2 Peristiwa

 Thursday, September 09, 2004

Kemarin dan hari ini sepertinya terjadi beberapa kejadian penting. Kemarin malam mantan Menhankam/Panglima ABRI Jendral M. Jusuf wafat dalam usia 76 tahun. Beliau merupakan salah satu tokoh selain Mayjen Basuki Rahmat dan Mayjen Amir Machmud yang berperan dalam proses lahirnya Supersemar. Saat itu pangkat M Jusuf masih sebagai Brigjen. Supersemar inilah yang akhirnya mengubah arah sejarah hidup bangsa Indonesia untuk waktu yang cukup lama, dimana akhirnya seorang panglima Kostrad pertama, yaitu Mayjen Soeharto naik menjadi pimpinan negara Indonesia. Berkat supersemar, Soeharto berhasil menancapkan hegemoni kekuasaanya di Indonesia selama 32 tahun hingga kejatuhannya pada tahun 1998.

Jika tidak salah semenjak saya masuk SMA (1995) pernah ada pernyataan kontroversial bahwa Surat penting itu (Supersemar) keberadaanya tidak jelas, bahkan hingga kini. Aneh surat penting tapi keberadaanya tidak jelas, jelas hal seperti ini menimbulkan rasa curiga masyarakat terhadap eksistensi Supersemar yang dijadikan alat legitimasi Soeharto memimpin negeri ini!. Sayangnya salah satu saksi mata terakhir yaitu Jendral M. Jusuf tetap bungkam tentang rahasia Supersemar itu, bahkan setelah kejatuhan Presiden Soeharto. Gue menduga mungkin ada hal-hal lain yang menyebabkan beliau tetap bungkam, mungkin juga karena komitmennya tetap memegang teguh rahasia itu, sehingga meskipun presiden Soeharto sudah jatuh beliau masih bungkam. Sayang sejarah Indonesia pasti akan lebih sulit di luruskan setelah kematian beliau.

Semasa menjabat Jendral M. Jusuf menjadi Menhankam/Panglima ABRI beliau tercatat sebagai jendral yang paling rajin mengunjungi bawahannya hingga kepelosok-pelosok daerah. Beliau begitu memperhatikan kesejahteraan bawahannya, saat itu banyak asrama untuk tentara dan polisi didirikan. Selain rajin mengunjungi bawahannya, beliau juga rajin melakukan silaturahmi dengan tokoh-tokoh masyarakat, sehingga tak heran pada awal tahun 80-an (gue baru lahir tuh) popularitasnya cukup besar.

Menurut buku yang ditulis oleh Kievlan Zein, pada akhir tahun 70-an hingga awal 80-an terdapat perseturuan antara pihak M. Jusuf dengan L.B. Moerdani. Salah satu peristiwanya adalah pada saat M. Jusuf mengadakan pertemuan (rapat?) dengan perwira-perwira namun L.B. Moerdani tidak menghadiri dan dia lebih memilih memimpin penumpasan pembajakan Pesawat Garuda di Thailand, operasi pembebasan sandra ini lebih dikenal dengan operasi Woyla. Kegiatan penumpasan ini dilakukan sendiri atas inisiatif L.B. Moerdani tanpa berkordinasi dengan atasannya langsung saat itu yaitu Jendral M. Jusuf. Setelah kesuksesan L.B. Moerdani dengan Kopassus membebaskan sandra, maka nama L.B. Moerdani semakin memiliki tempat dimata Soeharto karena kesuksesannya dianggap menyelamatkan muka bangsa Indonesia di mata Internasional. Namun beberapa pihak meragukan operasi itu, beberapa menganggap peristiwa pembajakan tersebut memang telah direncanakan oleh pihak L.B. Moerdani sendiri. Setelah peristiwa itu perseturuan antara M. Jusuf dengan L.B. Moerdani semakin terlihat.

Kepopuleran M. Jusuf dilaporkan oleh L.B. Moerdani ke presiden Soeharto. Kepopuleran Jendral M. Jusuf di mata masyarakat Indonesia dianggap membahayakan untuk kepentingan jangka panjang kekuasaan Soeharto. Akhirnya setelah menjabat dari tahun 1978, pada tahun 1983 M. Jusuf mengakhiri jabatannya sebagai Menhankam/Panglima ABRI. Selanjutnya pengganti dari jabatan itu adalah L.B. Moerdani. Pengisian jabatan puncak tersebut oleh L.B. Moerdani merupakan kejadian yang cukup fantastis, karena L.B. Moerdani melangkahi beberapa atasannya langsung. Tak ayal lagi banyak mantan atasan dari L.B. Moerdani yang cukup iri dengan kecepatan karir yang dicapai oleh L.B. Moerdani.
Terlepas dari apa yang telah diperbuat oleh Jendral (Purn.) M. Jusuf semasa hidupnya, saya hanya dapat berdoa semoga beliau mendapat tempat yang layak disisi-Nya. Selamat jalan Jendral!...

Dan hari ini peristiwa yang menyedihkan terjadi kembali, Bom mengguncang Jakarta. Entah motif apa lagi sih yang diinginkan para teroris itu? Toh yang jadi korban juga bangsa sendiri. Kebetulan hari ini tau berita pemboman dari penjual di M2M. Kebetulan niat hari ini adalah cari memory stick 128 MB, perkiraan harga adalah kurang dari 400 ribu, ternyata sekarang naik diatas 400 ribu, harga tetep cuma kurs dolar yang meningkat terhadap rupiah. Jadi secara tidak langsung gue jadi kena dampaknya :). Tapi itu tidak ada artinya dibandingkan dengan penderitaan para korban pengeboman. Dengan alasan apapun rasanya tidak layak pengeboman itu dilakukan terhadap semua umat manusia. Dari para pedagang di M2M itulah gue juga jadi tau kalo hari ini terjadi peristiwa berdarah itu.

Kadang jadi fikiran juga, kok kejadian ini beruntun ya? setelah Bom Bali, Marriot setahun yang lalu (Agustus 2003) sekarang menjelang peringatan 11 September juga terjadi pengeboman di kedutaan besar Australia. Kalo menggunakan pola pikir teori konspirasi, bisa jadi ini memang konspirasi... karena kok kejadiannya sekarang di saat bangsa Indonesia pada tanggal 20 akan memilih presiden yang baru, selain itu bangsa Amerika pada 11 September akan mengenang peristiwa hancurnya gedung WTC, dan juga sebentar lagi pemeritahan AS akan mengadakan pemilihan presiden... Huuuh jadi ingin tahu, apa sih sebenernya yang diinginkan para teroris itu selain menghabisi nyawa orang-orang tak berdosa?

Sepertinya memang sudah menjadi takdir bahwa Dewi Perang akan selalu mengikuti perjalanan budaya umat manusia. Rasanya utopia belaka suatu saat manusia akan benar-benar jadi satu sehingga tidak akan ada perang... ya hanya utopia... Sampai kiamat rasanya umat manusia akan selalu berperang dengan sesamanya. Tidak selalu berperang dalam artian sebenarnya tapi bisa juga dalam bentuk yang lainnya seperti teror ini...