Energi Masa Depan

 Monday, May 02, 2005

Waktu itu sekitar bulan maret atau april tahun 2003, gue ngobrol dengan temen gue soal invasi Amerika ke Irak (Amerika lebih suka menyebut operasinya "Pembebeasan Irak"). Waktu itu ada spekulasi bahwa tujuan utamanya AS kesana bukan untuk menggulingkan si Saddam tapi untuk bisa dapetin minyak bumi, salah satu sumber energi utama manusia modern saat ini (setidaknya menurut gue :p). Lebih-lebih katanya ada perusahaan minyak asal AS yang ikut patungan membiayai perang ini.

Energi, itulah yang dibutuhkan yang semakin di perlukan manusia saat ini. Diantara energi yang ada, Energi yang berasal dari minyak bumi adalah salah satu yang sangat dibutuhkan saat ini. Bahkan energi listrik yang sangat dibutuhkan manusia, secara tidak langsung (ada) yang membutuhkan minyak untuk dapat menggerakan turbin-turbin pembangkit listrik. Begitu vitalnya minyak bumi sampe-sampe gue gak bisa ngebayangin bagaimana rasanya hidup manusia modern tanpa kehadiran minyak bumi.

Sebagai negara yang menkonsumsi minyak terbesar di dunia (konsumsinya sekitar 19,7 juta barel/hari menurut nationmaster.com), wajar kalo amerika begitu niat menyerang irak, soalnya cadangan minyak disana masih sangat besar. Tanpa makanan yang merupakan sumber energi manusia, manusia bisa mati. Tanpa sumber energi maka industri-industri pun bisa berhenti berproduksi, jika industri tidak berproduksi maka akan ada pengurangan karyawan, jika ada pengurangan karyawan berarti akan ada lebih banyak pengangguran. Jika pengangguran semakin banyak maka resiko timbulnya keresahan ataupun kejahatan akan semakin meningkat, pada akhirnya kebudayaan manusia semakin mundur. Ketika ada ketegangan antara negara arab-israel terjadi pada tahun 70-an, negara arab melakukan boikot pada dunia barat dengan tidak menjual minyak mereka, akibatnya di amerika minyak menjadi langka, harganya membumbung tinggi, mobil tidak dapat dipakai karena ketiadaan bahan bakar, sebagian pabrik berhenti berproduksi akibat kelangkaan minyak. Akibat kejadian itu manusia semakin sadar bahwa ternyata minyak telah menjadi kebutuhan yang sangat vital bagi umat manusia. Harga minyak membumbung tinggi, dan karena itu pula produsen minyak seperti Indonesia dengan Pertamina-nya ketiban untung besar, soalnya negara-negara itu (Amerika dkk) jadi membeli minyak dari negara yang gak boikot jual minyak seperti Indonesia. Akibat kelangkaan minyak bumi itu pemerintah amerika serikat perlu mendirikan departemen baru yaitu departemen energi di tahun 70-an.

Gue ngomong ke temen ngobrol gue waktu itu, kalo gue ngebayangin kesejahteraan manusia akan mengalami kemunduran ketika minyak bumi habis dari muka bumi. Sebagian sarana transportasi saat ini sangat bergantung pada minyak bumi. Mobil butuh bensin, Truk, Bis, Kapal Laut butuh solar, Pesawat terbang butuh avtur, belum lagi pabrik-pabrik yang juga tidak sedikit membutuhkan bahan-bahan dari minyak. Selain untuk bahan bakar, konon katanya bahan polimer yang dihasilkan oleh pabrik-pabrik kimia juga membutuhkan hasil olahan dari minyak bumi.

Bayangkan manusia harus kembali harus hidup seperti di abad 19, dimana untuk pergi ke satu tempat ketempat lain harus kembali naik kendaraan bertenaga kuda, sapi, onta atau tenaga hewan lainnya karena tidak ada lagi minyak yang bisa di dapat untuk menghidupkan mesin mobil, bis, truk, kapal laut, pesawat terbang dll. Boleh jadi taraf kesejahteraan manusia bisa turun lagi seperti abad sebelumnya. Orang di gunung tidak bisa lagi merasakan segarnya ikan laut, karena sebelum sampai di gunung ikannya sudah busuk dulu akibat terlalu lamanya perjalanan dari laut ke gunung. Orang di kota tidak bisa merasakan segarnya sayur-sayuran akibat sayur itu sudah layu sebelum sampai di pasar akibat lamanya waktu tempuh desa ke kota.

Para pebisnis yang biasa bolak balik dari satu kota ke kota yang berjauhan (seperti dari jakarta ke new york) membutuhkan waktu beberapa puluh jam mungkin akan kembali seperti abad sebelumnya yaitu membutuhkan waktu berbulan-bulan, karena tidak ada pesawat terbang yang bisa beroperasi akibat ketiadaan bahan bakar, pun kapal laut tidak bisa lebih cepat karena mesinnya tidak bisa dijalankan akibat ketiadaan minyak, akhirnya terpaksa kembali menggunakan perahu layar seperti yang dilakukan oleh manusia jaman jebot. Orang naik haji gak bisa pergi cuma sebulan seperti sekarang tapi musti berbulan-bulan kayak jaman dulu...

Batu bara mungkin jumlahnya masih mencukupi, tapi mungkin gak seefisien, seefektif, dan sepraktis bensin atau solar. Kereta api uap jaman dulu butuh batu bara dan tentu saja air yang akan didihkan agar uap yang dihasilkan dapat menggerakan roda kereta. Gak bisa ngebayangin kalo nanti mobil harus pake bahan bakar batu bara, bakal segede apa ukuran mobil itu. Mungkin jika saat itu terjadi, maka Kereta Api akan kembali mengalami masa jayanya seperti di abad ke-19.

Yah seperti itu bayangan gue kalo suatu saat nanti tidak ada lagi minyak bumi yang tersisa untuk manusia. Tapi spekulasi gue ini ditentang oleh temen gue, dia bilang gak mungkin manusia akan seperti itu, pasti manusia akan menemukan sumber energi pengganti minyak sebelum sumber energi itu punah. Temen gue bilang, "Lihat kebudayaan manusia dalam abad 20 ini!, begitu banyak sekali penemuan-penemuan baru dibanding abad-abad sebelumnya dengan rentang waktu yang sama". Semoga temen gue itu benar, karena sampe sekarang rasanya belum ada hasil penelitian akan energi alternatif yang cukup praktis, efektif dan seefisien minyak bumi.

Energi nuklir sepertinya memang akan menjadi andalan manusia masa depan, di Amerika Serikat saja ada sekitar 104 pembangkit nuklir. Energi yang dihasilkan sangat menakjubkan, dengan bahan yang hanya relatif sedikit saja bisa untuk menghasilkan energi listrik yang bisa menghidupi lebih dari satu kota untuk jangka waktu yang juga relatif lama. Kapal Selam Nuklir Amerika Serikat hanya perlu pengisian bahan bakar sekali setahun, benar-benar luar biasa hemat kan?.

Cuma emang nuklir punya kelemahan, jika tidak hati-hati mungkin peristiwa yang terjadi tanggal 26 April 1987 bisa terulang dimana Reaktor Nuklir Chernobyl-4 meledak, dan limbah radio aktfinya masih terasa sampai radius beberapa km, menjadikan kota Chernobyl menjadi kota mati sampe sekarang.

Meski ada resiko, namun tidak sedikit negara yang semakin berminat mendirikan "Nuclear Power Plant", termasuk Indonesia. Katanya Indonesia mulai bersiap-siap membangunnya di sekitar Gunung Muria (CMIIW). Sebenernya udah dari jaman mbah harto masih kuasa gue udah sempat denger berita ini, cuma kenapa gak jadi-jadi juga sampe sekarang gue gak ngerti. Katanya ada yang bilang masyarakat gak pada setuju, takut kalo entar kena limbah radio aktif. Emang wajar sih ketakutan itu, gue juga gak mau kalo reaktor nuklir di bangun di deket tempat tinggal gue. Cuma kalo terus-terusan berpatokan sama alasan itu, bisa-bisa indonesia gak maju-maju karena nuklir adalah energi masa depan, lebih-lebih di masa depan kebutuhan energi manusia Indonesia akan semakin meningkat. Mengandalkan tenaga air terbukti tidak benar-benar aman, di musim panas tahun lalu di Sumatra Barat ada berita tentang pemadaman listrik bergilir, karena listrik yang ada tidak cukup tersedia bagi seluruh warga disektarnya, hal ini disebabkan debit air di bendungan menurun akibat kemarau sehingga otomatis produksi listrik menjadi ikut berkurang.

Dengan tenaga nuklir, mungkin hal seperti itu tidak perlu terjadi karena nuklir relatif irit. Dengan jumlah bahan bakar yang relatif sedikit (biasanya sih Uranium) energi listrik yang dihasilkan cukup besar dan pengisian bahan bakar tidak perlu sering dilakukan seperti pembangkit listrik tenaga diesel. Kelemahannya rektor nuklir selain limbah radio aktif ini mungkin ukurannya yang besar, sehingga kalo mau membuat reaktor nuklir untuk menggerakkan mesin kendaraan seperti mobil atau pesawat kayaknya belum bisa deh *kegedean & berat kali ya...*

Kebetulan gue baru baca berita di kompas soal reaktor mini penghasil fusi nuklir, dan karena berita itulah alasan gue nulis blog ini. Nah kalo ini berhasil terwujud tentu berita baik bagi masa depan manusia. Kalo bener suatu saat manusia bisa menciptakan reaktor nuklir yang kecil dan semakin kecil sampai bisa dijadikan sumber penggerak kendaraan seperti mobil atau pesawat tentu ini akan menjadi kabar yang sangat baik. Lebih-lebih jika prosesnya adalah proses Fusi tentu itu lebih baik bagi lingkungan.

Fisika adalah salah satu pelajaran dari sekian banyak pelajaran yang sangat tidak gue sukai & tidak gue mengerti :), kalo fisika masih sebatas rumus F=ma, mungkin masih agak ngerti, tapi kalo udah menyangkut fisika termodinamika, quantum, atau nuklir wah gue mah gak kebayang sama sekali. Dulu gue aja bingung bedaain reaksi Fisi dengan Fusi, baru pas gue tau ada aliran musik Fusion yang merupakan penggabungan gaya musik Jazz dengan Rock, Funk, dll baru deh gue bisa bedain arti Fisi & Fusi. Reaksi Fisi itu katanya sih memecah atom (biasanya uranium) dengan neutron, ketika neutron berhasil memecah atom maka akan keluar energi yang sangat besar + limbah radio aktif. Kalo Reaksi Fusi biasanya 2 atom hidrogen di gabungkan yang akan menghasilkan energi yang cukup besar (meski tidak sebesar reaksi Fisi) + netron dan gabungan atom Hidrogen yang menjadi Helium. Kabar baik dari reaksi Fusi adalah relatif tidak adanya limbah radio aktif sehingga lebih ramah lingkungan dan jumlah Hidrogen yang sangat banyak, sehingga manusia tidak perlu khawatir akan kehabisan sumber energi ini.

Kapan yah rektor Fusi Nuklir yang kecil benar-benar terwujud dan dapat secara praktis bisa digunakan? Semoga sebelum minyak bumi punah dari muka bumi Reaktor Fusi mini ini sudah berhasil di ciptakan. Kalo manusia bisa menciptakan pembangkit energi seperti yang ada di Kendaraan Mesin Waktu ciptaan Doc Brown dalam Film Back to The Future, tentu akan lebih menyenangkan lagi. Cukup masukan aneka sampah kedalam tabung dan maka kendaraan itu tidak perlu lagi ngantri ke SPBU cukup pungut sampah di jalan-jalan, hemat dan sangat ramah lingkungan :)
External Link: http://www.kompas.co.id/teknologi/news/0504/29/190536.htm

0 Comments: