Kebohongan
Friday, October 15, 2004
There are three kinds of lies: lies, damned lies, and statistics
Atau bisa di artikan secara kasar:
Ada 3 jenis kebohongan: Bohong, "Ngibul", dan Statistika
Nah Sekarang gue agak tergelitik dengan suatu tulisan, entah iklan atau apalah yang menyebutkan:
Sebenarnya kemampuan otak manusia yang dimanfaatkan itu hanya 10% dari seluruh kemampuan
Bisa dibilang tujuan dari quote diatas adalah jenis quote yang baik, yaitu memacu semangat manusia untuk tetap terus memaksimalkan kemampuan otak, ya memang bener.... cuma setelah gue baca buku "Berbohong dengan Statistika" karangan Darrel Huff (judul aslinya [kalo gak salah] "How to Lie with Statistics") gue kok jadi agak meragukan sih.... masalahnya bagaimana si penulis quote itu bisa tau kalo (rata-rata manusia) cuma 10% saja kemampuan otak yang dimanfaatkan, apa faktor pembandingnya? harusnya kalo dia berani bilang 10% maka akan lebih baik jika penulis quote itu menujukan manusia pembanding yang kalo bisa otaknya itu dimanfaatkan 100%!
Kalaupun memang ada metodologi ilmiah yang bisa menjelaskan angka 10%, gue pengen tau dari mana angka 10% itu bisa di dapet.
Jangan kaya' cerita temen gue waktu pas mau jadi mahasiswa baru. Kakak-kakak kelas dari Jurusan Mesin ngasih motivasi supaya pada masuk ke Jurusan Mesin, mereka bilang: "Sekarang jumlah mahasiswi (mahasiswa perempuan -- kalo gak tau arti dari mahasiswi :p) di jurusan Teknik Mesin telah berhasil meningkat 100% dari jumlah mahasiswi tahun lalu". Temen gue terus menceritakan, memang bener terjadi peningkatan 100%, masalahnya jumlah mahasisiwi tahun lalu itu jumlahnya memang cuma 1 orang, sedangkan saat itu jumlah mahasiswi telah meningkat menjadi 2 orang. Dan memang bener itu berarti telah terjadi peningkatan jumlah mahasiswi sebanyak 100% dari 1 ke 2:) begitu enaknya memanfaatkan nilai prosentase secara semena-mena :)
Balik lagi ke soal otak, jadi gimana bener gak tuh kalo sebenarnya otak manusia itu hanya dimanfaatkan "cuma" sampe 10% aja...
Cukup soal itu, coba ke masalah yang lain seperti iklah-iklan yang banyak menyesatkan ada di berbagai media yang umumnya selalu melebih-lebihkan keunggulan mereka. Dan parahnya untuk menunjukan keunggulan dirinya seringkali dengan menggunakan cara-cara tidak terpuji seperti berbohong dan yang lebih parah lagi, kebohongan itu di kadang kala di tutupi ataupun di dukung dengan statistika.
Gue jadi inget jaman-jaman kelas 3 SMA, biasalah namanya anak SMA kelas 3 kan pengen masuk ke PTN favorit, berbagai usaha dilakukan ya salah satu caranya ya dengan ikut Bimbingan Belajar (Bimbel). Berbagai Bimbel banyak yang menawarkan keunggulannya supaya kami-kami ikut belajar ke mereka. Nah di Bogor waktu itu sekitar tahun 1998 Bimbel yang cukup terkenal di Bogor diantaranya adalah GO dan SSC (ada yang inget?). Dua lembaga ini yang jelas-jelas pake statistika untuk nunjukin keunggulannya. SSC bilang "50% anak ITB adalah alumni SSC", terus GO juga gak mau kalah, di iklannya bilang "50% mahasiswa ITB adalah alumni GO". Kalo mengasumsikan kedua data yang di klaim oleh masing-masing pihak benar.... lalu kalo ada mahasiswa ITB yang gak ikutan kedua bimbel itu masuk ke prosentase yang mana? gak mungkin prosentase suatu kesatuan itu lebih dari 100%. Misalkan jumlah mahasiswa ITB itu ada 5000 orang maka 5000 orang ini disebut 100% kalo masing-masing bimbel tadi mengklaim 50% mahasiswa ITB adalah alumni Bimbel mereka berarti masing-masing sebanyak 2500 orang adalah alumni kedua Bimbel... nah ternyata ditemukan ada yang gak ikutan kedua bimbel tersebut otomatis data masing-masing Bimbel tadi jadi gak valid kan? alias dua-duanya boong dan pake statistika lagi (ya menunjukan prosentase itu)...
