Inner Circle
Thursday, September 01, 2005
Gue nulis ini sebenernya dalam keadaan males, cuma gue juga lagi bosen buat ngapa-ngapain termasuk coding & ngeweb, jadi ya coba nulis di blog ini. Kebetulan waktu itu gue iseng cari artikel tentang Sudjono Humardani di google. Ada yang pernah denger nama itu? :p Di internet ternyata agak susah juga cari artikel yang menceritakan kisah atau sepak terjangnya tokoh ini. Buat yang belum pernah denger nama itu, dia adalah termasuk tokoh orde baru bahkan mungkin termasuk pendiri orba.
Setelah baca beberapa buku, umumnya memoar dari para purnawirawan nama dia sering disebut-sebut. Contoh dalam buku memoar mantan Pangkopkamtib Jendral Soemitro tentang kasus Malari nama dia ikut disebut, begitu juga dengan memoar yang juga karya terakhir Z.A. Maulani (mantan ketua BIN di era Habibie) namanya pernah disebut, di bukunya Soemitro Djoyohadikusumo, nama dia juga sempat di sebut. Di buku-buku itu nama Sudjono Humardani lebih banyak disebut berperan sebagai asisten pribadi presiden (Soeharto) bersama dengan Ali Murtopo.
Ali Murtopo & Sudjono Humardani memang orang kepercayaan Soeharto saat masih menjadi Panglima Kodam Diponegoro. Setelah Soeharto menjadi Presiden, keduanya tetap dipakai dan dijadikan orang kepercayaannya. Ali Murtopo ngurusin soal penggalangan masyarakat, sedang Sudjono Humardani ngurusin macem-macem. Bahkan menurut memoar mantan Pangkopkamtib Jendral Soemitro, Soedjono Humardani termasuk orang yang menjadi penasihat spiritual bagi Soeharto, termasuk waktu kejadian 30 September dia ikut ngebatu "secara spiritual" agar Soeharto tetap di berikan kekuatan, pokoknya kalo kata memoar itu, urusan nyedian sajen, tumbal, dan aneka macem hal-hal yang berbau spiritual itu masuk urusannya Humardani. Memang saat itu (atau bahkan hingga kini) yang namanya masalah kebatinan itu banyak di lakonin para pemimpin/tentara biasanya supaya terlihat berwibawa, tenang, dll. Liat juga tulisan Mistik dalam pol-ek-sos-bud-han-kam-de-el-el di Indonesia (in english).
Karena jadi orang kepercayaan itulah setiap sepak terjangnya dia seolah-olah jadi keputusan pemimpinnya (dalam kasus ini Soeharto). Dalam memoar-memoar yang gue sebut tadi biasanya mengesankan kelakuan para asisten pribadi (aspri) yang seringkali menyalahi wewenangnya. Spt Soemitro Djoyohadikusumo saat menjadi mentri sudah membuat peraturan bahwa suatu komoditi dikelola oleh suatu pihak tiba-tiba aspri juga memberikan izin pengelolaan suatu komodiati yang sebenernya bukan wewenangnya kepada kroninya. Hal ini sering menyulitkan para pembantu (mentri-mentri) diaman keputusannya ini sering bertentangan dengan keinginan para aspri.
Dari hasil search tentang Sudjono Humardani, gue juga dapet link artikel yang di tulis oleh Gus Mus yang berjudul Bithanah. Ternyata peranan orang kepercayaan itu memang strategis!. Seringkali seseorang jadi sukses atau gagal ditentukan oleh siapa yang ada di sekitarnya. Kadang pemimpin yang baik kalo punya anak buah yang gak baik citranya justru akan jadi jelek.
Kata temen gue, paling enak itu emang jadi orang kepercayaan, soalnya kita bisa melakukan segala sesuatu dengan mengatasnamakan pimpinan kita, tanpa kita harus merasa bertanggung jawab kalo ternyata yang kita lakukan itu salah (kecuali di akherat). Kayak tokoh aspri yang gue sebut, seringkali suatu mentri sudah memberikan keputusan, tiba-tiba keputusan itu di serobot oleh aspri dengan mengatasnamakan perintah dari atasannya dia, padahal mungkin itu untuk kepentingan pribadi, tapi siapa yang tau, dan siapa yang berani nenatang? Mungkin bener juga kata temen gue, emang paling enak jadi orang kepercayaan bisa melakukan segala sesuatu atas nama pemimpin tanpa perlu takut untuk mempertanggung jawabkan :)
Kok habis nulis ini gue jadi teringat dengan cerita Kinoshita Tokichiro sebelum ganti nama jadi Toyotomi Hideyoshi, yang berpindah-pindah tuan agar suatu saat bisa menemukan tuan yang tepat bagi dia untuk mengabdi sebagai seorang shogun...
~masih-belum-tamat-bacanya-:(
Setelah baca beberapa buku, umumnya memoar dari para purnawirawan nama dia sering disebut-sebut. Contoh dalam buku memoar mantan Pangkopkamtib Jendral Soemitro tentang kasus Malari nama dia ikut disebut, begitu juga dengan memoar yang juga karya terakhir Z.A. Maulani (mantan ketua BIN di era Habibie) namanya pernah disebut, di bukunya Soemitro Djoyohadikusumo, nama dia juga sempat di sebut. Di buku-buku itu nama Sudjono Humardani lebih banyak disebut berperan sebagai asisten pribadi presiden (Soeharto) bersama dengan Ali Murtopo.
Ali Murtopo & Sudjono Humardani memang orang kepercayaan Soeharto saat masih menjadi Panglima Kodam Diponegoro. Setelah Soeharto menjadi Presiden, keduanya tetap dipakai dan dijadikan orang kepercayaannya. Ali Murtopo ngurusin soal penggalangan masyarakat, sedang Sudjono Humardani ngurusin macem-macem. Bahkan menurut memoar mantan Pangkopkamtib Jendral Soemitro, Soedjono Humardani termasuk orang yang menjadi penasihat spiritual bagi Soeharto, termasuk waktu kejadian 30 September dia ikut ngebatu "secara spiritual" agar Soeharto tetap di berikan kekuatan, pokoknya kalo kata memoar itu, urusan nyedian sajen, tumbal, dan aneka macem hal-hal yang berbau spiritual itu masuk urusannya Humardani. Memang saat itu (atau bahkan hingga kini) yang namanya masalah kebatinan itu banyak di lakonin para pemimpin/tentara biasanya supaya terlihat berwibawa, tenang, dll. Liat juga tulisan Mistik dalam pol-ek-sos-bud-han-kam-de-el-el di Indonesia (in english).
Karena jadi orang kepercayaan itulah setiap sepak terjangnya dia seolah-olah jadi keputusan pemimpinnya (dalam kasus ini Soeharto). Dalam memoar-memoar yang gue sebut tadi biasanya mengesankan kelakuan para asisten pribadi (aspri) yang seringkali menyalahi wewenangnya. Spt Soemitro Djoyohadikusumo saat menjadi mentri sudah membuat peraturan bahwa suatu komoditi dikelola oleh suatu pihak tiba-tiba aspri juga memberikan izin pengelolaan suatu komodiati yang sebenernya bukan wewenangnya kepada kroninya. Hal ini sering menyulitkan para pembantu (mentri-mentri) diaman keputusannya ini sering bertentangan dengan keinginan para aspri.
Dari hasil search tentang Sudjono Humardani, gue juga dapet link artikel yang di tulis oleh Gus Mus yang berjudul Bithanah. Ternyata peranan orang kepercayaan itu memang strategis!. Seringkali seseorang jadi sukses atau gagal ditentukan oleh siapa yang ada di sekitarnya. Kadang pemimpin yang baik kalo punya anak buah yang gak baik citranya justru akan jadi jelek.
Kata temen gue, paling enak itu emang jadi orang kepercayaan, soalnya kita bisa melakukan segala sesuatu dengan mengatasnamakan pimpinan kita, tanpa kita harus merasa bertanggung jawab kalo ternyata yang kita lakukan itu salah (kecuali di akherat). Kayak tokoh aspri yang gue sebut, seringkali suatu mentri sudah memberikan keputusan, tiba-tiba keputusan itu di serobot oleh aspri dengan mengatasnamakan perintah dari atasannya dia, padahal mungkin itu untuk kepentingan pribadi, tapi siapa yang tau, dan siapa yang berani nenatang? Mungkin bener juga kata temen gue, emang paling enak jadi orang kepercayaan bisa melakukan segala sesuatu atas nama pemimpin tanpa perlu takut untuk mempertanggung jawabkan :)
Kok habis nulis ini gue jadi teringat dengan cerita Kinoshita Tokichiro sebelum ganti nama jadi Toyotomi Hideyoshi, yang berpindah-pindah tuan agar suatu saat bisa menemukan tuan yang tepat bagi dia untuk mengabdi sebagai seorang shogun...
~masih-belum-tamat-bacanya-:(
0 Comments: