suku liar (barbar) yang hidup di hutan itu. Sang raja ditangkap dan akan dijadikan sebagai korban persembahan bagi para dewa-dewa suku itu. Ketika persiapan ritual pengorbanan akan dilakukan, ternyata diketahui bahwa jari sang raja ada yang tidak lengkap. Karena jarinya tidak lengkap, maka korban persembahan ini dianggap tidak layak, maka akhirnya sang raja di lepaskan, dan sang penasehat raja yang baru tadilah yang menggantikan posisi sang raja sebagai calon korban persembahan.

Setelah terlepas dari sasaran korban persembahan, dengan seorang diri sang raja itu berusaha kabur menyelamatkan diri dari tempat tinggal suku liar kembali ke kerajaannya. Setelah sang raja sampai dikerajaan dia teringat, bahwa keselamatannya kali ini berkat jarinya yang tidak utuh, maka dia kembali teringat dengan penasihat kerjaannya dulu yang pernah menyuruhnya bersyukur yang kini masih dipenjarakan. Sang raja menyuruh anak buahnya untuk membebaskan mantan penasihatnya itu. Kemudian sang raja menceritakan kejadian yang telah menimpanya kepada mantan penasihatnya. Raja meminta maaf dan berterima kasih kepada mantan penasihatnya itu. Sebaliknya sang penasihat itu juga mengucapkan terima kasih kepada sang raja, "Jika hamba tidak dipenjara, mungkin saat ini hamba sudah mati karena menjadi korban persembahan".

Kemudian sang penulis buku itu menuliskan, moral dari cerita ini yang kira-kira berbunyi "Saat bahagia kita harus tetap bersyukur, di saat sulit kitapun harus tetap bersyukur". Whaaa nasihat moral yang baik... tapi kok kayaknya susah juga yah jadi orang bisa bersyukur :(

0 Comments: