Orang Tua
Tuesday, January 18, 2005
Masih terbayang dengan jelas wajah tua yang tergolek lemah didalam pembaringannya. Ekspresinya cukup jelas menyiratkan bagaimana rasa sakit telah membuatnya cukup menderita. Setelah bertahun-tahun tak pernah menginjakkan kaki kedalam rumah sakit, baru kali ini lagi aku merasakan kembali suasana khas rumah sakit, aroma karbol, obat-obatan, keluarga penunggu pasien yang sering tidur seadanya di sekitar ruang pasien, dan yang pasti tempat yang dipenuhi orang-orang sakit. Suasana itu membuatku merasa tidak bergairah untuk menjalankan hidup. Serasa energi negatif telah menyeruak masuk kedalam tubuhku membuatku semakin membenci rumah sakit.
Orang tua yang terbaring dengan lemah itu adalah kakek sepupuku. Umurnya diatas rata-rata umur manusia zaman sekarang, 104 tahun! lebih dari satu abad. Mulutnya masih terlihat hendak mengucapkan sesuatu, seperti sedang berkomat-kamit, tangannya bergerak-gerak. Tak tahu apa yang sedang dikerjakan beliau, semoga sedang melakukan zikir kepada sang pencipta. Menatap matanya membuatku tak tega untuk melihat penderitaannya, mata yang mulai redup itu seolah-olah terlihat ingin mengatakan sesuatu. Tapi yang jelas tatapan mata itu menyiratkan ketidak berdayaan seorang manusia yang telah tua.
Disamping tempat tidurnya, terlihat pula beberapa orang tua yang dirawat disana. Aku agak merinding, ngeri jika membayangkan kelak suatu saat aku mungkin akan mengalami hal yang sama, menjadi orang tua yang terbaring lemah tak berdaya!. Melihat wajah-wajah tua yang terbaring lemah itu secara sepintas telah menyadarkan diriku bahwa dulunya mereka sempat menjadi orang-orang muda yang sehat, gagah, memiliki idealisme, memiliki harapan dan kini aku hanya melihat seorang tua yang lemah, wajahnya menyiratkan kepasrahan menanti waktu yang telah ditentukan Sang Pencipta untuk menghadapnya.
"Panjang umurnya, panjang umurnya..." itulah salah satu lirik yang sering didengar saat kita menyanyikan lagu ulang tahun. Melihat kondisi orang tua yang lemah dan tak berdaya di rumah sakit itu, aku serasa ingin mencela lirik lagu itu... apa gunanya hidup panjang umur jika harus lemah menderita tergolek tak berdaya!. Aku kembali teringat dengan salah satu adegan film Highlander dimana Duncan McLeod dengan setia menunggu saat-saat terakhir hidup istri yang sangat dicintainya. Istrinya yang dulunya muda dan cantik terbaring lemah dengan wajah yang telah keriput pasrah menanti ajal yang akan segera datang. Meski waktu telah memakan kecantikan dan kekuatan istrinya, kondisi Duncan McLeod tetap tak berubah, tetap sebagai orang muda. Akhirnya waktu itu datang juga, istrinya harus meninggalkan Duncan McLeod selama-lamanya. Saat Duncan McLeod akan mengubur istrinya, terdengar lagu bernada sendu yang dibawakan oleh grup band Queen asal Inggris dengan judul "Who Wants To Live Forever".
Who Wants To Live Forever? ya siapa yang ingin hidup selamanya? Setiap yang bernyawa pasti akan menemui ajalnya... Tapi akan mengerikan juga jika harus mati secepatnya... Manusia selalu takut kepada hal yang tidak diketahuinya, sejak dulu mati adalah misteri dari hidup yang tidak pernah diketahui. Orang beragama menganggap setelah kematian akan menghadapi suatu kehidupan baru, sebagian orang mungkin juga menganggap setelah kematian ya sudah habis perkara tidak ada lagi kehidupan yang lain...
Tak ada satupun yang benar-benar mengetahui mana yang benar, kecuali orang yang pernah merasakannya, dan tentunya orang yang telah merasakannya tak akan sempat menceritakan pengalamannya kepada kita! Dan akhirnya kematian akan tetap menjadi misteri bagi setiap manusia, (mungkin) selamanya!.
Tidak ada gunanya memiliki umur yang panjang, jika nantinya hari-hari tua diisi dengan menjadi orang pikun, sakit-sakitan, merepotkan anak-cucu, dan paling parah adalah mati tanpa memiliki bekal menuju kematian. Kematian adalah bagian dari kehidupan yang harus dialami oleh setiap makhluk hidup. Mati tidak selamanya membuat seseorang menjadi mati, justru kematian dapat membuat seorang tetap "hidup".
Kematian tidak selamnya membuat seseorang menjadi "benar-benar mati". Muhammad SAW, Yesus, Musa, para nabi, rasul dan orang-orang saleh tetap hidup sebagai contoh manusia Saleh yang pernah hidup dimuka bumi bagi kebanyakan pengikutnya. Mussolini, Hitler, Stalin namanya tetap hidup sebagai contoh pemimpin lalim yang pernah hidup bagi kebanyakan orang, dan mungkin juga sekaligus sebagai pahlawan bagi pengikutnya. Nama Jimi Hendrix, Bob Marley, John Lennon, atau Curt Cobain masih akan tetap hidup di benak penggemarnya. Curt Cobain lebih terkenal setelah dia mati, kini seolah-olah dia menjadi legenda dimata penggemarnya, kematian kontroversialnya telah membuatnya menjadi (mungkin lebih) populer ketimbang saat hidup. Siapa yang tidak mengenal mengenal wajah Ernesto Guevara? setelah kematiannya oleh tentara Bolivia di hutan belantara Amerika Selatan namanya tidak turut serta menjadi mati, justru kini orang dengan mudah melihat wajahnya terpampang di berbagai poster-poster atau kaus T-Shirt berwarna merah dengan tulisan yang jelas tertulis julukan populernya: "Che Guevara".
Menjadi Tua tidak semua orang akan beruntung untuk mengalaminya, tapi menjadi Mati... itu pasti akan terjadi di setiap makhluk hidup. Memandang orang tua yang tergolek di rumah sakit saja sudah cukup membuatku merinding... apalagi harus menghadapinya sendiri... Memandang orang tua dan kematian, sejenak mengingatkan akan kesia-siaan setiap usaha manusia mengejar dunia... Tapi kembali pada kehidupannya nyata, bayangan akan hari tua dan kematian akan segera terlupa begitu saja... sampai akhirnya kita mengalaminya sendiri...
konon seseorang pernah berkata, siap menjadi orang muda harus siap menjadi orang tua dan siap hidup harus siap mati... Ah hidup ini terasa semakin asing bagiku...
Orang tua yang terbaring dengan lemah itu adalah kakek sepupuku. Umurnya diatas rata-rata umur manusia zaman sekarang, 104 tahun! lebih dari satu abad. Mulutnya masih terlihat hendak mengucapkan sesuatu, seperti sedang berkomat-kamit, tangannya bergerak-gerak. Tak tahu apa yang sedang dikerjakan beliau, semoga sedang melakukan zikir kepada sang pencipta. Menatap matanya membuatku tak tega untuk melihat penderitaannya, mata yang mulai redup itu seolah-olah terlihat ingin mengatakan sesuatu. Tapi yang jelas tatapan mata itu menyiratkan ketidak berdayaan seorang manusia yang telah tua.
Disamping tempat tidurnya, terlihat pula beberapa orang tua yang dirawat disana. Aku agak merinding, ngeri jika membayangkan kelak suatu saat aku mungkin akan mengalami hal yang sama, menjadi orang tua yang terbaring lemah tak berdaya!. Melihat wajah-wajah tua yang terbaring lemah itu secara sepintas telah menyadarkan diriku bahwa dulunya mereka sempat menjadi orang-orang muda yang sehat, gagah, memiliki idealisme, memiliki harapan dan kini aku hanya melihat seorang tua yang lemah, wajahnya menyiratkan kepasrahan menanti waktu yang telah ditentukan Sang Pencipta untuk menghadapnya.
"Panjang umurnya, panjang umurnya..." itulah salah satu lirik yang sering didengar saat kita menyanyikan lagu ulang tahun. Melihat kondisi orang tua yang lemah dan tak berdaya di rumah sakit itu, aku serasa ingin mencela lirik lagu itu... apa gunanya hidup panjang umur jika harus lemah menderita tergolek tak berdaya!. Aku kembali teringat dengan salah satu adegan film Highlander dimana Duncan McLeod dengan setia menunggu saat-saat terakhir hidup istri yang sangat dicintainya. Istrinya yang dulunya muda dan cantik terbaring lemah dengan wajah yang telah keriput pasrah menanti ajal yang akan segera datang. Meski waktu telah memakan kecantikan dan kekuatan istrinya, kondisi Duncan McLeod tetap tak berubah, tetap sebagai orang muda. Akhirnya waktu itu datang juga, istrinya harus meninggalkan Duncan McLeod selama-lamanya. Saat Duncan McLeod akan mengubur istrinya, terdengar lagu bernada sendu yang dibawakan oleh grup band Queen asal Inggris dengan judul "Who Wants To Live Forever".
Who Wants To Live Forever? ya siapa yang ingin hidup selamanya? Setiap yang bernyawa pasti akan menemui ajalnya... Tapi akan mengerikan juga jika harus mati secepatnya... Manusia selalu takut kepada hal yang tidak diketahuinya, sejak dulu mati adalah misteri dari hidup yang tidak pernah diketahui. Orang beragama menganggap setelah kematian akan menghadapi suatu kehidupan baru, sebagian orang mungkin juga menganggap setelah kematian ya sudah habis perkara tidak ada lagi kehidupan yang lain...
Tak ada satupun yang benar-benar mengetahui mana yang benar, kecuali orang yang pernah merasakannya, dan tentunya orang yang telah merasakannya tak akan sempat menceritakan pengalamannya kepada kita! Dan akhirnya kematian akan tetap menjadi misteri bagi setiap manusia, (mungkin) selamanya!.
Tidak ada gunanya memiliki umur yang panjang, jika nantinya hari-hari tua diisi dengan menjadi orang pikun, sakit-sakitan, merepotkan anak-cucu, dan paling parah adalah mati tanpa memiliki bekal menuju kematian. Kematian adalah bagian dari kehidupan yang harus dialami oleh setiap makhluk hidup. Mati tidak selamanya membuat seseorang menjadi mati, justru kematian dapat membuat seorang tetap "hidup".
Kematian tidak selamnya membuat seseorang menjadi "benar-benar mati". Muhammad SAW, Yesus, Musa, para nabi, rasul dan orang-orang saleh tetap hidup sebagai contoh manusia Saleh yang pernah hidup dimuka bumi bagi kebanyakan pengikutnya. Mussolini, Hitler, Stalin namanya tetap hidup sebagai contoh pemimpin lalim yang pernah hidup bagi kebanyakan orang, dan mungkin juga sekaligus sebagai pahlawan bagi pengikutnya. Nama Jimi Hendrix, Bob Marley, John Lennon, atau Curt Cobain masih akan tetap hidup di benak penggemarnya. Curt Cobain lebih terkenal setelah dia mati, kini seolah-olah dia menjadi legenda dimata penggemarnya, kematian kontroversialnya telah membuatnya menjadi (mungkin lebih) populer ketimbang saat hidup. Siapa yang tidak mengenal mengenal wajah Ernesto Guevara? setelah kematiannya oleh tentara Bolivia di hutan belantara Amerika Selatan namanya tidak turut serta menjadi mati, justru kini orang dengan mudah melihat wajahnya terpampang di berbagai poster-poster atau kaus T-Shirt berwarna merah dengan tulisan yang jelas tertulis julukan populernya: "Che Guevara".
Menjadi Tua tidak semua orang akan beruntung untuk mengalaminya, tapi menjadi Mati... itu pasti akan terjadi di setiap makhluk hidup. Memandang orang tua yang tergolek di rumah sakit saja sudah cukup membuatku merinding... apalagi harus menghadapinya sendiri... Memandang orang tua dan kematian, sejenak mengingatkan akan kesia-siaan setiap usaha manusia mengejar dunia... Tapi kembali pada kehidupannya nyata, bayangan akan hari tua dan kematian akan segera terlupa begitu saja... sampai akhirnya kita mengalaminya sendiri...
konon seseorang pernah berkata, siap menjadi orang muda harus siap menjadi orang tua dan siap hidup harus siap mati... Ah hidup ini terasa semakin asing bagiku...
0 Comments: