Ekspansi Wilayah
Thursday, October 14, 2004
Waktu pas ketemu artikel sejarah teritorial Amerika Serikat di Wikipedia (English), wah gue sempat agak terkagum-kagum dengan politik ekspansi pemimpin amerika saat itu, dari cuma 13 koloni hingga akhirnya menjadi suatu negara yang luasnya hampir setengah benua Amerika Utara. Kalo gak salah doktrin monroe ini juga yang menyebabkan Amerika Serikat memiliki teritorial yang cukup luas. Kalo gak salah doktrin monroe ini dicetuskan oleh presiden monroe yang idenya adalah tidak boleh ada kekuatan asing yang bercokol di belahan barat amerika (kalo gak salah lho). Pendirian negara Kanada kalo gak salah juga kerena ketakutan masyarakat kanada dengan politik ekspansinya Amerika Serikat. Wilayah-wilayah di utara Amerika Serikat ini menggabungkan diri menjadi negara Kanada karena khawatir juga wilayanya bakal di caplok sama Amerika Serikat....
Peta di bawah ini menurut gue termasuk keren :) sampe sekarang masih gue jadiin wallpaper di komputer gue.... (yaiy!) sayang icon/file di desktop komputer gue terlalu banyak jadi gak terlalu keliatan bagus deh wallpapernya :)
Coba jaman dulu belum ada tuh yang namanya masalah HAM, embargo, Dewan Keamanan, dll, makanya dengan enaknya amerika bisa aneksasi ("mencaplok") Texas dan California. Selain itu juga memaksa Spanyol untuk menyerahkan wilayah Florida tahun 1819. Spanyol saat itu sebenernya gak mau ngasih, cuma berhubung jajahannya di Amerika Selatan lagi pada berontak mau merdeka, mau gak mau deh Spanyol terpaksa ngasih Florida ke Amerika, soalnya kalo enggak ngasih pasti bakalan perang dan yang pada akhirnya bakalan bikin Spanyol "bonyok" perang di berbagai front, dengan Pemberontak di Amerika Selatan sama dengan Amerika Serikat... Lagian Amerika Serikat juga ngasih duit kompensasi kok buat Spanyol ya... lumayan itung-itung buat bayar ongkos perang dengan pemberontak di Amerika Selatan.
Pokoknya kalo dari dulu ekspansi-ekspansi wilayah lebih enak, soalnya gak ada tuh yang namanya embargo-embargo dari negara lain. Tapi kalo dipikir Indonesia juga sama sih. Sejak diakui kedaulatannya oleh Dunia setelah Konfresi Meja Bundar 27 Desember 1949 sebenarnya yang disebut Republik Indonesia itu cuma Pulau Jawa dan sebagian Pulau Sumatra, yang lainnya seperti Kalimantan jadi negeri sendiri, Sulawesi & Maluku jadi bagian dari Negara Indonesia Timur (NIT). Konsolidasi orang-orang republik, terhadap negara-negara "boneka" Belanda ini ternyata dapat menjadikan mereka mau bergabung dengan Republik Indonesia. Beberapa memang menolak seperti Maluku Selatan mereka mendirikan Republik Maluku Selatan (RMS). Yang jelas Belanda merasa kecolongan, gak nyangka negara-negara boneka kok mau gabung ke Republik Indonesia.
Gue kayaknya yakin banget... kalo saja mereka tau masa depan mereka dengan Republik Indonesia bakal susah, mereka pasti gak mau deh jadi bagian Republik Indonesia.... dasar Republik Indonesia nasibmu... gue rasa, Belanda aja yakin kalo Indonesia sebenernya masih belum siap merdeka disamping emang masih pengen menikmati hasil bumi Indonesia... Beda banget dengan Inggris, mereka mendidik masyarakat yang dijajahnya sampai akhirnya siap merdeka. Contohnya Malay sama Singapur, merdekanya belakangan, tapi akhirnya sekarang ternyata kedua negara itu jauuuuuuuuh lebih maju dari Indonesia.
Meskipun ada beberapa ketidaksetujuan negara-negara "boneka" belanda dengan bergabung dengan RI, ternyata tentara-tentara RI lebih mampu mengatasi masalah itu. Itung yang namanya pemberontakan dari pemberontakan PKI/FDR di Madiun 1948, PRRI, Permesta, RMS, DI/TII semuanya usaha "pemberontakan" mereka gagal... habis semua di tumpas sama tentara-tentara yang notabene dikirim dari pulau jawa (meskipun tidak semuanya orang jawa).
Operasi pengerahan Angkatan Bersenjata RI terbesar kalo gak salah adalah operasi Trikora, yaitu merebut Irian Barat dari Belanda. Soal perebutan, dimata gue sih bisa dibilang kontroversial, karena ternyata gue pernah liat foto suatu buku yang menggambarkan orang-orang protes keterlibatan Indonesia dalam masalah "invasi" ke Papua, ya mungkin mirip dengan protes rakyat AS atas invasi negaranya ke Irak kali. Belanda saat itu juga memang gak siap untuk mempertahankan Irian Barat atau Papua dari "serangan" TNI.
Nah... soal klaim-klaim ini pada akhirnya kalo menurut gue sih jadi soal yang relatif, Pemerintahan RI merasa berhak mendapatkan Papua karena pemerintah Indonesia menganggap sebagai penerus kekuasaan Hindia Belanda, sedangkan Belanda juga berargumen bahwa Papua juga masih miliknya. Tapi ternyata akhirnya Belanda harus takluk pada keinginan Indonesia. Gimana gak mau takluk tentara yang dikirimnya banyak banget, bahkan konon katanya operasi pendaratan pasukan amphibi ke Papua merupakan operasi terbesar yang pernah dilakukan oleh TNI-AL (dulu ALRI), paling gak bisa sampai sekitar seratus kapal laut milik ALRI dikerahkan, dimana sekarang ini jumlah kapal yang dimiliki TNI-AL tidak sebanyak itu (kemunduran lah...) :(
Konon akhirnya PBB (dan Amerika) memutuskan untuk mengadakan jejak pendapat, dan akhirnya memang hasilnya adalah papua masuk ke wilayah Indonesia. Nah ada yang menarik, gue pernah baca kenapa orang papua sekarang ini ada yang menggugat balik soal jejak pendapat, karena ternyata orang-orang yang dipilih untuk menentukan pendapat adalah orang-orang yang pro ke RI. Di sisi lain sebagian orang Papua merasa sudah diberi kemerdekaan oleh Belanda tahun 1961, sehingga jelas masuknya tentara RI ke Irian Barat dengan operasi Trikoranya adalah suatu invasi terhadap suatu negara yang merdeka. Dari sini gue akhirnya maklum, kenapa ada yang namanya Gerakan Papua Merdeka, disamping memang ketidakadilan pemerintah RI terhadap Papua juga memiliki andil yang cukup besar terhadap gerakan ini.
Kadang gue berfikir, sebenarnya kecendrungan standar ganda itu selalu ada di setiap negara atau manusia. Kalo mau nurut dengan bunyi pembukaan UUD 45 yang menyatakan kemerdekaan ialah hak segala bangsa, maka sudah menjadi hak warga papua juga untuk mendapatkan kemerdekaan. Begitupula dengan Declaration of Independence yang dimiliki oleh Amerika Serikat, pada kenyataannya mereka (Pemerintah Amerika Serikat) memasung kemerdekaan Suku Indian (Native American) untuk menguasai wilayah yang jelas-jelas sudah mereka tinggali sebelum berdirinya Amerika Serikat. Belum lagi soal perbudakan yang menyalahi isi dari Declaration of Independence, atau soal hak demokrasi wanita, yang ironisnya baru diberikan pada akhir abad ke-19 (kalo gak salah).
Soal Ekspansi Wilayah suatu negara, gue masih bingung sebenernya kalo disuruh milih pro atau kontra, susah juga ya. Kalo kontra jelas gue harusnya gak setuju dengan "invasi" Indonesia kenyataannya gue juga seneng kalo Papua itu masuk bagian RI disamping gue juga gak rela kalo sampai papua memisahkan RI. Tapi disisi lain gue juga sedih kalo denger nasibnya orang-orang Indian yang akhirnya harus tersingkir oleh pendatang dari Eropa.
Meskipun gitu, kalo ternyata ekspansi wilayah itu mampu menguntungkan kedua belah pihak antara pemerintah dengan penduduk wilayah itu gue rasa sih malah bagus. Contoh yang terbaru setelah era otonomi adalah keinginan sebagian warga kota Tangerang yang ingin masuk ke Provinsi DKI, bukan ke provinsi Banten. Orang Tangerang (baik warga atau Pemdanya) merasa lebih menguntungkan masuk DKI karena mereka merasa akan mendapatkan imbal balik antara Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang harus diserahkan ke Provinsi DKI dengan timbal balik (pembangunan?) yang akan diberikan oleh Pemerintah DKI bisa sebanding. Orang Tangerang merasa jika masuk Banten, PAD yang disetorkan tidak sebanding dengan timbal balik yang dilakukan oleh Provinsi Banten ke kota Tangerang, hal ini bisa terjadi karena, harus diakui Tangerang merupakan kota yang memiliki PAD yang relatif lebih tinggi dibanding kota-kota yang berada di Provinsi Banten, sehingga PAD yang di setorkan Tangerang akan menjadi subsidi bagi kota-kota lainnya dan otomatis timbal balik Pemerintah Banten ke Tangerang jadi lebih kecil, tidak sesuai dengan yang diharapkan orang Tangerang.
Contoh lainnya adalah soal pembentukan provinsi Kepulauan Riau. Pulau Natuna, yang letaknya lebih dekat antara Semenanjung Malaya dengan pulau Kalimantan lebih memilih bergabung dengan provinsi Riau (daratan) ketimbang Riau Kepulauan, karena mereka berpendapat kalo mereka gabung dengan kepulauan Riau, PAD mereka akan banyak diambil oleh provinsi Kepulauan Riau, sedang kontribusi balik yang mereka dapatkan akan sedikit lebih sedikit, hal ini bisa dimaklumi karena pulau Natuna adalah kepulauan yang memiliki sumber daya alam yang cukup kaya seperti gas bumi dan minyak bumi akan diharpakan sebagai daerah andalan ekonomi provinsi kepulauan riau. Lain halnya apabila mereka bergabung dengan provinsi Riau (daratan) mereka akan mendapatkan timbal balik yang seimbang, mereka menyumbang gas dan minyak bumi dan dari provinsi Riau (daratan) mereka akan mendapatkan hasil alam lainnya termasuk minyak dari kelapa sawit yang banyak tumbuh di Provinsi Riau.
Jadi soal ekspasi wilayah.... gue lebih cendrung kalo masyarakat yang mendiami wilayah dengan pemerintah baru (pemilik baru?) yang akan memasukan wilayah tersebut memiliki hubungan yang saling menguntungkan. Repotnya biasanya pemerintah yang lama (pemilik lama) tidak akan ikhlas untuk memberikan wilayahnya ke pemerintah yang baru.... jadi akhirnya sejarah akan terulang lagi, peparangan dan akhirnya masyarakat yang mendiami wilayahlah yang akan dirugikan
Peta di bawah ini menurut gue termasuk keren :) sampe sekarang masih gue jadiin wallpaper di komputer gue.... (yaiy!) sayang icon/file di desktop komputer gue terlalu banyak jadi gak terlalu keliatan bagus deh wallpapernya :)
Coba jaman dulu belum ada tuh yang namanya masalah HAM, embargo, Dewan Keamanan, dll, makanya dengan enaknya amerika bisa aneksasi ("mencaplok") Texas dan California. Selain itu juga memaksa Spanyol untuk menyerahkan wilayah Florida tahun 1819. Spanyol saat itu sebenernya gak mau ngasih, cuma berhubung jajahannya di Amerika Selatan lagi pada berontak mau merdeka, mau gak mau deh Spanyol terpaksa ngasih Florida ke Amerika, soalnya kalo enggak ngasih pasti bakalan perang dan yang pada akhirnya bakalan bikin Spanyol "bonyok" perang di berbagai front, dengan Pemberontak di Amerika Selatan sama dengan Amerika Serikat... Lagian Amerika Serikat juga ngasih duit kompensasi kok buat Spanyol ya... lumayan itung-itung buat bayar ongkos perang dengan pemberontak di Amerika Selatan.
Pokoknya kalo dari dulu ekspansi-ekspansi wilayah lebih enak, soalnya gak ada tuh yang namanya embargo-embargo dari negara lain. Tapi kalo dipikir Indonesia juga sama sih. Sejak diakui kedaulatannya oleh Dunia setelah Konfresi Meja Bundar 27 Desember 1949 sebenarnya yang disebut Republik Indonesia itu cuma Pulau Jawa dan sebagian Pulau Sumatra, yang lainnya seperti Kalimantan jadi negeri sendiri, Sulawesi & Maluku jadi bagian dari Negara Indonesia Timur (NIT). Konsolidasi orang-orang republik, terhadap negara-negara "boneka" Belanda ini ternyata dapat menjadikan mereka mau bergabung dengan Republik Indonesia. Beberapa memang menolak seperti Maluku Selatan mereka mendirikan Republik Maluku Selatan (RMS). Yang jelas Belanda merasa kecolongan, gak nyangka negara-negara boneka kok mau gabung ke Republik Indonesia.
Gue kayaknya yakin banget... kalo saja mereka tau masa depan mereka dengan Republik Indonesia bakal susah, mereka pasti gak mau deh jadi bagian Republik Indonesia.... dasar Republik Indonesia nasibmu... gue rasa, Belanda aja yakin kalo Indonesia sebenernya masih belum siap merdeka disamping emang masih pengen menikmati hasil bumi Indonesia... Beda banget dengan Inggris, mereka mendidik masyarakat yang dijajahnya sampai akhirnya siap merdeka. Contohnya Malay sama Singapur, merdekanya belakangan, tapi akhirnya sekarang ternyata kedua negara itu jauuuuuuuuh lebih maju dari Indonesia.
Meskipun ada beberapa ketidaksetujuan negara-negara "boneka" belanda dengan bergabung dengan RI, ternyata tentara-tentara RI lebih mampu mengatasi masalah itu. Itung yang namanya pemberontakan dari pemberontakan PKI/FDR di Madiun 1948, PRRI, Permesta, RMS, DI/TII semuanya usaha "pemberontakan" mereka gagal... habis semua di tumpas sama tentara-tentara yang notabene dikirim dari pulau jawa (meskipun tidak semuanya orang jawa).
Operasi pengerahan Angkatan Bersenjata RI terbesar kalo gak salah adalah operasi Trikora, yaitu merebut Irian Barat dari Belanda. Soal perebutan, dimata gue sih bisa dibilang kontroversial, karena ternyata gue pernah liat foto suatu buku yang menggambarkan orang-orang protes keterlibatan Indonesia dalam masalah "invasi" ke Papua, ya mungkin mirip dengan protes rakyat AS atas invasi negaranya ke Irak kali. Belanda saat itu juga memang gak siap untuk mempertahankan Irian Barat atau Papua dari "serangan" TNI.
Nah... soal klaim-klaim ini pada akhirnya kalo menurut gue sih jadi soal yang relatif, Pemerintahan RI merasa berhak mendapatkan Papua karena pemerintah Indonesia menganggap sebagai penerus kekuasaan Hindia Belanda, sedangkan Belanda juga berargumen bahwa Papua juga masih miliknya. Tapi ternyata akhirnya Belanda harus takluk pada keinginan Indonesia. Gimana gak mau takluk tentara yang dikirimnya banyak banget, bahkan konon katanya operasi pendaratan pasukan amphibi ke Papua merupakan operasi terbesar yang pernah dilakukan oleh TNI-AL (dulu ALRI), paling gak bisa sampai sekitar seratus kapal laut milik ALRI dikerahkan, dimana sekarang ini jumlah kapal yang dimiliki TNI-AL tidak sebanyak itu (kemunduran lah...) :(
Konon akhirnya PBB (dan Amerika) memutuskan untuk mengadakan jejak pendapat, dan akhirnya memang hasilnya adalah papua masuk ke wilayah Indonesia. Nah ada yang menarik, gue pernah baca kenapa orang papua sekarang ini ada yang menggugat balik soal jejak pendapat, karena ternyata orang-orang yang dipilih untuk menentukan pendapat adalah orang-orang yang pro ke RI. Di sisi lain sebagian orang Papua merasa sudah diberi kemerdekaan oleh Belanda tahun 1961, sehingga jelas masuknya tentara RI ke Irian Barat dengan operasi Trikoranya adalah suatu invasi terhadap suatu negara yang merdeka. Dari sini gue akhirnya maklum, kenapa ada yang namanya Gerakan Papua Merdeka, disamping memang ketidakadilan pemerintah RI terhadap Papua juga memiliki andil yang cukup besar terhadap gerakan ini.
