Tipisnya Batas Perasaan
Thursday, June 24, 2004
Hari ini gue baca berita, Jerman kalah atas Ceko, dan Belanda berhasil memenangkan pertandingan atas Latvia. Belanda akhirnya berhasil maju ke babak selanjutnya, dan hal ini tentu saja memberikan kebahagiaan bagi tim Belanda dan fans-nya. Padahal beberapa hari sebelumnya pelatih timnas Belanda, Dick Advocaat dihujat habis-habisan oleh para fans gara-gara mengganti pemain yang menyebabkan timnas Belanda kalah dari timnas Ceko. Ibaratnya semua kekalahan akibat ulang sang Pelatih. Kini setelah Belanda berhasil lolos ke babak selanjutnya (terlepas dari bantuan Tim Ceko yang berhasil mengalahkan Jerman), sikap fans seperti berbalik arah.
"Advocaat adalah pelatih yang bagus, Anda tak bisa menilai seseorang hanya dari satu pergantian pemain. Satu pergantian takkan membuat permainan menjadi hancur. Kami akan menjadi Juara Eropa," ungkap seorang fans bernama Teun ter Bruggen.
"Kritik yang diterimanya terlalu bersifat pribadi. Akan aneh jadinya kalau seorang pelatih yang paling banyak menerima kritik malah berakhir sebagai pelatih tim juara," timpal fans lain. Sumber pialaeropa.com.
Gue pernah baca komentar seorang pembaca di surat kabar (kebetulan kejadiannya saat Piala Dunia tahun 1998). Pembaca tersebut mengaku pada malam hari sehabis menonton pertandingan bola dia begitu senang karena tim jagoan-nya berhasil memenangkan pertandingan. Tapi kebahagian pembaca tersebut ternyata tidak berlangsung lama, karena ditengah kesenangannya akan kemenangan tim jagoannya, beberapa barang berharga yang ada di dalam rumah pembaca tersebut raib di gondol maling (kok bisa ya, apa gara-gara terlalu semangat sampe gak denger ada maling masuk ke rumah?). Rasa senang dengan mudah berubah menjadi rasa sedih.
Jadi inget juga dengan curhatnya temen, dia begitu benci sama temen cowoknya yang ngejar-ngejar dia (ini maksudnya ngejar untuk di jadiin pacar ya... bukan karena temen gue punya utang :p). Secara fisik lelaki yang ngejar temen gue ini tidak-lah terlalu ideal (sory kalo ada yang tersinggung, gak ada maksud gue menghina fisik seseorang...), sepintas (mungkin?) sebagian besar cewek pun belum siap kalo jadi pacarnya dia. Tapi ya itulah, si cowok ini tidak patah semangat, pernah dia menawarkan menjemput ataupun mengantarkan pulang temen gue. Hasilnya selalu di tolak oleh temen gue. Temen gue ini bilang kalo dia tuh sempat benci banget sama cowok ini, ibaratnya "amit-amit jabang bayi deh jangan sampe gue jadi pacarnya dia".
Tapi ya itulah... seiring dengan waktu berjalan (dan juga dengan semangat pantang menyerahnya cowok ini) akhirnya rasa benci temen gue ini berubah menjadi rasa cinta (cinta apa itu cinta? *huek* mungkin rasa ke-tertarik-an pada lawan jenis kali ya... :p). Yah begitulah (seperti bisa ditebak) akhirnya temen gue ini mau jadi pacarnya si cowok yang sering nekat ngejar-ngejar temen gue ini... Temen gue terus bilang ke gue bahwa "memang batas antara benci dan cinta itu sangat tipis banget" dan kata-kata itu di ulang berkali-kali. Bener apa enggak ya...?.
Ya itulah perasaan, dengan sangat mudahnya perasaan berubah. perasaan bahagia dapat dengan mudahnya berubah menjadi kesedihan atau sebaliknya. Perasaan benci dapat berubah menjadi perasaan sayang/hormat. Inilah hal yang sampai sekarang gue pahami secara jelas. Mungkin karena belum pernah mengalami batas perasaan ? ;) mungkin juga.
Jika memang benar batas perasaan itu begitu tipis, gue kok berfikir bahwa memang benci dan suka, susah dan senang, bahagia dan sedih adalah sama (kok jadi ngaco sih...).Karena gue pernah melihat orang yang (menurut gue) seharusnya bahagia dengan materinya ternyata kadang kalah bahagia oleh orang yang memiliki materi yang lebih sedikit (jika tidak dapat dikatakan tidak punya sama sekali).
Kebetulan gue suka/pernah baca buku cerita persilatan karangannya Kho Ping Hoo (masih ada yang tau gak?). Ceritanya sih tentang silat-silat ngadu jurus lah dengan seting budaya Cina. Nah hampir semua buku Kho Ping Hoo yang pernah gue baca kebanyakan mengandung beberapa pesan moral, diantaranya adalah sedikit soal perasaan. Dari buku ini gue juga jadi (sedikit lebih tahu) perbedaan antara KESENANGAN dengan KEBAHAGIAAN. Menurut Kho Ping Hoo Kesenangan lebih bersifat sementara dan saat ini, tapi Kebahagiaan itu lebih bersifat jangka panjang dan lama. Kesenangan lebih sering digerakan oleh hawa nafsu, sedangkan kebahagiaan di dorong oleh hati nurani.
Makin lama di bahas, makin gue gak ngerti :(. Harap maklum, gue sendiri masih harus mencari tahu bagaimana seharusnya..., bagaimana seharusnya perasaan memainkan peranan dalam hidup. *jadi kesimpulannya apa ya?* hik... nulis kok gak ada kesimpulan... ya mungkin kesimpulannya adalah: benarkah bahwa batas perasaan itu sangat tipis (kok jadi pertanyaan ya?).
Yang pasti jangan sampai mencintai seseorang karena kasian...
K
a
s
i
a
n dech lo Vi,
belom
punya
p
a
c
a
r...(kalo ga salah!)
- LU -
Ah sesuai dengan tema tulisan gue, batas perasaan itu sama aja... jadi ya gue anggep aja punya pacar sama gak punya sama aja. Sama-sama enaknya yang penting kita bisa ambil sisi positif-nya :) *hehehe, ngeles...*
jomblo itu pilihan. Pilihan utk menggoda pacarnya temen2 tanpa perasaan bersalah.. muhehehehe
linda:hmm baca dari buku, sebenernya dalam diri kita tuh ada perasaan "suka" dan "benci" cuma... perasaan yg mana yg menang terhadap seseorang yg kita kenal? itu tergantung sama akal & nafsu kita... gitu deh...Tambah bingung? he3x maap kalo gitu :D
Btw baru tau kalo ko ping ho itu isinya ada filsafat juga:) kirain cuma komik silat biasa *belum pernah baca sih:)*
Jadi kesimpulannya apa doong? kesimpulannya "yah kembali kepada pribadi masing-masing" hehehe standar diskusi yang njelimet dan gak banyak menemukan solusi...
"Carilah Cintamu karena 'mungkin' Cinta itu Akan Datang Menghampirimu" quote by gue... btw kalo gak akan datang menghampiri ya mungkin karena sudah nasib... jangan ditangisi itu sudah nasib...