Yang gue heran, Bimbel itukan bisa dibilang salah satu institusi pendidikan (meskipun mungkin gue bisa bilang "informal") tapi kok cara-cara yang mereka lakukan itu kok gak mendidik sih... yaitu berbohong... padahal katanya berbohong dalam dunia pendidikan itu merupakan suatu bentuk penghinaan terhadap pendidikan yang jelas-jelas menjunjung tinggi kejujuran. Dan fatalnya lagi kebohongan itu coba di tutupi oleh pihak yang berkepentingan dengan menggunakan Statistika...!!!! #$!%^*
Kalo nonton TV sekarang, lebih banyakan bohongnya daripada yang benernya....! coba tuh iklan-iklan terutama kosmetik yang mengklaim: "Jika anda menggunakan produk pemutih kulit ini maka dalam waktu 3 minggu, kulit anda akan semakin bertambah putih". Dari mana produk itu bisa mengklaim kalo dalam waktu 3 minggu pengguna produk itu bakalan putih, seandainya yang make itu masih sering berpanas-panas ditengah terik matahari ataupun emang udah dasar genetik kulit seseorang yang dasarnya udah item, gue yakin mau pake segalon atau se-drum pemutih itu juga gak bakalan putih... dasar jualan kok susah banget sih untuk jujur.... mungkin bisa jadi memang bener dalam 3 minggu bakal lebih putih, asal bilang dooong kalo syaratnya ini.... itu... de el el.... kenyataannya gak ada satupun produk yang ngasih kondisi persyaratan seperti itu....
Contoh yang umum dari iklan yang berbohong dengan menggunakan statistik itu biasanya menggunakan kata-kata yang setipe dengan kata-kata seperti: "5 dari 7 wanita menggunakan produk X" atau "7 dari 10 orang yang bebas ketombe menggunakan shampo Y". Dan gue sekarang emang jadi bingung, dari mana itu iklan bisa mendapatkan kesimpulan "sekian dari sekian orang menggunakan produk mereka". Dari mana mereka bisa dapet sampelnya?
Oh iya, beberapa hari yang lalu waktu pas gue naik angkot, nah si supir ini nyetel radio yang lagi ngebahas soal perselingkuhan. Radio ini mengatakan bahwa ada survey yang menyatakan bahwa 3 dari 5 lelaki beristri pernah melakukan selingkuh. Mau gak mau kerena disetel supir ya akhirnya gue dengerin juga tuh radio. Satu persatu penelpon masuk, dia bilang kalo dia pernah selingkuh sama tetangganya sendiri dimana penelpon ini udah punya istri begitupula dengan selingkuhannya yang udah punya suami. Pas ditanya sama penyiar, gimana reaksinya waktu pas ketemu selingkuhannya, katanya sih bisa-biasa aja paling saling senyum-senyuman.... kata penyiarnya "wah bener-bener metropolis nih...", lain lagi dengan penelpon selanjutnya yang ngakunya belum pernah selingkuh, tapi dia berpoligami. Penelpon itu bilang kalo dia memilih melakukan poligami, karena itu lebih baik dibanding dengan selingkuh yang menurut dia itu perbuatan pengecut. Karena gue dengernya gak dari awal jadi gue gak tau komentar penelpon lain yang masuk, cuma rata-rata yang ngaku pernah selingkuh bilang kalo istri mereka gak tau kalo mereka sudah pernah selingkuh. Nah diakhir kesempatan, si pembawa acara ini berkesimpulan bahwa hasil survey bahwa "3 dari 5 laki-laki menikahpernah berselingkuh" itu benar. Katanya penyiar itu dari 5 laki-laki yang nelpon, pas banget 3 yang nelpon ngaku pernah berselingkuh, dan 2 sisanya gak pernah selingkuh (tapi salah satunya mengaku berpoligami).
Meskipun mungkin aja hasil survey itu bener, tapi kok gue jadi penasaran sih gimana metode survey yang dilakukan. Karena hasil survey juga tidak menyebutkan informasi tambahan dari survey, seperti tempat tinggal apakah di kota/desa, apakah pekerjaannya eksekutif atau buruh, rumah tangganya harmonis/tidak?, dan sebagai-bagainya. Bukan apa-apa, meskipun misalnya itu memang benar, tapi gue masih gak yakin semua lapisan golongan disurvey... dan akan sangat berbahaya sekali menyimpulkan bahwa 3 dari 5 itu pernah berselingkuh tanpa memberitahu informasi penting lainnya karena bisa-bisa menyesatkan opini publik. Kalaupun ternyata dengan metode yang benar hasil survey ini valid, akhirnya gue hanya bisa memperingatkan kepada wanita beristri: "Waspadai suami anda, bisa jadi mereka adalah 3 dari 5 suami yang berselingkuh :)" dan juga kalo survey itu benar, mungkin gue masuk kategori 2 dari 5 lelaki yang tidak berselingkuh (atau belum berselingkuh?) hahahahaha... beneran gak boong :)
Kalo iklan lainnya, minyak goreng misalnya, kata adik gue lain lagi. Iklan minyak goreng suka ada yang ngaku bebas kolestrol, ya jelas emang bebas kolestrol soalnya minyak goreng kan dibuat dari tumbuh-tumbuhan yang memang (kata adik gue) jelas bebas kolestrol. Jadi iklan itu menonjolkan sesuatu yang sebenernya biasa... tapi disitulah gue tampaknya harus mengakui kehebatan departemen marketing dan biro iklan yang telah cukup berhasil "merayu" para penonton/pendengar/pembaca iklan minyak goreng itu!!!
Kadang iklan juga suka seneng gunain istilah yang aneh atau terkesan keren. Jaman gue kecil gue gak pernah denger yang namanya AA dan DHA di dalam Susu, tapi istilah ini sekarang sangat umum di gembar-gemborkan di iklan susu. Kenyataannya orang-orang yang jaman dulu yang gak mengenal istilah AA dan DHA tetep sehat-sehat dan perkembangannya baik-baik aja... Adalagi istilah Omega-9, apalagi tuh? tapi asli beneran lho kalo denger iklan-iklan yang pake istilah yang "tidak membumi" terkesan keren... dan akhirnya emang banyak juga ibu-ibu yang membelikan produknya itu gara-gara ke makan iklan diatas... Sekali lagi salut gue buat departemen marketing dan biro iklan....
Zaman sekarang ternyata kebohongan itu lebih canggih dari yang gue kira... :p
Kebohongan zaman sekarang memang berkembang mengikuti zaman... kalo jaman dulu biar orang-orang yang dibohongin yakin biasanya pake jimat, aji-ajian atau hal mistik lainnya, kalo sekarang untuk meyakinkan kebohongn di gunakan statistik, istilah-istilah aneh yang terkesan keren, berbagai permainan bahasa, dan hal-hal yang tidak terpikri oleh gue lainnya.... tapi motifnya tetep sama meraih keuntungan sebesar-besarnya bagi pihak yang berkepentingan (produsen?)... tanpa peduli efek bagi orang yang dikibulinnya (konsumen?) :(
biasanya ada *) angka % tersebut diambil dari 100 sample wanita Asia. Hasil untuk setiap orang akan bervariasi di iklan2 kosmetik loreal, lancome, gitu2 kok. Nggak mungkin lah mereka asal aja, kan ada lembaga seperti Nielsen yang mewadahi research & development kaya gitu
Yang jadi "sampel"nya tuh yg di pertanyakan,siapa tau aja survey membuktikan: 5 dari 7 wanita asia..bla..bla..tp yg 5 nya "sengaja" diilih yg mukanya bener2 kinclong, nah itu yg salah!