Kadang gue berfikir, sebenarnya kecendrungan standar ganda itu selalu ada di setiap negara atau manusia. Kalo mau nurut dengan bunyi pembukaan UUD 45 yang menyatakan kemerdekaan ialah hak segala bangsa, maka sudah menjadi hak warga papua juga untuk mendapatkan kemerdekaan. Begitupula dengan Declaration of Independence yang dimiliki oleh Amerika Serikat, pada kenyataannya mereka (Pemerintah Amerika Serikat) memasung kemerdekaan Suku Indian (Native American) untuk menguasai wilayah yang jelas-jelas sudah mereka tinggali sebelum berdirinya Amerika Serikat. Belum lagi soal perbudakan yang menyalahi isi dari Declaration of Independence, atau soal hak demokrasi wanita, yang ironisnya baru diberikan pada akhir abad ke-19 (kalo gak salah).
Soal Ekspansi Wilayah suatu negara, gue masih bingung sebenernya kalo disuruh milih pro atau kontra, susah juga ya. Kalo kontra jelas gue harusnya gak setuju dengan "invasi" Indonesia kenyataannya gue juga seneng kalo Papua itu masuk bagian RI disamping gue juga gak rela kalo sampai papua memisahkan RI. Tapi disisi lain gue juga sedih kalo denger nasibnya orang-orang Indian yang akhirnya harus tersingkir oleh pendatang dari Eropa.
Meskipun gitu, kalo ternyata ekspansi wilayah itu mampu menguntungkan kedua belah pihak antara pemerintah dengan penduduk wilayah itu gue rasa sih malah bagus. Contoh yang terbaru setelah era otonomi adalah keinginan sebagian warga kota Tangerang yang ingin masuk ke Provinsi DKI, bukan ke provinsi Banten. Orang Tangerang (baik warga atau Pemdanya) merasa lebih menguntungkan masuk DKI karena mereka merasa akan mendapatkan imbal balik antara Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang harus diserahkan ke Provinsi DKI dengan timbal balik (pembangunan?) yang akan diberikan oleh Pemerintah DKI bisa sebanding. Orang Tangerang merasa jika masuk Banten, PAD yang disetorkan tidak sebanding dengan timbal balik yang dilakukan oleh Provinsi Banten ke kota Tangerang, hal ini bisa terjadi karena, harus diakui Tangerang merupakan kota yang memiliki PAD yang relatif lebih tinggi dibanding kota-kota yang berada di Provinsi Banten, sehingga PAD yang di setorkan Tangerang akan menjadi subsidi bagi kota-kota lainnya dan otomatis timbal balik Pemerintah Banten ke Tangerang jadi lebih kecil, tidak sesuai dengan yang diharapkan orang Tangerang.
Contoh lainnya adalah soal pembentukan provinsi Kepulauan Riau. Pulau Natuna, yang letaknya lebih dekat antara Semenanjung Malaya dengan pulau Kalimantan lebih memilih bergabung dengan provinsi Riau (daratan) ketimbang Riau Kepulauan, karena mereka berpendapat kalo mereka gabung dengan kepulauan Riau, PAD mereka akan banyak diambil oleh provinsi Kepulauan Riau, sedang kontribusi balik yang mereka dapatkan akan sedikit lebih sedikit, hal ini bisa dimaklumi karena pulau Natuna adalah kepulauan yang memiliki sumber daya alam yang cukup kaya seperti gas bumi dan minyak bumi akan diharpakan sebagai daerah andalan ekonomi provinsi kepulauan riau. Lain halnya apabila mereka bergabung dengan provinsi Riau (daratan) mereka akan mendapatkan timbal balik yang seimbang, mereka menyumbang gas dan minyak bumi dan dari provinsi Riau (daratan) mereka akan mendapatkan hasil alam lainnya termasuk minyak dari kelapa sawit yang banyak tumbuh di Provinsi Riau.
Jadi soal ekspasi wilayah.... gue lebih cendrung kalo masyarakat yang mendiami wilayah dengan pemerintah baru (pemilik baru?) yang akan memasukan wilayah tersebut memiliki hubungan yang saling menguntungkan. Repotnya biasanya pemerintah yang lama (pemilik lama) tidak akan ikhlas untuk memberikan wilayahnya ke pemerintah yang baru.... jadi akhirnya sejarah akan terulang lagi, peparangan dan akhirnya masyarakat yang mendiami wilayahlah yang akan dirugikan
0 Comments: