Bukunya Temen

 Thursday, February 09, 2006

Hmmm isi blog lagi ah, baru dapet pinjeman account internet nih... :) Jadi ceritanya gw dipinjemin buku sama temen gue... nah bukunya itu membahas tentang nikah... *hehehe berasa lucu aja sih... gw kok jadi baca buku model gini? :p* Nah di halaman 29 dari buku itu di tulis

Jadi,jika Anda sudah merasa gelisah jika pada malam-malam yang sepi mencekam tidak ada teman yang mendampingi,inilah saatnya bagi Anda untuk menikah. Jika Anda sudah mulai tidak tenang saat sendirian, itulah saatnya Anda perlu hidup berdua. Jika Anda sudah begitu resah saat melihat akhwat di perjalanan,itulah saatnya Anda menguatkan hati untuk datang meminang. Hanya dua kalimat saja yang perlu Anda persiapkan untuk meminang: Alhamdulillah bila diterima dan Allahu Akbar bila ditolak. Begitu Bilal bin Abi Rabah, muazin Rasulullah SAW. itu mencontohkan.

Hmmmm... :p

Udah gitu di bab yang lain dari buku itu di kutipkan ayat:

"Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah untuk wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (sorga)" (An-Nuur:26)

Nah di buku itu dituliskan pertanyaan dari orang-orang yang mempertanyakan kebenaran ayat ini "Apa memang benar wanita yang baik akan mendapatkan laki-laki yang baik? Jika memang benar demikian, mengapa adakalanya seorang wanita yang baik mendapatkan suami yang akhlaknya dikenal kurang baik?"

Kemudian penulis buku mengingatkan para pembacanya bahwa firman Allah dalam Al-Qur'an sudah pasti kebenarannya dan tidak mungkin terdapat kesalahan didalamnya. Apabila dirasakan ada hal yang berbeda dengan firman Allah pada ayat tertentu, kita perlu menengok kemungkinan-kemungkinan lain berdasarkan nash yang mengaturnya, termasuk perkecualian-perkecualian yang ada serta memperhatikan prinsip-prinsip agama.

Terkadang (kata buku itu), salah seseorang di antara kita terlalu meninggikan kriteria. Ia menyempitkan hal yang telah diluaskan Allah, menyulitkan hal yang telah dimudahkan Allah, membatasi hal yang telah dilapangkan Allah, sehingga ia menemui kesulitan. Sebagian kemudian berputus asa setelah lama tidak mendapatkan yang sesuai dengan kriterianya, sementara usia mulai menua dst...

Hmmm.... jadi kalo baca bab itu... kita harus yakin kalo jodoh yang didapatkan itu selevel...

Kemudian di bab yang sama penulis melanjutkan dengan beberapa pembahasan berkaitan dengan ayat diatas diantaranya...
1. Yang Tampak dan Yang Tersembunyi
2. Terkadang itu sebagai Ujian

Nah kalo yang pertama itu menceritakan belum tentu sesuatu yang tampak oleh manusia tampak seperti apa adanya... seperti dikisahkan dari HR Bukhari:

"Seorang Laki-laki lewat di hadapan Nabi SAW. Lalu Nabi SAW bertanya (kepada para sahabatnya), 'Bagaimana pendapat kalian mengenai laki-laki ini?' Mereka (para sahabat) menjawab, 'Laki-laki ini pantas jika melamar dinikahkan, jika meminta tolong ditolong, dan jika berkata di dengar.'

Nabi diam. Kemudian lewat lagi laki-laki muslim dari kalangan fakir miskin, maka Nabi SAW bertanya 'Bagaimanakah pendapat kalian tentang laki-laki ini?'

Mereka menjawab, 'Laki-laki ini pantas jika melamar ditolak lamarannya, jika meminta tolong tidak diberi pertolongan, dan jika berkata tidak didengar'.

Maka Rasulullah bersabda, 'Laki-laki yang terakhir ini lebih baik daripada sepenuh bumi laki-laki seperti itu'"
(HR Bukhari)

setelah menjelaskan sekilas tentang hadits diatas penulis buku juga menambahkan hadits yang lain seperti berikut:

"Seorang laki-laki berkata, 'Ya, Rasulullah, sesungguhnya si Fulanah banyak mengerjakan shalat, mengeluarkan sedekah, dan berpuasa (sunnah), namun ia suka mengganggu tetangganya dengan ucapannya.' Beliau berkata, 'Wanita itu masuk neraka.'

Seorang laki-laki berkata, 'Ya, Rasulullah, kabarnya si Fulanah sedikit mengerjakan puasa sunnah dan ia hanya bersedekah dengan sedikit makanannya, namun ia tidak pernah mengganggu tetangga-tetangganya.' Beliau berkata 'Wanita itu masuk surga.'"
(HR Ahmad, al-Bazzar, dan Ibnu Hibban dalam Shahih-nya. Al-Hakim berkata, "Sahih isnadnya/" Dan, diriwayatkan oleh Abu Bakar ibnu Abi Syaibah dengan isnad sahih pula)

pada bagian akhir pembahasan tadi si penulis buku menulis...

"...Kita mempertanyakan mengapa ada wanita yang baik-baik mendapatkan suami yang keji, padahal Allah menjanjikan wanita yang baik bagi laki-laki yang baik. Kita juga mempertanyakan mengapa ada lelaki yang baik dan lurus agamanya, justru mendapatkan istri yang judes-nya "setengah mati". Kita mempertanyakan itu berkenaan dengan kebeneran janji Allah pada surah an-Nuur ayat 26 sambil --pada saat yang sama-- kita melupakan, barangkali mata wadag kita yang tidak sangup melihat dibalik yang tampak. Yang kelihatan tidak sanggup melihat di balik yang tampak. Yang kelihatannya tidak sebanding, boleh jadi sesungguhnya benar-benar setara nilainya di hadapan Allah, sehingga tidak ada yang meleset dari janji Allah. Wallahu a'lam bish-shawab."

Nah kalo dibagian selanjutnya yaitu "Terkadang itu sebagai ujian" penulis mengutipkan cerita seorang mentri bernama al-Asma'i semasa pemerintahan Kalifah Harun al-Rasyid. Singkat cerita si mentri ini tersesat dan bertemu dengan seorang wanita cantik di tengah padang pasir, dst... dst.. (capek nulisnya :p) intinya dia punya suami yang bisa dikatakan tidak selevel dengan dia lah... sampai mentri yang bernama al-Asma'i ini berkata kepada wanita cantik itu "Saya menyesali keadaanmu. Kamu, dengan segala kemudaan dan kecantikanmu, sangat bergantung pada orang seperti dia (suaminya). Untuk apa kamu bergantung kepadanya? Apa karena hartanya? Sedangkan, ia orang miskin. Karena akhlaknya? Sedangkan akhlaknya begitu buruk. Atau karena kamu tertarik karena ketampanannya? Padahal, ia seorang tua yang buruk rupa. Mengapa kamu tertarik padanya?
Kemudian wanita itu pucat pasi. Lalu, ia berkata dengan suara yang amat keras, "Hai Asma'i, akulah yang menyesali keadaan kamu. Aku tidak menyangka seorang perdana mentri Harun al-Rasyid berusaha menghapuskan kecintaan di hatiku kepada suamiku dengan jalan menjelek-jelekan suamiku."
Kemudia wanita itu menambahkan "Wahai Asma'i, Tidak kah kau tahu mengapa aku melakukan semua itu? Aku mendengar Nabi yang mulia bersabda, 'Iman itu setengahnya adalah kesabaran dan setengahnya lagi adalah syukur.' Aku bersyukur kepada Allah karena ia telah menganugerahkan kepadaku kemudaan, kecantikan, dan akhlak yang baik. Aku ingin menyempurnakan setengah imanku lagi dengan kesabaran dalam berkhidmat kepada suamiku"

Hmmm cerita yang menarik... dan masih banyak bahasan yang di ulas oleh buku itu... sebenernya sih pengen cerita kesan tentang buku yang pernah dibaca ini, tapi kok kayak males dan nanti bisa-bisa jadi resensi buku, tapi di bilang resensi buku jelas pembahasannya tidak cukup berkualifikasi untuk dikatakan sebagai resensi... Yah lumayan.... tapi yang pasti gw musti balikin bukunya secepatnya nih...


~jarangngebloglaginih...

0 Comments: