Naming Is Serious Business

 Friday, July 15, 2005

Kebetulan lagi baca bagian Chapter 3 "Establish Consistent Terminology" dari ebook berjudul "Developing user interfaces for Microsoft Windows" yang isinya:

Naming Is Serious Business

It is important to understand that naming is serious business. You should avoid using joke names or any other kind of name that you wouldn't want the outside world to see, even temporarily. If your product is successful, those "temporary" names might be around for years and might be extremely difficult to change later on. For example, there are many "undocumented" Windows APIs that have unfortunate names, such as Death, Resurrection, TabTheTextOutForWimps, PrestoChangoSelector, BozoLivesHere, and various Bear and Bunny APIs. I'm sure these names have stuck around far longer than their originators expected. Avoid the temptation to use joke names, and use your creativity elsewhere.

TIP
Avoid choosing joke names.


Agree dengan tulisan dari si penulis, emang urusan nama bukan urusan main-main, tapi ada sedikit ironi dari buku ini yang menuliskan tentang pentingnya user interface, buku ini sendiri dari judul covernya sepertinya tidak memahami pentingnya user interface (setidaknya menurut gue lhooo), coba liat tata letak typhografi dari cover judul buku disamping, gue waktu baca bukannya "... for Microsoft Windows" tapi "... Microsoft for Windows" :p

Ngomongin soal 'naming' atau penamaan jadi teringat dengan kerjaan yang emang berhubungan dengan nama variabel. Nama variabel itu harus unik dan idealnya juga informatif, gue jadi inget jaman kuliah dulu ada temen satu kelompok dengan gue yang ngasih nama variabelnya "jumtung" untuk variabel "Jumlah Tunggakan"... ya elah panjangin dikit jadi "jumlah_tunggakan" atau "jumlahTunggakan" kok males banget sih, padahalkan bisa bikin orang lain yang baca kode lebih enak mempelajari kodingannya (yayaya emang lebih panjang sih! tapi kan lebih informatif!), tapi ya paling gak masih gak parah banget-banget lah. Waktu itu gue sempet rada ngamuk ama temen gue... tapi dia cuek aja, ya udah lah terpaksa juga ngikut cara dia habis udah kebanyakana yang dah dia kerjain, jadi kalo ganti nama entar malah bikin error yang udah bisa jalan.

Tapi untunglah temen satu kelompok gue masih mending ngasih nama variabelnya gak jauh-jauh dari singkatannya, eh ada yang ngasih nama nama-nama organ tubuh manusia model-model "paha1, paha2, dada1, dada2" hehehe (masih gak da loe bikin variabel model gini? :p) tapi itu masih agak mendingan, kalo temen gue yang lain mungkin lagi stress waktu pas kodingan bikin nama variabelnya gak jauh-jauh dari kata-kata slang untuk organ atau aktifitas reproduksi. Setelah programnya jadi baru nyadar ternyata nama variabel yang mengandung unsur '17 tahun keatas' belum sempat diganti, padahal tugas udah kepalang dikirim, terpaksa temen gue minta maaf ke sang dosen kalo nama variabelnya sangat eksplisit :) *masih gak ya dia hobi namain variabel kayak gini?*

Kalo gitu emang perlu dipertanyakan tuh omongannya si Shakespeere (speell?) yang katanya pernah bilang "Apalah arti sebuah nama?" ternyata nama itu penting. Setiap nama umumnya memiliki konotasi tertentu bagi setiap orang. Mungkin juga karena memiliki konotasi yang berbeda, banyak orang-orang Indonesia yang kata suatu koran memiliki kecendrungannya semakin malu untuk menggunakan nama "lokal". Katanya di Jawa sudah semakin berkurang orang tua yang memberikan nama anaknya "Joko", atau nama yang dimulai dengan "Su..." spt "Suharto", "Suyudi", "Suparman" dll diganti dengan nama eropa model2 Steve, George, John, dll (yah kira2 begitulah). Gue sih gak ambil pusing orang mau kasih nama kayak gimana, cuma mungkin (IMHO) nama-nama eropa konotasinya lebih keren daripada nama lokal, maklum orang eropa (atau barat) saat ini kesejahteraannya relatif lebih baik dari orang-orang disini.

Gue menduga kalo ada calon orang tua mau kasih nama disuruh pilih mau kasih nama "Olivia" atau "Zaitun" (dua nama tsb adalah nama pohon, keduanya memiliki arti yang sama) pasti mending kasih nama Olivia, keliatannya lebih keren dari pada Zaitun, sebab kalo nanti dipanggil nama panggilannya jadi "Atun", kalo Olivia kan jadi Oliv :) hahaha ya gak papalah salahkan diri sendiri kenapa orang lokal (kita2?) gak jadi negara maju seperti negara lain sampe akhirnya kita jadi memiliki perasaan inferior complex memandang rendah budaya sendiri (ya...ya...ya... gue tau nama zaitun memang bukan asli Indonesia!) sampe nama lokal memiliki konotasi yang lebih rendah daripada nama dari negara yang lebih maju padahal artinya sama.... (kok jadi nyambung dengan nama orang ya?)

Konon katanya suatu produsen mobil pernah membuat suatu merek, dan di ekspor ke suatu negara, celakanya di negara itu nama merek yang ditawarkan ternyata memiliki konotasi yang kurang OK, kalo gak salah nama merek mobil itu kalo di bahasa lokal berarti "kambing gendut" akhirnya pejualan mobil itu kurang memuaskan... sayang kan produk bagus kalo namanya gak OK? Konon pendiri perusahaan Sony katanya sampe bulak-balik baca kamus berkali-kali sampe bisa memutuskan untuk menggunakan nama Sony... jadi mungkin bener "Naming is Serious Business"

0 Comments: