Kemerdekaan RI
Tuesday, August 17, 2004
Ya tepat hari ini seluruh bangsa Indonesia merayakan tujuh belas Agustus sebagai hari kemerdekaan bangsa Indonesia. Kebetulan pula hari ini gue ada harus ke kampus untuk membereskan kerjaan, tapi sebelum kembali ke pekerjaan gue pengen sedikit menulis tentang kemerdekan bangsa Indonesia yang kita cinta ini (bener nih kita mencintainya?)
Entah kebetulan atau tidak, konon katanya proklamasi kemerdekaan ini jatuhnya tepat pada bulan Rhamadan (bulan puasa), bulan yang dipercaya oleh umat islam memiliki kelebihan tersendiri dibanding bulan-bulan lainnya. Selain karena kepercayaan itu, yang pasti situasi saat itu memang memungkinkan bagi "sebagian" orang untuk memproklamasikan kemerdekaan. Jepang yang menjajah selama 3,5 tahun memenyerah tanpa syarat setelah kota Hirosima dan Nagasaki di bom oleh Amerika.
Dari beberapa buku yang pernah gue baca, bahwa "sebagian orang" itu tentunya kita semua kita sudah mengenalnya, ya tidak salah lagi salah satu figur yang terkenal adalah Soekarno dan Moh. Hatta. Kalo tidak salah (sekali lagi kalo tidak salah) mereka bilang bahwa proklamasi yang kita lakukan ini akan memiliki dua kemungkinan, jika berhasil maka mereka akan disebut sebagai pahlawan, jika gagal maka mereka akan mejadi seorang penghianat dari pemerintahan Hindia Belanda yang akan kembali lagi setelah Perang Dunia II.
Karena negara Belanda memihak pihak sekutu yang kebetulan tampil sebagai pemenang perang, maka keinginan Belanda untuk menguasai Hindia Belanda dilakukan dengan mengajak pasukan Inggris yang merupakan pihak pemenang Perang Dunia II, termasuk juga didalamnya beberapa pasukan bayaran dari India "Gurkha". Beberapa pasukan Belanda dikirim kebeberapa wilayah seperti pulau Jawa dan Sumatra.
Untuk mengantisipasi keinginan Belanda untuk menguasai kembali Hindia Belanda, maka pemerintahan Republik Indonesia saat itu membentuk Badan Keamanan Rakyat yang berfungsi untuk melindungi keamanan rakyat sipil, mengingat situasi yang memaksa, akhirnya status badan keamanan rakyat ini di tingkatkan statusnya menjadi Tentara Keaman Rakyat. Kebanyakan personilnya adalah para pemuda-pemudi yang dididik oleh Jepang seperti PETA, Heiho, dll.
Soekarno meminta Oerip Sumoharjo untuk membentuk TRI. Pada bulan November akhirnya diadakanlah pemilihan Panglima TRI, beberapa kandidat yang ada adalah Mayor (ret.) Oerip Sumoharo dan Kolonel Sudirman. Setelah perdebatan yang sengit akhirnya perwakilan divisi yang ada di Jawa dan Sumatra memutuskan Kolonel Soedirman sebagai panglima TRI. Selain itu dipilih juga Sri Sultan Hamengkubuwono IX sebagai mentri pertahanan. Beberapa komandan dari wilayah Jawa Timur tidak dapat hadir, karena banyak dari mereka bertempur melaman pasukan sekutu, seperti yang terjadi di Surabaya pada tanggal 10 November 1945. Dikemudian hari, tanggal ini diperingati setiap tahunnya sebagai hari pahlawan.
Menarik untuk disimak tentang pembentukan TRI ini, karena pucuk pimpinannya dipilih oleh anak buahnya, hal ini tidak lazim pada dunia militer pada umumnya, dimana umumnya pemilihan komandan berdasarkan keputusan dari pihak atasan. Menyimak perkembangan TRI ini yang kini menjadi TNI memang memiliki sejarah yang unik, sejak awal beberapa petinggi TRI memiliki beberapa pandangan yang bertolak belakang dengan pimpinan pemerintahan republik.
Bahkan pada saat pengangkatan Kolonel Soedirman menjadi menjadi panglima TRI, perdana mentri saat itu (kalo tidak salah Amir Syarifudin?) kurang berkenan dengan pengangkatannya. Mereka ingin keberadaan kebijakan tentara ditentukan oleh pemerintah, sedangkan pihak tentara menginginkan pemerintahan tidak terlalu ikut campur dalam urusan "dalam negeri" tentara.
Akhirnya Presiden Soekarno menyetujui juga pengangkatan Soedirman menjadi panglima TRI, karenan memang pada dua kejadian sebelumnya beliau berhasil membuktikan keberhasilannya dalam menguasai gudang senjata dan mengusir sebagian kecil tentara sekutu. Panglima yang baru ini begitu lekat dihati rakyat, karena memang asal beliau yang berasal dari rakyat jelata, tak heran sebagian besar rakyat Indonesia mendukung perjuangan yang dilakukan oleh TRI. Organisasi perjuangan saat itu tidak hanya TRI tapi banyak juga laskar dari partai politik seperti Laskar Hizbullah (Masyumi), Laskar Pesindo, dll. Mereka berjuang masing-masing, tapi memiliki tujuan yang sama yaitu mempertahankan kemerdekaan yang telah diprokalamsikan.
Jika kita mau membaca sejarah perjuangan mempertahankan kemerdekaan RI, sungguh luar biasa pengorbanan orang-orang jaman dahulu dalam mempertahankan kemerdekaannya. Sebagian besar dari mereka tidak memperhitungkan keuntungan apa yang akan diperoleh jika berjuang mengusir kemerdekaan. tentara, laskar, dan rakyat saat itu telah memiliki tekad yang sama, tidak ingin dijajah kembali oleh pihak asing.
Sungguh berat perjuangan republik yang masih muda ini, mengutip dari suatu buku (kalo tidak salah): "Bangsa Indonesia lahir dari rahimnya sendiri". Bangsa Indonesia merdeka tanpa bimbingan dari negara lain, seperti halnya bangsa-bangsa merdeka di Asia lainnya seperti Malaysia yang diberi kemerdekaan oleh Inggris.
Perjuangan diplomatik dan militer berjalan saling beriringan. Kedua bentuk perjuangan ini seringkali menimbulkan perbedaan pendapat yang cukup tajam antara pihak pemerintah dengan tentara. Pemerintah lebih suka dengan melakukan diplomasi, sedangkan pihak tentara lebih suka dengan kontak senjata. Pihak tentara (Panglima Besar Soedirman) begitu yakin dengan kemampuannya tentara dan rakyat yang akan dapat mengusir Belanda, di sisi lain pihak pemerintah ingin meyakinkan agar pihak luar mau mengakui secara politis keberadaaan politis pemerintahan RI. Tanpa pengakuan sulit pemerintahan republik ini akan berjalan menurut pihak pemerintah.
Bagaimanapun, memang kemampuan pejuang saat itu cukup tangguh sehingga memaksa belanda untuk melakukan perundingan Linggarjati, kalo tidak salah poin yang tercantum dari perundingan ini adalah pengakuan de facto wilayah republik atas Pulau Sumatra, Jawa dan Madura. Hasil perundingan ini diterima oleh pihak pemerintah, namun pihak tentara tidak setuju. Sebagian besar tentara menganggap para politisi ini sebagai penghianat negara. Beberapa tokoh yang menginginkan kemerdekaan 100% adalah Tan Malaka. Kebetulan gue belum terlalu tau siapa beliau, yang jelas katanya dia adalah pahlwan, hanya saja sepertinya di buku sejarah tidak diceritakan!
Pihak tentara yang diwakili oleh tokoh yang berkharisma sekaligus dicintai, Panglima Besar Soedirman menginginkan kemerdekaan penuh 100%. Beberapa kutipan kata (quote) diantaranya adalah:
selain itu, keteguhan Panglima Soedirman yang tidak mau tunduk begitu saja kepada keinginan pemerintah yang dianggap merugikan perjuangan bangsa. quote yang cukup bagus menurut gue adalah:
Ucapan diatas mensyaratkan bahwa tentara saat itu adalah tidak ingin tunduk sebagai alat pemerintah (rezim), tapi ingin tetap sebagai alat Negara. (Sepertinya Negara itu memang tidak sama dengan Pemerintahannya)
Untunglah, meskipun sering bertolak belakang dalam soal strategi perjuangan dengan pemerintah, namun pimpinan tentara saat itu, Panglima Besar Jendral Sudirman tetap menghormati beberapa keputusan yang telah dibuat pemerintah, meskipun secara pribadi jelas-jelas keputusan itu bertentangan dengan keinginan pribadi Jendral Sudirman.
Puncaknya adalah setelah perjanjian Renville yang menyebabkan wilayah Indonesia semakin menyempit dimana salah satu diantaranya adalah wilayah Jawa Barat jatuh ke tangan Belanda. Divisi Siliwangi yang berada di wilayah itu dipaksa pergi dari wilayah Jawa Barat yang merupakan basis perjuangannya. Banyak dari pihak tentara tidak ingin mengakui hasil keputusan tersebut, tapi Panglima Besar Soedirman menghormati keputusan pemerintah tersebut, dia meyakinkan bahwa perpindahan tersebut adalah "Hijrah". Bagi sebagian pejuang yang sebagian besar beragama Islam akhirnya keputsan "Hijrah" itu akhirnya dapat diterima oleh sebagian tentara. Mereka bersama anggota keluarganya pergi dari wilayah Jawa Barat ke wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta, karena wilayah tersebutlah yang masih diakui sebagai milik republik.
Beberapa pertempuran terjadi dan akan cukup panjang jika diceritakan. Bahkan pertempuran terjadi diantara sesama tentara yang puncaknya adalah pemberontakan di Madiun tahun 1948 yang dipercaya digerakan oleh pihak komunis. Peperangan demi peperangan terus berganti, bahkan disaat sakit pun akhirnya Jendral Soedirman tetap memipin pasukannya bergerak terus menyerang musuh. Akhirnya Ibu Kota Republik saat itu Yogyakarta jatuh ke tangan pihak Belanda. Belanda merasa yakin bahwa tamat sudah riwayat republik ini. Ternyata di Sumatra, telah dibuat Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI). Pihak Belanda kadang mengejek istilah PDRI sebagai Pemerintahan Di RImba, namum pihak pejuang membalas ejekan tersebut dengan mengatakan meskipun di Rimba, tetap masih wilayah RI, tidak seperti Belanda saat diserang NAZI, pemerintahnya mengungsi ke Inggris dan Kanada yang jelas-jelas bukan wilayahnya.
Untuk membuktikan kepada dunia luar bahwa Republik Indonesia belum tamat, maka disusunlah Serangan Oemum 1 Maret 1949. Terbukti serangan ini menarik perhatian dunia Internasional. Peristiwa tersebut menyebabkan Internasional menekan Belanda untuk kembali ke meja perundingan. Perkiraan Belanda bahwa nasi RI finish ternyata gagal total. Akhirnya pada tanggal 27 Desember 1949 diakuilah kemerdekaan RI oleh dunia Internasional. Oleh karenanya jangan heran jika di event-event Internasional, kemerdekaan Indonesia adalah tahun 1949 bukan tahun 1945!.
Panglima Besar Soedirman meragukan Konfrensi tersebut akan benar-benar membuat Indonesia merdeka sepenuhnya, mengingat beberapa perundingan-perundingan sebelumnya dengan banyak merugikan RI, ditambah mereka sering tidak menghormati hasil perundingan yang mereka buat sendiri. Perundingan hanya dijadikan sebagai kedok saja.
Pernah suatu kali Panglima membuat surat penguduran diri sebagai Panglima Besar, namun Presiden Soekarno menolak mentah-mentah permintaan penguduran tersebut. Beliau mengatakan jika Panglima Soedirman akan mengudurkan diri, maka dirinya terlebih dahulu akan mengundurkan diri sebagai Presiden RI. Akhirnya keduanya tidak jadi mengudurkan jabatanya.
Sungguh... penghargaan tinggi ingin gue sampaikan kepada para pejuang-pejuang kemerdekaan yang telah rela mengorbankan harta dan nyawa untuk mempertahankan bangsa ini. Terutama untuk Panglima Besar Soedirman semoga mendapat tempat yang layak di alam lain. Figur Panglima Besar Soedirman adalah figur yang unik figur seorang bapak yang mencintai sekaligus dicintai oleh semua anak buahnya, disamping jiwanya sederhana, bersahaja, mendahulukan kepentingan negara daripada kepentingan pribadi dan juga taat menjalankan agama. Sungguh sulit untuk mecari figur pimpinan tertinggi tentara di Indonesia saat ini (bahkan setelah wafatnya beliau--mungkin?) yang memiliki jiwa seperti Panglima Besar Jendral Besar Soedirman. Kesederhanaannya tidak membuat dirinya menjadi hina, bahkan menjadi mulia. Sekedar informasi saja, pernah berfikir gak kalo nama Jendral Sudirman adalah nama yang paling umum di abadikan sebagai nama jalan di hampir semua kota di Indonesia, dan kebanyakan adalah jalan-jalan utama. Kalo ada yang punya buku biografi beliau... plese kasih tau gue ya.... gue pengen baca (pinjem :p), tapi kalo dijual pun kalo ada duit.... gue beli deh...
Menurut gue tokoh seperti beliau ini sudah sulit ditemui dijaman sekarang. Bahkan tokoh pejuang sekalipun banyak yang diakhir hidupnya menjadi tercoreng oleh perilakunya, contohnya (maaf) adalah Presiden Soekarno itu sendiri. Pada akhir jabatannya dia lebih terkenal sebagai sosok seorang "diktator" seperti disebutkan oleh suatu buku karangan Jules Achiles (sorry kalo namanya salah, lupa juga). Yang lainnya ya itu Presiden yang kedua Jendral Besar Soeharto. Sayang keduanya adalah tokoh pejuang, namun sebagian perlikunya menyebabkan sebagian besar orang membencinya!. Semoga keduanya dimaafkan kesalahannya oleh Allah SWT.
Berkat kemerdekaan ini, gue bisa mengenyam pendidikan tinggi, bisa bekerja, bisa bebas menjalankan ibadah dll, terima kasih Allah!, maafkan hambamu ini yang sering menyia-nyiakan rahmatmu yang besar ini. Sadarilah kita ini adalah sebagian kecil dari umat manusia dimuka bumi ini yang merasakan nikmatnya kemerdekaan. Dinegara-negara Afrika, Amerika Selatan, Indo China, dll rakyatnya masih terbelakang akibat konflik yang terjadi di negaranya. Memang harus di akui pemerintahan kita sekarang pun masih jauh-jauh-jauh-jauh dari sempurna, tetapi syukurilah kemerdekaan ini sebagai anugrah dari Allah SWT yang tidak boleh disia-siakan.
Semoga menjelang Pemilihan pemimpin negara nanti, akan hadir pemimpin yang memiliki jiwa mau berkorban demi rakyat! (Kata-katanya Aa Gym banget nih... boleh lah sekali-kali :p). Semoga Allah memberikan pemimpin yang mampu membawa negara ini ke arah yang lebih baik. Amien....
Entah kebetulan atau tidak, konon katanya proklamasi kemerdekaan ini jatuhnya tepat pada bulan Rhamadan (bulan puasa), bulan yang dipercaya oleh umat islam memiliki kelebihan tersendiri dibanding bulan-bulan lainnya. Selain karena kepercayaan itu, yang pasti situasi saat itu memang memungkinkan bagi "sebagian" orang untuk memproklamasikan kemerdekaan. Jepang yang menjajah selama 3,5 tahun memenyerah tanpa syarat setelah kota Hirosima dan Nagasaki di bom oleh Amerika.
Dari beberapa buku yang pernah gue baca, bahwa "sebagian orang" itu tentunya kita semua kita sudah mengenalnya, ya tidak salah lagi salah satu figur yang terkenal adalah Soekarno dan Moh. Hatta. Kalo tidak salah (sekali lagi kalo tidak salah) mereka bilang bahwa proklamasi yang kita lakukan ini akan memiliki dua kemungkinan, jika berhasil maka mereka akan disebut sebagai pahlawan, jika gagal maka mereka akan mejadi seorang penghianat dari pemerintahan Hindia Belanda yang akan kembali lagi setelah Perang Dunia II.
Karena negara Belanda memihak pihak sekutu yang kebetulan tampil sebagai pemenang perang, maka keinginan Belanda untuk menguasai Hindia Belanda dilakukan dengan mengajak pasukan Inggris yang merupakan pihak pemenang Perang Dunia II, termasuk juga didalamnya beberapa pasukan bayaran dari India "Gurkha". Beberapa pasukan Belanda dikirim kebeberapa wilayah seperti pulau Jawa dan Sumatra.
Untuk mengantisipasi keinginan Belanda untuk menguasai kembali Hindia Belanda, maka pemerintahan Republik Indonesia saat itu membentuk Badan Keamanan Rakyat yang berfungsi untuk melindungi keamanan rakyat sipil, mengingat situasi yang memaksa, akhirnya status badan keamanan rakyat ini di tingkatkan statusnya menjadi Tentara Keaman Rakyat. Kebanyakan personilnya adalah para pemuda-pemudi yang dididik oleh Jepang seperti PETA, Heiho, dll.
Soekarno meminta Oerip Sumoharjo untuk membentuk TRI. Pada bulan November akhirnya diadakanlah pemilihan Panglima TRI, beberapa kandidat yang ada adalah Mayor (ret.) Oerip Sumoharo dan Kolonel Sudirman. Setelah perdebatan yang sengit akhirnya perwakilan divisi yang ada di Jawa dan Sumatra memutuskan Kolonel Soedirman sebagai panglima TRI. Selain itu dipilih juga Sri Sultan Hamengkubuwono IX sebagai mentri pertahanan. Beberapa komandan dari wilayah Jawa Timur tidak dapat hadir, karena banyak dari mereka bertempur melaman pasukan sekutu, seperti yang terjadi di Surabaya pada tanggal 10 November 1945. Dikemudian hari, tanggal ini diperingati setiap tahunnya sebagai hari pahlawan.
Menarik untuk disimak tentang pembentukan TRI ini, karena pucuk pimpinannya dipilih oleh anak buahnya, hal ini tidak lazim pada dunia militer pada umumnya, dimana umumnya pemilihan komandan berdasarkan keputusan dari pihak atasan. Menyimak perkembangan TRI ini yang kini menjadi TNI memang memiliki sejarah yang unik, sejak awal beberapa petinggi TRI memiliki beberapa pandangan yang bertolak belakang dengan pimpinan pemerintahan republik.
Bahkan pada saat pengangkatan Kolonel Soedirman menjadi menjadi panglima TRI, perdana mentri saat itu (kalo tidak salah Amir Syarifudin?) kurang berkenan dengan pengangkatannya. Mereka ingin keberadaan kebijakan tentara ditentukan oleh pemerintah, sedangkan pihak tentara menginginkan pemerintahan tidak terlalu ikut campur dalam urusan "dalam negeri" tentara.
Akhirnya Presiden Soekarno menyetujui juga pengangkatan Soedirman menjadi panglima TRI, karenan memang pada dua kejadian sebelumnya beliau berhasil membuktikan keberhasilannya dalam menguasai gudang senjata dan mengusir sebagian kecil tentara sekutu. Panglima yang baru ini begitu lekat dihati rakyat, karena memang asal beliau yang berasal dari rakyat jelata, tak heran sebagian besar rakyat Indonesia mendukung perjuangan yang dilakukan oleh TRI. Organisasi perjuangan saat itu tidak hanya TRI tapi banyak juga laskar dari partai politik seperti Laskar Hizbullah (Masyumi), Laskar Pesindo, dll. Mereka berjuang masing-masing, tapi memiliki tujuan yang sama yaitu mempertahankan kemerdekaan yang telah diprokalamsikan.
Jika kita mau membaca sejarah perjuangan mempertahankan kemerdekaan RI, sungguh luar biasa pengorbanan orang-orang jaman dahulu dalam mempertahankan kemerdekaannya. Sebagian besar dari mereka tidak memperhitungkan keuntungan apa yang akan diperoleh jika berjuang mengusir kemerdekaan. tentara, laskar, dan rakyat saat itu telah memiliki tekad yang sama, tidak ingin dijajah kembali oleh pihak asing.
Sungguh berat perjuangan republik yang masih muda ini, mengutip dari suatu buku (kalo tidak salah): "Bangsa Indonesia lahir dari rahimnya sendiri". Bangsa Indonesia merdeka tanpa bimbingan dari negara lain, seperti halnya bangsa-bangsa merdeka di Asia lainnya seperti Malaysia yang diberi kemerdekaan oleh Inggris.
Perjuangan diplomatik dan militer berjalan saling beriringan. Kedua bentuk perjuangan ini seringkali menimbulkan perbedaan pendapat yang cukup tajam antara pihak pemerintah dengan tentara. Pemerintah lebih suka dengan melakukan diplomasi, sedangkan pihak tentara lebih suka dengan kontak senjata. Pihak tentara (Panglima Besar Soedirman) begitu yakin dengan kemampuannya tentara dan rakyat yang akan dapat mengusir Belanda, di sisi lain pihak pemerintah ingin meyakinkan agar pihak luar mau mengakui secara politis keberadaaan politis pemerintahan RI. Tanpa pengakuan sulit pemerintahan republik ini akan berjalan menurut pihak pemerintah.
Bagaimanapun, memang kemampuan pejuang saat itu cukup tangguh sehingga memaksa belanda untuk melakukan perundingan Linggarjati, kalo tidak salah poin yang tercantum dari perundingan ini adalah pengakuan de facto wilayah republik atas Pulau Sumatra, Jawa dan Madura. Hasil perundingan ini diterima oleh pihak pemerintah, namun pihak tentara tidak setuju. Sebagian besar tentara menganggap para politisi ini sebagai penghianat negara. Beberapa tokoh yang menginginkan kemerdekaan 100% adalah Tan Malaka. Kebetulan gue belum terlalu tau siapa beliau, yang jelas katanya dia adalah pahlwan, hanya saja sepertinya di buku sejarah tidak diceritakan!
Pihak tentara yang diwakili oleh tokoh yang berkharisma sekaligus dicintai, Panglima Besar Soedirman menginginkan kemerdekaan penuh 100%. Beberapa kutipan kata (quote) diantaranya adalah:
Lebih baik di bom atom, jika tidak bisa merdeka 100%
selain itu, keteguhan Panglima Soedirman yang tidak mau tunduk begitu saja kepada keinginan pemerintah yang dianggap merugikan perjuangan bangsa. quote yang cukup bagus menurut gue adalah:
Pemerintah boleh berganti sehari lima kali, tapi tentara tetaplah tentara
Ucapan diatas mensyaratkan bahwa tentara saat itu adalah tidak ingin tunduk sebagai alat pemerintah (rezim), tapi ingin tetap sebagai alat Negara. (Sepertinya Negara itu memang tidak sama dengan Pemerintahannya)
Untunglah, meskipun sering bertolak belakang dalam soal strategi perjuangan dengan pemerintah, namun pimpinan tentara saat itu, Panglima Besar Jendral Sudirman tetap menghormati beberapa keputusan yang telah dibuat pemerintah, meskipun secara pribadi jelas-jelas keputusan itu bertentangan dengan keinginan pribadi Jendral Sudirman.
Puncaknya adalah setelah perjanjian Renville yang menyebabkan wilayah Indonesia semakin menyempit dimana salah satu diantaranya adalah wilayah Jawa Barat jatuh ke tangan Belanda. Divisi Siliwangi yang berada di wilayah itu dipaksa pergi dari wilayah Jawa Barat yang merupakan basis perjuangannya. Banyak dari pihak tentara tidak ingin mengakui hasil keputusan tersebut, tapi Panglima Besar Soedirman menghormati keputusan pemerintah tersebut, dia meyakinkan bahwa perpindahan tersebut adalah "Hijrah". Bagi sebagian pejuang yang sebagian besar beragama Islam akhirnya keputsan "Hijrah" itu akhirnya dapat diterima oleh sebagian tentara. Mereka bersama anggota keluarganya pergi dari wilayah Jawa Barat ke wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta, karena wilayah tersebutlah yang masih diakui sebagai milik republik.
Beberapa pertempuran terjadi dan akan cukup panjang jika diceritakan. Bahkan pertempuran terjadi diantara sesama tentara yang puncaknya adalah pemberontakan di Madiun tahun 1948 yang dipercaya digerakan oleh pihak komunis. Peperangan demi peperangan terus berganti, bahkan disaat sakit pun akhirnya Jendral Soedirman tetap memipin pasukannya bergerak terus menyerang musuh. Akhirnya Ibu Kota Republik saat itu Yogyakarta jatuh ke tangan pihak Belanda. Belanda merasa yakin bahwa tamat sudah riwayat republik ini. Ternyata di Sumatra, telah dibuat Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI). Pihak Belanda kadang mengejek istilah PDRI sebagai Pemerintahan Di RImba, namum pihak pejuang membalas ejekan tersebut dengan mengatakan meskipun di Rimba, tetap masih wilayah RI, tidak seperti Belanda saat diserang NAZI, pemerintahnya mengungsi ke Inggris dan Kanada yang jelas-jelas bukan wilayahnya.
Untuk membuktikan kepada dunia luar bahwa Republik Indonesia belum tamat, maka disusunlah Serangan Oemum 1 Maret 1949. Terbukti serangan ini menarik perhatian dunia Internasional. Peristiwa tersebut menyebabkan Internasional menekan Belanda untuk kembali ke meja perundingan. Perkiraan Belanda bahwa nasi RI finish ternyata gagal total. Akhirnya pada tanggal 27 Desember 1949 diakuilah kemerdekaan RI oleh dunia Internasional. Oleh karenanya jangan heran jika di event-event Internasional, kemerdekaan Indonesia adalah tahun 1949 bukan tahun 1945!.
Panglima Besar Soedirman meragukan Konfrensi tersebut akan benar-benar membuat Indonesia merdeka sepenuhnya, mengingat beberapa perundingan-perundingan sebelumnya dengan banyak merugikan RI, ditambah mereka sering tidak menghormati hasil perundingan yang mereka buat sendiri. Perundingan hanya dijadikan sebagai kedok saja.
Pernah suatu kali Panglima membuat surat penguduran diri sebagai Panglima Besar, namun Presiden Soekarno menolak mentah-mentah permintaan penguduran tersebut. Beliau mengatakan jika Panglima Soedirman akan mengudurkan diri, maka dirinya terlebih dahulu akan mengundurkan diri sebagai Presiden RI. Akhirnya keduanya tidak jadi mengudurkan jabatanya.
Sungguh... penghargaan tinggi ingin gue sampaikan kepada para pejuang-pejuang kemerdekaan yang telah rela mengorbankan harta dan nyawa untuk mempertahankan bangsa ini. Terutama untuk Panglima Besar Soedirman semoga mendapat tempat yang layak di alam lain. Figur Panglima Besar Soedirman adalah figur yang unik figur seorang bapak yang mencintai sekaligus dicintai oleh semua anak buahnya, disamping jiwanya sederhana, bersahaja, mendahulukan kepentingan negara daripada kepentingan pribadi dan juga taat menjalankan agama. Sungguh sulit untuk mecari figur pimpinan tertinggi tentara di Indonesia saat ini (bahkan setelah wafatnya beliau--mungkin?) yang memiliki jiwa seperti Panglima Besar Jendral Besar Soedirman. Kesederhanaannya tidak membuat dirinya menjadi hina, bahkan menjadi mulia. Sekedar informasi saja, pernah berfikir gak kalo nama Jendral Sudirman adalah nama yang paling umum di abadikan sebagai nama jalan di hampir semua kota di Indonesia, dan kebanyakan adalah jalan-jalan utama. Kalo ada yang punya buku biografi beliau... plese kasih tau gue ya.... gue pengen baca (pinjem :p), tapi kalo dijual pun kalo ada duit.... gue beli deh...
Menurut gue tokoh seperti beliau ini sudah sulit ditemui dijaman sekarang. Bahkan tokoh pejuang sekalipun banyak yang diakhir hidupnya menjadi tercoreng oleh perilakunya, contohnya (maaf) adalah Presiden Soekarno itu sendiri. Pada akhir jabatannya dia lebih terkenal sebagai sosok seorang "diktator" seperti disebutkan oleh suatu buku karangan Jules Achiles (sorry kalo namanya salah, lupa juga). Yang lainnya ya itu Presiden yang kedua Jendral Besar Soeharto. Sayang keduanya adalah tokoh pejuang, namun sebagian perlikunya menyebabkan sebagian besar orang membencinya!. Semoga keduanya dimaafkan kesalahannya oleh Allah SWT.
Berkat kemerdekaan ini, gue bisa mengenyam pendidikan tinggi, bisa bekerja, bisa bebas menjalankan ibadah dll, terima kasih Allah!, maafkan hambamu ini yang sering menyia-nyiakan rahmatmu yang besar ini. Sadarilah kita ini adalah sebagian kecil dari umat manusia dimuka bumi ini yang merasakan nikmatnya kemerdekaan. Dinegara-negara Afrika, Amerika Selatan, Indo China, dll rakyatnya masih terbelakang akibat konflik yang terjadi di negaranya. Memang harus di akui pemerintahan kita sekarang pun masih jauh-jauh-jauh-jauh dari sempurna, tetapi syukurilah kemerdekaan ini sebagai anugrah dari Allah SWT yang tidak boleh disia-siakan.
Semoga menjelang Pemilihan pemimpin negara nanti, akan hadir pemimpin yang memiliki jiwa mau berkorban demi rakyat! (Kata-katanya Aa Gym banget nih... boleh lah sekali-kali :p). Semoga Allah memberikan pemimpin yang mampu membawa negara ini ke arah yang lebih baik. Amien....
0 Comments: